Part 18 ~•~ Kecewa

38 8 1
                                    

~•~

1 bulan kemudian.

Masa kelas dua belas Alea dan kawan-kawan sudah selesai hari ini, dengan almamater khas Archipelago yang di lempar ke atas bersama teman-temannya, mereka bangga dengan pencapaian yang diraihnya sampai detik ini, namun tidak cukup sampai di sini, seperti yang di katakan Bu Lyra- guru sejarah yang mempunyai prinsip hidup persis sama dengan Alea itu.

"Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang kita punya, terus belajar, bekerja keras, dan raih cita-cita setinggi langit."

Begitulah isi pidato singkatnya tadi di depan siswa-siswi di kelas 12.

"Alea," ketika semua orang asyik selebrasi, Stella sempat menghampiri Alea di tengah teman-temannya.

Alea membawa Stella sedikit menjauh dari lapangan yang ramai itu.

"Selamat," ujar Stella singkat.

"Selamat juga," sahut Alea.

"Dan.... Maaf."

Alea tidak habis pikir dengan gadis berkacamata di hadapannya ini, gengsi sekali untuk meminta maaf.

"Maaf juga. Jangan lupa minta maaf sama teman-teman gue terutama Raina."

Pada dasarnya mereka memang teman dekat, namun Stella yang berambisi itu membuat pertemanannya dengan Alea hancur hanya karena dua orang laki-laki. Arthur dan Davian.

°°°

Langit mulai gelap, Alea baru saja menginjakkan kakinya di dekat pekarangan rumahnya, dari jauh ia melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah, Alea berhenti dan cukup kaget ketika papa Arthur yang keluar dari tempat pengemudi, kemudian mama pun turun dari mobil yang sama membuat Alea lebih terkejut dengan itu.

Dari pekarangan rumah di depan Alea, Arthur memicingkan matanya, ia juga melihat apa yang menjadi pusat perhatian Alea.

Alea menatap tidak suka, ketika mama sudah masuk ke dalam rumah lantas ia menyusul dengan perasaan kesal.

"Alea baru pulang?" tanya mama yang baru saja mendaratkan tubuhnya di sofa saat Alea membuka pintu rumah.

Tak ada jawaban, raut wajah Alea yang datar itu melewati mamanya begitu saja, ia menuju kamarnya.

*

Mama mengetuk kamar Alea dari luar.

"Alea makan," ujar mama, Alea beranjak dari posisi rebahannya, namun bukan membukanya melainkan mengunci pintunya dan kembali menutup kepalanya dengan bantal.

Dari luar terdengar suara pintu yang dikunci, mama menghela napasnya berat. Mama tidak tahu penyebab Alea mengurung dirinya di kamar, padahal hari ini hari kelulusannya dan mama ingin merayakannya karena sebentar lagi Alea akan pergi untuk melanjutkan pendidikannya di Jerman, walaupun seorang ibu tidak ingin anaknya pergi tapi bagaimanapun juga Alea punya keputusannya sendiri.

*

Sinar matahari terpancar lewat jendela di kamar Alea, gadis yang setengah sadar itu mencoba mengangkat kepalanya yang terasa berat dan perutnya yang berbunyi.

Suara ketuk pintu terdengar dari luar kamar. Seingatnya hari ini hari kamis, harusnya mamanya pergi bekerja.

Alea berjalan gontai dan membuka pintu, terlihat Arthur berdiri di sana dan Alea menutup kembali pintunya dengan refleks.

Di balik pintu Alea merutuki kebodohannya, ia mengusap wajahnya gusar. Setelah menarik napasnya ia kembali membuka pintu.

"Ngapain?" tanya Alea heran.

Arthur memukul pelan kepala Alea dengan kesal.

"Nyokap lo khawatir makannya panggil gue buat pastiin lo baik-baik aja."

Alea hanya diam.

"Sarapannya sudah siap, kalau gak mau gue yang makan," Arthur meninggalkan Alea yang memegang perutnya karena lapar menuju ruang makan.

"Gak boleh!" cegah Alea yang berjalan menyusul Arthur.

*

"Al, gue minta maaf," ujar Arthur saat Alea mengehentikan sepedanya di dekat kursi, cewek itu terlihat sedikit lelah, sedangkan Arthur masih menunggangi sepedanya.

Alea mengerutkan dahinya heran.

"Karena bokap gue lo pengen cepet-cepet pergi ke Jerman."

"Enggak! Karena nyokap gue aja yang gak bisa jaga dirinya sendiri," tukas Alea.

"Al!" peringat Arthur tegas.

"Gue emang mau lanjut pendidikan di sana, dan nyokap gue buat kecewa, jadi kejadian kemarin bukan alasan pertama gue mau pergi besok."

"Besok?" Arthur terkejut mendengarnya.

"Iya. Gue pasti bakal kangen tempat ini." mata Alea menyapu pandangannya pada sekeliling taman ini.

"Kalau boleh tau di kota mana lo tinggal?"

"Stuttgart."

Arthur turun dari sepedanya, ia duduk di sebelah Alea.

"Jaga diri lo baik-baik, Al."

Arthur mengenggam tangan Alea, tapi cewek itu malah membelalakan matanya terkejut atas perlakuan Arthur.

"Lo belum pamit sama Oliv."

"Oh iya, abis ini gue mau ketemu Oliv."

Arthur menatap langit yang cerah, besok ia tidak akan melihat gadis di sampingnya lagi, diam-diam ia meliriknya, Arthur menyukai Alea tapi cowok itu enggan mengatakannya, karena ia lebih memilih mengejar mimpinya terlebih dahulu.

~•~

Love is Delayed ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang