KALAU disuruh memilih, Chaeyeon lebih memilih menunggu bersama Haechan dan Seoyeon di rumah Haechan daripada dipaksa ikut membeli peralatan untuk praktikum. Bukan apa-apa, tapi Chaeyeon tidak suka bepergian.
Chaeyeon pergi bersama Renjun. Dia itu murid pindahan yang kebetulan belum tahu seluk beluk kota ini. Kebetulan lagi, semua anggota kelompok Chaeyeon sibuk dan hanya Chaeyeon yang luang. Jadilah seperti sekarang: Chaeyeon dan Renjun membeli peralatan praktikum.
Tidak terasa, sudah tiga jam berlalu dan mereka selesai membeli semua alat. Chaeyeon meminta Renjun untuk menepi di kedai kopi favoritnya. Dulu, dia sering kemari bersama seseorang yang sudah menjadi masa lalunya. Chaeyeon tidak gagal move on kok, karena memang tempat ini adalah tempat kesukaannya bahkan sejak kedai ini pertama buka.
Chaeyeon biasa memesan robusta favoritnya dan Renjun yang notabene tidak menyukai kopi, lebih memilih coklat panas sebagai alternative lain ketimbang ia hanya duduk tanpa memesan apa-apa.
"Abis ini lo pulang?" tanya Renjun.
Chaeyeon mengangguk sembari menyesap kopinya. "Iya. Tapi anterin gue ke rumah Haechan aja. Barang-barang gue masih di sana."
Karena seorang Huang Renjun orangnya paling gak enakan kalo urusan kepo, dia lebih memilih diam dan mengangguk paham.
"Sori ya, Yeon. Gue jadi ngerepotin lo gini," kata Renjun.
"Nggak ngerepotin kok. Lagian gue juga luang waktunya,"
"Ya tetep aja. Gara-gara gue masih belum tau jalan sama tempat jadi ngerepotin lo,"
"Udah lah, nyatanya lo kan murid pindahan."
Chaeyeon menjawab enteng. Kemudian mereka banyak bercerita tentang tugas ini. Chaeyeon yang memang lebih ahli dalam melakukan ini pun banyak menjelaskan sesuatu yang Renjun tidak mengerti. Mereka sesekali tertawa karena ocehan yang Renjun layangkan. Chaeyeon bahkan baru tahu kalau Renjun sereceh ini.
"Yeon, bentar ya gue ngangkat telepon dulu." kata Renjun menginterupsi obrolan mereka.
"Siapa hayo?" naluri kepo Chaeyeon bangkit. Ia bertanya sembari meledek.
"Biasa pacar, hehe."
Chaeyeon yang paham langsung menyunggingkan senyuman khasnya: senyum jahil. Dia langsung memberikan gestur untuk Renjun agar menjauh dengan mengibaskan tangannya.
Well, Chaeyeon baru tahu kalau Renjun punya pacar. Mengingat dia orangnya cukup tertutup.
Baru sebentar Chaeyeon mempersilahkan Renjun untuk pergi dan baru sebentar juga Chaeyeon kembali menyesap kopinya, seseorang memanggil namanya dengan nada penuh tanya dan memastikan
"Chaeyeon?"
Oh. Sebentar. Chaeyeon belum mendongakkan kepalanya tapi dia sudah sangat paham dengan suara seseorang yang memanggilnya. Seketika, jantungnya berdegup kencang. Chaeyeon berusaha mendongak dan ingin sekali mengucapkan sepatah kata. Bahkan lidahnya kelu dan bibirnya tidak mau terbuka. Hingga suara yang tidak pernah ia duga, membalas sapaan orang itu.
"H-han?"
Suara siapa lagi kalau bukan dirinya.
ㅡ
Sepanjang perjalanan pulang, Renjun merasa ada yang berbeda dengan Chaeyeon. Setelah ia kembali dari sesi meneleponnya, Chaeyeon terlihat lebih diam dan Renjun juga melihat ada bekas air mata di mata Chaeyeon.
"Perempatan depan ambil kiri, Jun." titah Chaeyeon.
Ia menuruti dan akhirnya mereka berdua sampai di rumah Haechan. Chaeyeon langsung saja turun dan mengembalikan helm milik Renjun sebelum dia berpamitan dan berujar terima kasih. Peralatan praktik pun Renjun yang membawa atas permintaannya sendiri.
Sepeninggal Renjun, entah mengapa Chaeyeon menangis lagi. Dia berusaha mengusap air matanya tapi terus saja turun. Sampai Chaeyeon masuk ke dalam rumah pun ia masih sibuk mengelap air matanya.
Hingga tanpa sadar, gestur tubuhnya ini dilihat oleh Haechan dan Seoyeon yang semula sangat tenang. Mereka berdua juga otomatis bertanya-tanya mengapa. Belum ada yang berani menyapa Chaeyeon. Hingga tubuh Chaeyeon mendekati Haechan dan seketika tangisnya luruh semakin deras dan ia pun mengeluarkan suara.
Haechan yang melihat tingkah aneh sahabatnya pun langsung mendekat dan memeluk Chaeyeon.
"Hushhhh, it's okay, Yeon, I'm here..."
Entah mengapa, kalimat sederhana yang dilontarkan Haechan menarik perhatian Seoyeon. Ia tidak tahu kalau hubungan Haechan dan Chaeyeon sudah sedekat ini sampai-sampai kalimat sederhana itu pun berhasil menenangkan Chaeyeon barang sedikit.
"Nangis aja, gak apa-apa. Nanti kalo lega, baru cerita." kata Haechan. Chaeyeon menggeleng.
Pelukan Haechan semakin erat. Ia seolah-olah menyalurkan kekuatan untuk Chaeyeon agar bertahan.
"Kenapa? Dinakalin Renjun?" tanya Haechan.
Chaeyeon menggeleng, sedangkan Seoyeon terlihat gemas karena seolah melihat adegan pacaran secara live.
"Terus?"
Chaeyeon menarik napas. "Dia... balik, Chan. H-han... dia di sini."
Detik selanjutnya yang Seoyeon lihat hanya raut wajah keras Haechan dengan tangan yang terkepal kencang. Tangisan Chaeyeon yang semakin menjadi seolah-olah pemilik nama Han itu sangat berbahaya. Seoyeon baru pernah melihat raut wajah Haechan yang seperti sekarang.
Tidak ada Haechan yang tertawa jahil atau bermulut ampas. Yang Seoyeon lihat hanyalah seorang Haechan dengan muka tegas yang siap menghajar siapa saja yang berani menyentuh dan menganggu miliknya. Haechan yang kali ini berbeda dengan Haechan biasa. Yang kali ini... dia ingin melindungi apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Seoyeon pernah melihat tatapan itu. Tatapan Haechan yang sekarang persis dengan tatapan Renjun ketika ingin menghajar Soobin yang mengganggu Seoyeon terus-terusan. Tatapan seorang pacar yang sangat takut kehilangan miliknya yang berharga.
ㅡㅡㅡ
EH EH, GIMANA NIH???? UDAH CUKUP PLOT TWIST BLM????????? :) MAKSUD KAN APA YANG AKU TULIS DI PARAGRAF AKHIR??????
HEHEHEHEHEHHEHEHEHEHHEHEHEHEHHEHEHEHEHHEHEHHEHEHEHEHEHEEHEHEHEYHEHEHHE
"yang, ayo jalan"
"gamau. lo sok kegantengan, yang"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXAGGERATED✔️
FanfictionHaechan nyaris sempurna. Namun yang semua orang tahu, Haechan mempunyai kelemahan terhadap satu hal, yaitu Shin Eunbi. ©2019 by SOPH - Started: 20 Maret 2019 - Finished: 24 Mei 2019