~•~
Raina dengan takut menghadap sang mama untuk memberitahukan bahwa ia terlibat dalam kasus yang menurutnya sepele itu.
Mama sangat tegas dan keras dalam mendidik Raina hingga cewek itu tak kuasa berbicara.
"Raina ada apa?" tanya mama ketika mendapati Raina yang duduk dengan raut wajah gak karuan setelah selesai makan malamnya.
Raina melirik sang mama dalam diam, tiba-tiba ponselnya yang ada di meja makan berbunyi, Raina meraihnya dengan cepat. Bu Nova menelponnya, jantungnya berdetak cepat ketika melihat nama kontak itu.
"Ha-halo." sapa Raina.
"Raina, besok orang tua kamu tidak perlu datang untuk masalah ini, saya harap kamu bisa berdamai dengan Darel," ujar Bu Nova dalam telepon.
"Sebagai hukumannya, setiap pulang sekolah kamu harus membantu staf kebersihan untuk membersihkan sekolah selama 1 minggu,"
Walaupun hukumannya membuat Raina geram tapi ia terima.
"Baik Bu, terima kasih." balas Raina senang, raut wajahnya berubah seketika.
Bu Nova menutup sambungan teleponnya.
"Cepat sekali berubahnya," gumam mama Raina yang melihat perubahan cepat anaknya itu.
"Kenapa Bu Nova tiba-tiba menutup masalahnya?" batinnya heran.
Pasti ada seseorang yang menghentikannya, siapa lagi jika bukan si pelapor, Raina masih belum tahu pasti siapa pelapor itu, yang pasti Stella orang yang paling ia curigai.
°°°
Cuaca di siang hari sangat terik, kelas 12 IPS 2 baru saja keluar dari lab komputer menuju kelasnya, begitu sampai di kelas Alea menemukan sebotol minuman yang bukan miliknya.
Terdapat catatan kecil disampingnya. Ia membuka dan membacanya, begitu terkejutnya Alea.
Temuin gue di kelas 12 IPA 1
Davian
"Davian?" lirihnya.
"Lo tahu gak ada anak baru di sekolah ini kelas 12 tanggung banget ya udah kelas 12," kata Arin pada Kalila yang dapat Alea dengar.
Jangan-jangan Davian?
Alea berlari ke luar kelasnya dengan kertas yang berisi tulisan tangan Davian yang ada di genggamannya, matanya berkaca-kaca, perasaannya campur aduk, kesal karena telah menanti begitu lama dan senang karena Davian kembali.
Ia menelusuri koridor IPA, hingga akhirnya sampai di kelas 12 IPA 1. Alea masuk dengan tergesa-gesa dan semua orang yang ada di dalamnya melihat ke arah Alea yang menampakkan raut wajah bingung karena tidak menemukan Davian, ia hanya mematung di tempat.
Arthur, salah satu penghuni kelas itu juga terlihat bingung dengan Alea yang bertingkah aneh dengan tiba-tiba masuk dan matanya pun berkaca-kaca.
Suara tawa kecil terdengar dari luar, Alea melihat Stella— cewek lugu berkacamata tapi kejam itu menertawakan Alea.
"Suprise," ujar Stella dengan girang.
Sekarang Alea tahu, ini cuma akal-akalan Stella. Jadi selama ini inisial D yang memberinya jaket, buku sejarah yang membantunya membuat tugas Bu Lyra juga sebotol minuman itu Stella?
Gak mungkin banget. Karena buku itu membantunya.
Alea keluar kelas 12 IPA 1 dengan kesal, mengabaikan Stella yang tertawa kecil dan terlihat puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Delayed ☑️
أدب المراهقينTentang impian yang tak mudah di gapai. Lika-liku cinta. Suka duka persahabatan. Alea. Gadis itu super sibuk untuk meraih impiannya, prinsipnya tidak menyia-nyiakan waktu. Suatu hari bertemu dengan Arthur dan membuat kesan buruk bagi Alea, namun...