Chapter 6

10.9K 522 8
                                    

Aku melihat Zack sedang berdiri di balkon rumahku. Apa cctv dirumah ini sedang mati? sehingga ia bisa masuk seenaknya? Langkahku terhenti dan tiba-tiba saja otakku membeku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Ia menoleh ke arahku dan dengan cepat aku langsung  berbalik.

"Kenapa lama sekali? kau dari mana?"

Aku tidak membalas. Aku masih benar-benar bingung. Apa ia tidak marah denganku? karena meninggalkannya seperti itu?

"Tidak perluh berpura-pura tuli seperti itu. Apa aku melukai perasaanmu?"

Aku menoleh kearahnya dan melihat kearahnya. Tidak ada raut marah diwajahnya. Itu aneh.

"Ti..tidak, Kurasa aku yang melukai perasaanmu. Meninggalkan mu secara tidak terhormat tadi. Maafkan aku"

"Aku mengerti kau pasti merasa bersalah. Tapi kau tahu? Aku tidak peduli apa Audy Fhont itu benar-benar ada atau tidak."

"Benarkah? tapi bukankah kau bilang kau mencintainya?"

"Ya.. tapi kalau ia benar-benar tidak ada, apa aku akan terus mencintai apa yang tidak ada? Lagi pula, Ku pikir aku seharusnya harus bersyukur dengan apa yang ada atau apa yang ku punyai. dan itu nyata dan bukan dunia maya"

Aku hanya terdiam. Sibuk dengan pikiran ku sendiri yang tidak menentu.

Ia tersenyum, terdunduk dan tertawa kecil. Dengan pelan aku mendengar langkah kakinya yang berjalan mendekatiku.

"Kau benar-benar tidak pekah"

"Apa maksudmu?"

"Apa kau pura-pura tidak mengerti? apa kau memang tidak mengerti?"

"A..aku tidak mengerti, aku serius"

"Apa kau tidak mengerti apa maksudku menceritakan tentang seorang pemuda yang mencintai sahabatnya tadi siang?"

"Tidak"

"Baiklah nanti akan ku jelaskan kalau kau sudah mengerti sendiri apa artinya"

Ia menghentikan langkahnya tepat dihadapanku.  Tidak dapatku perkirakan saat ini berasa senti jarak ku dengannya. Tapi kurasa.. Aku tidak peduli.

"O..ok. Jadi, Kau tidak marah?"

Zack menggelengkan kepalahnya dan tersenyum.

Aku tidak tahu apa yang mendorong badanku sehingga sekarang aku memeluknya. Pasti Zack merasa sangat Kaget tapi ia tidak menolaknya. Tiba-tiba aku tersadar dan dengan cepat melepaskan pelukan itu. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku memeluk orang.

 "Eh.. Hmm.. Maaf"

"Tidak apa"

"hmm.. lebih baik kau pulang, Aku.. Aku mau istirahat dulu"

"Baiklah, Aku pulang dulu"

"I..iya"

Aku melambaikan tangan. Dan ketika ia pergi, Aku merasa sangat sangat sangat senang. Aku melemparkan tubuhku ke atas kasur. Dan menarik nafas panjang.

Apa ini yang dinamakan cinta? Apa ia akan menembakku seperti ia menembak Audy? Ku harap seperti itu! Ya, kuharap seperti itu.

Suara alarmku yang sangat nyaring membangunkan mimpi indahku. Cahaya matahari sudah menembus kaca jendelaku. Aku membuka mataku secara perlahan. Sambil ku kucek-kucek.

Dulu aku membenci saat-saat dimana aku harus bangun. Tapi harus ku akui, setelah perubahanku yang bisa di bilang "cukup drastis" membuatku mencintai udara pagi. Entah kenapa, atau mungkin karena seseorang..

I Am Your Sad EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang