11 | Forgotten

1.6K 240 19
                                    

"Hyuck, kalau hyuck sudah besar, janji ya sama Noona?"

"Janji apa, Noona?"

"Hyuck harus janji, saat Donghyuck besar nanti, Hyuck akan memperlakukan perempuan dengan baik. Jangan pernah jahat sama perempuan, ya? Kalau Hyuck jahat, nanti Hyuck bisa menyakiti bunda dan noona Shin juga," kata wanita itu sembari tersenyum.

Donghyuck kecil masih berusaha berpikir keras dan mengerti maksud perkataan Noona-nya itu, sampai akhirnya ia mengangguk. "Iya, Noona, Hyuck janji."

SEKARANG INI, Haechan sedang di rumah Chaeyeon.

Padahal sekarang sudah jam sembilan malam, tapi Haechan bersikeras tetap datang dengan dalih "Ini penting banget, Yeon. Menyangkut hidup dan mati gue!" dan akhirnya terpaksa Chaeyeon setuju dengan syarat jangan pulang terlalu malam. Padahal besok juga libur. Namun tetap saja, Haechan menganggu waktu menonton Chaeyeon.

"Kenapa sih?" tanya Chaeyeon gusar karena sejak sepuluh menit yang lalu, temannya ini tidak berkata apa-apa.

Haechan masih diam sambil memandang depan dengan jari-jari yang nakal mengutak-utik case handphone-nya.

"Chan, lo gak kesambet, 'kan?" tanya Chaeyeon.

Haechan menggeleng, tapi masih melakukan hal yang sama sejak tadi.

"Gue masuk aja ya, Chan? Bala banget di sini dah,"

Chaeyeon baru bangun dari tempat duduk, kemudian Haechan memegang tangan gadis itu. "Jangan, gue kudu menenangkan diri dulu sebelum cerita,"

"Tapi gue juga gak bisa lama-lama, Haechan. Udah ditunggu Chaeryeong nobar nih. Buruan, sepuluh menit gue kasih waktu,"

"Iya iya, Nenek Lampir!"

"Bilang gitu lagi gue masuk!"

"IYA IYA! JANGAN!"

Haechan menarik napas pelan. Chaeyeon memperhatikan anak di hadapannya ini baru pernah memiliki raut wajah khawatir seperti sekarang.

"Jadi?"

"Lo tau 'kan kalau gue udah sebegitu bencinya ke Minju?"

Chaeyeon mengangguk tanpa berniat menanggapi.

"Sebenernya, gue selama ini merasa bersalah sama dia, Yeon. Pertama, gue melukai harga diri dia dengan bilang kalo dia bodoh di depan anak kelas. Gue juga sering banget cuekin dia apalagi kalo dia berusaha minta maaf, gue pasti menghindar. Kedua, tadi siang pas jam istirahat, Yeon."

Haechan menunduk. Sedangkan Chaeyeon bingung dengan maksud Haechan karena saat jam istirahat, Chaeyeon sedang sibuk mengurusi masalah uang LKS yang ia setor ke Bu Mina di kantor sehingga dia tidak stand-by di kelas.

"Emangnya kenapa pas jam istirahat tadi?"

Haechan kembali menarik napas sebelum berkata, "Gue bikin salah lagi sama dia, Yeon. Gue... ngatain Minju bangsat..."

"Chan! Itu berlebihan!"

"Gue tau gue salah banget. Maka dari itu gue bingung sekarang. Bantuin gue gimana, please," kata Haechan.

Baru kali ini Chaeyeon melihat raut wajah Haechan se-khawatir ini. Chaeyeon juga tahu kalau sebenarnya sahabatnya ini masih memiliki rasa peduli yang besar kepada Minju terlebih karena ada sesuatu hal yang seharusnya membuat Haechan tidak bisa marah kepada Minju.

"Gue udah pernah janji ke Noona Shin kalau gue gak akan kasar ke perempuan, tapi gue udah ingkarin janji gue, Yeon. Gue harus gimana?"

Demi apapun Chaeyeon tidak tega melihat raut wajah Haechan yang mau menangis. Sejujurnya ia juga bingung. Di satu sisi, Haechan memang sebegitu marahnya kepada Minju karena perempuan itu menyenggol hal yang menurut Haechan sangat sensitif, tapi di sisi lain, Minju juga tidak sepenuhnya berhak mendapatkan perlakuan yang Haechan berikan.

"Lo bisa perbaiki sedikit demi sedikit? Maksudnya besok 'kan ada kerja kelompok, nah lo bisa tuh minta maaf pelan-pelan,"

"Semua gak segampang itu, Yeon,"

"Yang bilang gampang juga siapa sih, Chan? Gue kan bilangnya sedikit demi sedikit, bukan berarti sekaligus,"

Haechan terdiam. Tidak ada gunanya mendebat Chaeyeon di saat-saat seperti ini.

"Oke, gue usahain. Tapi tolong banget lo janji bantuin gue, ya? Gue gak mau ngelewatin ini sendirian."

"Iya, gue janji."

Yang awalnya Chaeyeon berjanji kepada Chaeryeong hanya sebentar, tidak terasa Haechan bertamu selama satu jam setengah. Mungkin saja film yang ia janjikan tonton bersama Chaeryeong sudah berjalan setengah.

Langkah gontai mengiringi Chaeyeon masuk ke dalam rumah. Baru saja Haechan pulang dan ia merasa harus membantu Haechan.

Chaeyeon mengambil tempat duduk di sebelah Chaeryeong dan menyomot oreo yang sisa satu biji dari tangan Chaeryeong. Adiknya itu tidak protes. Chaeyeon mengunyah oreo dalam diam, tanpa berniat sedikit pun memberi penjelasan kepada adiknya tentang pembicaraannya dengan Haechan.

"Kak?"

"Hm?"

"Haechan rumit ya? Dia yang punya salah, dia juga yang ngerepotin orang lain."

Chaeyeon diam saja. Benar juga.

"Lo denger obrolan kita, Dek?"

Chaeryeong mengangguk. "Sori gak sengaja. Tadinya mau panggil lo karena lo kelamaan, eh gue gak sengaja denger."

"Gak papa si sebenernya,"

Chaeryeong mengangguk mengerti kemudian fokus menonton film di depannya lagi.

"Kak, apa lo gak capek one-sided-love sama Haechan?"

"Perasaan gue cukup gue yang punya. Gue gak mau Haechan tahu itu,"

Chaeryeong mengangguk paham. Semuanya semakin jelas. Chaeyeon ingin melindungi Haechan tanpa mengubah status hubungan mereka.

Chaeyeon tidak menyedihkan. Ia yang memilih jalan untuk mencintai Haechan tanpa mengatakannya. Semuanya memang terlalu menyakitkan, tapi Chaeyeon menikmatinya. Mencintai tanpa balas terkadang semenyenangkan ini. Chaeyeon pun tidak pernah mengharap balas, karena Haechan pantas mendapatkan yang lebih baik daripada dirinya.

"Eh, gue ke Uba dulu ya? Dia belum gue kasih makan."

Chaeryeong hanya mengangguk. Padahal ia tahu itu semua hanya dalih Chaeyeon untuk menghindari obrolan sensitif mengenai Haechan. Karena sebenarnya Chaeryeong tahu, kakaknya sudah memberi kucing itu makan sejak tiga jam yang lalu.

ㅡㅡㅡ

btw ini aku serius, pendapat kalian tentang cerita ini gimana deh?😭

aku butuh feedback juga mengenai cerita ini.

satu komen aja, bisa bikin aku seneng banget kok😭❤️

EXAGGERATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang