Aku membuka mataku. Aku kaget sehingga membuatku terduduk. Aku menoleh kekanan dan kekiri. Aku masih disalam sel. Aku memegang wajahku dan menekannya dengan keras. Tapi tidak sakit.
Aku menghela nafas. Itu hanya mimpi. Kenapa mimpiku buruk sekali?
Aku melepas kain penutup kasur ku dan merentangkannya dan membuatnya menutupi seluruh jeruji besi. Aku mau mandi. Toilet disini terbuka. Aku tidak mungkin mandi secara terang-terangan seperti itu.
Selesai aku mandi, aku mengeringkan rambutku dan melepas kain yang menutup jeruji besi.
Aku terduduk sebentar diatas kasur dan tiba-tiba aku mendengar beberapa langkah kaki yang berlarian. Hal itu serentak membuatku berdiri dan menuju ke jeruji besi. Aku melihat beberapa polisi membawa sebuah kasur berisi sesuatu yang diselimuti kain putih.
Aku menyadarinya, Itu mayat. Seseorang membunuh dirinya. Mataku membulat. Aku berusaha menahan seorang polisi yang lewat untuk bertanya.
"Pak! pak! Siapa itu? Siapa yang dibalik kain putih itu?"
"Maaf, nak. Aku sedang terburu-buru"
"Ku mohon, pak"
Akhirnya polisi itu berhenti dan menatapku. Ia menghela nafas.
"Aku turut berduka cita, nak. Itu adalah sahabatmu yang melarikan diri. Alicyanna Gunn. Ia ditemukan kemarin bersembunyi disebuah sebuah rumah tua dan ia di beri hukuman 15 tahun penjara. Kami tidak tahu bagaimana ceritanya, tadi pagi salah satu polisi menemukannya sudah gantung diri di dalam sel"
Mata ku membulat. Tanganku menutupi mulutku yang sedang terbuka. Aku termundur satu langkah. rasanya jantungku berhenti berdetak. Rasanya darahku berhenti.
Aku terduduk dikasur masih dengan keadaan Syok.
Apa.. Apa cara ini yang bisa Alice lakukan? Apa ia sebodoh itu? Jika saja waktu itu aku tidak mengendarai disaat mabuk, ini semua tidak akan terjadi.
Seorang polisi membuka jeruji besiku dan memborgolku. Ia menatapku.
"Aku turut menyesal, Nak"
Aku tidak berkata-kata. Aku hanya diam, tertunduk mengikuti jalan polisi itu. Ia membawa ku kesebuah ruangan. Aku melangkahkan kakiku masuk dan ternyata didalam sudah ada Tracy dan Michelle.
Aku memeluk Tracy. Aku bisa merasakan bahunya yang berguncang sangat kencang dan isakan tangisannya yang mulai membasahi bahuku. Begitupun dengan Michelle, dan aku.
"Aku minta maaf, Teman-teman. Ini semua salahku"
Aku membisik ke kedua sahabatku. Aku merasakan dadaku sesak. Benar-benar sesak.
"Ini bukan salahmu, ataupun salah siapa-siapa, Nes. Jangan menyalahkan dirimu seperti itu."
"Jika saja waktu itu aku tidak memaksa untuk mengendarai mobil dan mabuk-mabukan, aku rasa semua ini tidak akan terjadi. Aku memang pembawa sial. Maaf kan aku"
"Ini bukan saatnya menyesali apa yang sudah terjadi, Nes. Ini saatnya untuk kita menyadari dan mengambil hikmah dari kejadian itu, menjadikannya pelajaran agar tidak terjadi lagi dikedepannya."
Aku merasa diriku sangat lemah, bahkan sangat lemah untuk melompati jendela besar yang ada disudut koridor ini, dan membiarkan diriku pergi untuk selama-lamanya.
"A...Aku hancur, Teman-teman"
Aku masih memeluk mereka. Aku tidak mengerti kenapa Tuhan mengambil semua harta berharga yang ku miliki. Aku hancur.. aku hancur.
Setelah merasa lebih kuat, Kami melepaskan pelukan kami dan saling menatap satu sama lain dan tersenyum.
Hatiku menjadi sangat hancur ketika aku memandang Michelle. Ia menjadi sangat kurus. Ia tidak sekurus itu saat terakhir aku melihatnya. Ia pasti sangat depresi. Aku melihat kantung matanya yang sangat hitam melingkari matanya. Cekungan dikedua pipinya yang membuatnya terlihat seperti tengkorak, dan.. beberapa memar yang membiru ditubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Your Sad Ending
RomansaDi balik dinding ini aku terjebak, Dan bayanganku telah pergi. Aku sudah keluar dari pikiranku, Duduk dan menunggumu datang. Aku mencoba untuk berteriak di dalam, Tapi tak seorangpun mendengarkan. Kau tahu apa yang kurasakan di dalam? Kau tidak tahu...