7 | A Little Thing Called Care

2.2K 281 5
                                    

HARI SENIN adalah hari kesukaan Haechan. Selain karena pulang lebih awal, senin juga menjadi hari langganan presentasi tugas yang Haechan kerjakan sendiri. Ia ingin melihat aksi kompor Chaeyeon lagi kali ini. Haechan sangat menyukai drama yang gadis itu buat.

Setelah selesai upacara, semua anak kelas Haechan ribut untuk memersiapkan bahan presentasi. Semuanya sudah tersetel dengan rapi sebelum Pak Namjoon masuk kelas. Dia terkenal perfeksionis soalnya. Tapi gak pernah pelit nilai ke murid-murid semacam Haechanㅡmaksudnya yang berpikir kritis.

Tak selang berapa lama setelah layar monitor siap pakai, Pak Namjoon datang sambil bawa gelas yang bentuknya semacam undian arisan. Anak-anak bingung untuk apa barang itu dan perasaan Haechan tiba-tiba saja tidak enak.

"Selamat pagi, Anak-anak," sapa Namjoon kepada murid-muridnya.

"Selamat pagi, Pak," jawab semuanya dengan kompak.

"Seperti jadwal yang sudah kita sepakati bersama kalau hari ini presentasi, maka saya akan mengubah sedikit sistem presentasi kita,"

Terdengar bisik-bisik dari seluruh penjuru kelas. Tapi nampaknya Pak Namjoon tidak terlalu peduli. Ia justru sibuk mengutak-atik barang bawaannya.

Lagi-lagi Haechan merasa ada yang tidak beres.

"Hari ini, untuk menyingkat waktu karena bulan depan sudah Ulangan Tengah Semester dan kita sudah tertinggal beberapa BAB, Bapak akan memutuskan untuk presentasi kali ini hanya satu kelompok yang maju itupun dengan cara undi,"

Benar. Semua firasat Haechan benar.

Seluruh siswa mengeluarkan berbagai macam reaksi. Ada yang mengucap syukur seraya berdoa agar tidak keluar nomor undian kelompok mereka, lalu ada juga yang harap-harap cemas untuk tetap maju karena berniat mempermalukan teman sekelompoknyaㅡtentu saja orang itu Haechan.

"Bapak sudah memutuskan yang akan maju dari kelompok dua, silahkan maju ke depan."

Sialan. Haechan meruntuk sial karena nyaris saja kelompoknya maju. Ia langsung berpandangan dengan Chaeyeon yang duduknya agak jauh darinya dan gadis itu menatapnya sama: Bener-bener sialan.

Teman sekelompok Haechan pun bersorak riang. Tapi mereka tidak menyadari kalau itu sama saja merugikan mereka. Sudah tidak bisa mengerjakan bersama, ditambah tidak maju presentasi. Giliran mau ulangan baru kelimpungan menulis contekan.

"Lo gitu pada seneng gak maju? Lo pada kagak tau materi ini dan lo pada seneng gitu? Ck, pathetic. Pas ulangan jangan cari gue," sinis Haechan.

"Lo kenapa deh, Chan? Bukannya lo juga seneng kalo akhirnya lo bisa santai setelah ngerjain sendirian?" timpal salah satu temannyaㅡOnda.

"Gak gitu, Nda. Apa lo semua sadar kalau materi yang dikasih Pak Namjoon ke kelompok kita itu materi paling susah? Terus nanti pas ulangan kalian gimana, Nyet? Udah kagak ikut ngerjain, ditambah gak presentasi juga, gue juga mau kalian berhasil dapet nilai bagus pas ulangan. Percaya sama gue, jangan pada seneng dulu lo pada, kesusahan bakal dateng belakangan."

Percaya atau tidak, teman sekelompoknya diam. Mereka tau kalau mereka salah. Omongan Haechan pedas seperti biasa, tapi ada benarnya juga. Onda juga mengakui kalau materi yang mereka terima ini sulit. Semuanya tahu itu.

"Ck gue males berurusan sama kayak gini sebenernya. Kalo kalian mau, sabtu dateng ke rumah gue. Bakal gue ajarin caranya dan gue kasih rangkuman gue. Tapi terserah kalian aja, kalo mau gagal di ulangannya Pak Namjoon untuk yang kesekian, gak usah dateng," kata Haechan tegas.

Kemudian ia berdiri dari kursi dan meminta izin ke belakang untuk menjernihkan pikiran.

Teman-temannya masih diam. Mereka tahu bahwa Haechan masih sebaik ini mau mengajari mereka. Haechan bahkan memberikan tamparan untuk mereka agar menjadi lebih baik. Walaupun memang perkataannya kelewat pedas, tapi tidak ada satu pun di antara mereka yang kesal atau marah, justru merasa bersalah kepada Haechan.

Sambil terus kasak-kusuk mendiskusikan bagaimana cara minta maaf ke Haechan, mereka juga bingung bagaimana caranya berterima kasih. Kemudian mereka melihat Haechan berjalan kembali dari arah pintu. Wajahnya terlihat basah dengan disertai tetesan air dari rambutnya. Laki-laki itu kemudian duduk kembali di tempat semula seolah tidak ada apa-apa sebelumnya.

"Jangan lupa diperhatiin materi ini, soalnya ada pengantar buat materi kita."

Benar sekali, Haechan mengatakan hal itu seolah-olah ia tidak kesal sebelumnya. Nada bicaranya pun sudah sama seperti Haechan yang biasa. Namun yang semua orang tidak tahu, sejak tadi Haechan terus-menerus meruntuk dan berpikir apakah tindakannya kali ini sudah benar.

Ia perlu koreksi seseorang.

Tapi orang itu sudah tidak ada.

* * *


enjoyyyyyyyyyyyyy

EXAGGERATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang