Masa ketika bintang masih berpijar
Bulir asmara masih bagai kelopak bunga
Dedaunan masih nampak laksana hiasan
Segalanya merengkuh dalam senyum asmara
Kini telah musnah ditelan waktuKetika takdir memutuskan ikatan
Sang maut memeluk ragamu
Merampok hidupmu dariku
Dan kehendak Tuhan menjemputmu pulangApa yang bisa kukata
Dan kini hanya mampu kupandangi dia
Peninggalanmu dirahimku
Yang berdiri kekar membawa sayap garudaPutra kita telah dewasa kanda
Matanya setajam elang
Senyumnya manis bagai gula
Dan kini hidup berkubang darah sepertimu
Melawan musuh negerimu
Yang bukan lagi kompeni
Tapi para setan bertubuh manusiaIa hendak dikerdilkan
Berusaha dilemahkan
Dan sayapnya ingin dipatahkan
Tapi ia seperti engkau
Yang tak gentar terhadap musuhApa ini artinya aku akan sendiri lagi
Seperti saat kau meninggalkan pertiwi
Ataukah ini saatnya aku pergi
Ketika aku tak sanggup lagi
Menyaksikan peperangan ini
Mana kala para setan
Menjadikan rakyat sebagai tungganganBy. Stovia Dewi Neptunus
27 Februari 2019
Malang, Jawa Timur
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Negeri Garuda dan Negeri Tanah Merah
Poetrysajak karya stovia dewi neptunus bertema sosial, politik, perjuangan dan cinta yang dibingkai manis dalam sebuah jiwa pejuang