Chapter 1

54K 1.5K 42
                                    

"Kriiingg!!"

Bunyi bell sekolah menandahkan pelajaran terakhir telah berakhir. Aku melompat dari Bangku ku dan merapikan buku ku.

Aku melangkahkan kakiku ke loker ku. Langkahku terhenti saat melihat Suatu tulisan terbuat dari pilox berwarna merah di depan lokerku.

"Just Go to hell, FREAK"

Aku menoleh kekanan dan kekiri. Seketika itu pun aku melihat langkah kaki seorang gadis yang melangkah menjauhiku. Ia bersama kedua sahabatnya dan tepatnya sedang melempar-lempar pilox merah ditangannya. 

Dengan Langkah cepat pun aku menyusulnya dan menarik belakangnya. Aku mendorongnya, menyandarkannya ketembok dan mengangkat kerah bajunya.

"Apa yang kau lakukan dengan lokerku! hah?"

"Eh Freak, Apa kamu sudah gila? Ada apa dengan lokermu? aku tidak tahu apa-apa"

"Bohong!!! Lalu ini apa?" 

Aku menarik botol pilox merah itu dan menunjukkannya ke gadis itu.

"Ups, Apa aku salah loker? Tadinya aku kira itu loker Melissa. Eh ternyata nyasar ke kamu"

Tawaan gadis itu membuat darah ku semakin naik.

"Apa masalahmu hah? Kalau begitu kau saja yang ke nerakah!"

Aku menyemprot pilox itu kewajah gadis gila itu dan membuatnya menjerit-menjerit seperti anak bayi.

Aku lekas mengambil tasku dan pergi. Aku jalan seolah-olah tidak sedang memperhatikan siswa-siswi lain yang sedang mempelototiku dan membuka jalan untukku dengan wajah ketakutan. Aku sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu.

Aku berhenti di taman belakang dan mengeluarkan kotak hadiah yang berisi rokok. Aku sengaja menyembunyikan rokok itu di kotak hadiah agar tidak ketahuan Ayahku. 

Aku menghisap rokok itu dan menyandarkan tubuhku di tembok.

"Kau merokok lagi"

Aku menoleh kearah suara tersebut. Ternyata itu bibi Tasya. Ia sudah tahu kalau aku merokok.

"Eh, bibi. Bibi menjemputku lagi. Memangnya dirumah sudah ada kepala pembantu baru? sampai bibi bisa meluangkan waktu untuk menjemputku?"

Bibi tersenyum.

"Bibi hanya sedang ingin melihat keadaanmu disekolah. Makanya bibi menjemputmu. Kita akan pulang setelah kau sudah puas merokok"

Aku hanya tersenyum

Bibi tidak menasehatiku agar tidak merokok lagi karena ia pasti hanya akan berkata nanti aku sakit dan meninggal. nah itu apa yang sebenarnya ku inginkan, 

Setelah aku puas, aku langsung bergegas pulang. 

Ada sesuatu yang berbeda, mobil Ayah sudah terparkir di halaman depan Rumah. Perasaan ku tidak enak. Ayah tidak pernah pulang secepat ini.

Aku melangkahkan kakiku secara pelan ke Kamarku. Ternyata Ayah berada di Ruang Tamu. Dengan cepat aku melangkah kan kakiku menujuh kamar agar Ayahku tidak melihatku. Tapi..

"Vanessa, Kemari sebentar"

Aku menghentikan langkahku. Dengan kesal aku pun berpaling ke arah Ayahku berdiri.

"Ada apa? Aku capek. Kalau ini tidak penting, kita bisa membicarakannya lain waktu"

"Ayah tidak memiliki waktu yang lain. Kau mengganggu pekerjaan Ayah. Ayah meninggalkan meeting hanya untuk menemui mu. Ayah cuman mau tanya ini apa?"

Aku melihat dua benda yang di tunjukkan Ayah padaku. Surat panggilan dan sekotak rokokku.

Aku memutar bola mataku dan memalingkan wajah ke arah lain.

I Am Your Sad EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang