Part 11 ~•~ Berbeda

58 18 10
                                    

~•~

Ruang kepala sekolah mendadak panas, ada perdebatan dari kedua belah pihak orang tua, juga sang wali kelas yang terus meminta Oliv untuk mengakui kesalahannya.

"Oliv, sebenarnya apa motif kamu mendorong Raya?" tanya wali kelasnya, saatnya kedua anak itu membuka suara, sedari tadi hanya Ibunya Raya yang terus menyudutkan Oliv.

Raya menangis di samping ibunya dengan luka di lututnya yang telah terbungkus kain kasa.

"Karena dia membuli Lisa." Oliv bicara singkat dan kepala sekolah itu mengangguk-angguk paham, lalu beralih pada Raya.

"Kalau begitu, Raya kenapa kamu membuli Lisa?"

Raya tidak menjawab, ia melihat ibunya dengan tatapan takut dan meminta perlindungan.

"Maaf Pak, anak saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Saya dengar anak ini memang memiliki sikap yang kasar." ujar Ibunya Raya sambil melirik Oliv.

"Betul, Oliv memang dikenal seperti itu. Dia juga sudah banyak catatan merahnya." sahut wali kelasnya.

Oliv merasa geram, apa selama ini dengan sikapnya yang seperti itu merugikan sang wali kelas?.

"Pertanyaan kepala sekolah tadi belum terjawab, apa betul kau membuli Lisa?" tanya papa Oliv.

Lagi-lagi Raya merajuk pada ibunya.

"Jawab dengan mulutmu," tegas papa Oliv, sifatnya yang easy going itu berubah ketika ada seseorang menyenggol anaknya.

"Kenapa anda menyudutkan anak saya?" ibu Raya tidak terima.

"Oliv sudah mengakui kesalahannya mendorong Raya, namun dia memiliki alasan. Oliv kasar bukan berarti dia bersikap semena-mena." kata papa.

"Raya, aku minta maaf, tapi tolong jangan pernah membuli lagi teman-teman disini." sambung Oliv.

"Tolong panggil Lisa," ujar kepala sekolah itu akhirnya.

*

"Ibu baru tau tentang Raya dan kamu yang sebenarnya, ibu minta maaf sudah salah sangka," ujar wali kelas Oliv setelah keluar dari ruang kepala sekolah, papa Oliv kembali bekerja, dan Oliv melanjutkan kegiatan belajarnya disekolah.

Permasalahan kali ini telah selesai dengan Lisa mengakui bahwa ia telah di buli oleh Raya selama bersekolah disini.

"Tidak apa," jawabnya singkat.

"Makasih sudah lindungi teman-teman."

°°°

Alea membuang napasnya berat, semua yang ada di ruang jurnalistik menatap Alea serius, ia menyatakan bahwa project film animasinya tidak akan berhasil dalam waktu dekat.

Kalila menepuk pundak Alea, mencoba menenangkannya.

"Stella tau banget ya strategi buat hancurin organisasi ini," kesal Kalila.

"Hancurin gue kok bukan ekskul jurnalistik." jawab Alea.

Namun dalam hatinya.

"It's oke Al, tidak akan berpengaruh besar juga sama organisasi ini," ujar Naufal.

"Jangan lupa sore ini ada wawancara anak-anak pemenang OSN." final sang ketua pada semuanya.

"Gue mau nemuin ketos dulu."

"Fal!" cegah Alea saat Naufal hendak pergi.

"Biar gue aja," Alea mengulurkan tangannya meminta berkas yang di pegang Naufal.

Bukannya memberikannya, Naufal memegang kening Alea dengan heran.

"Gak panas." gumamnya.

"Ck, siapa yang sakit sih!" Alea menepis tangan Naufal.

"Terus kesambet apaan?"

Alea mengusap tengkuknya sendiri dengan senyum canggung.

"Udah cepetan sini!" Naufal memberikannya.

*

Alea menelusuri koridor lantai dua, matanya mencari Arthur ditengah banyaknya siswa-siswi berlalu lalang.

Tak lama matanya menangkap sosok Arthur yang berjalan dengan pandangan lurus, garis wajah yang tegas terpancar sempurna, tak bermaksud tebar pesona namun semua orang tidak menampik bahwa pesona sang ketua OSIS itu sangat memikat.

Alea mengehentikan langkahnya tepat di depan Arthur dan membuat cowok itu menatapnya tanpa ekspresi.

"Laporan ekskul jurnalistik," ujar Alea sambil memberikan berkasnya.

Arthur mengambilnya dari tangan Alea. "Nanti gue periksa."

Baru saja Alea membuka mulutnya, namun Arthur berlalu dari hadapannya. Alea menatap punggung Arthur yang menjauh.

Stella yang melihat kejadian ini dari kejauhan hanya menyunggingkan senyumnya.

Raina merangkul Alea yang mematung di tempat.

"Stella liatin terus, matanya minta di colok!" gumam Raina sambil nunjuk-nunjuk Stella.

Alea menyenggol pinggang Raina ketika tatapannya bertemu dengan Stella.

"Lo punya dendam apaan sama Stella?" tanya Alea melihat Raina yang kesal seperti itu setelah melihat Stella pergi.

"Kan gue temen lo, dia dingin banget sama lo Al, jadi gue ada di tim Alea." jelas Raina bak supporter.

"Walaupun gue sama dia ada masalah, tapi gue gak mau temen-temen gue terbawa apalagi ikut benci gitu." ujar Alea sedih.

"Dia yang mulai duluan, mungkin karena gue temen lo kali ya jadi gue kebawa."

"Sorry." kata Alea.

"Gak rugi juga Al, gak usah minta maaf."

~•~

Love is Delayed ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang