Seorang Dokter berusia sekitar empat puluhan keluar dari kamar pasien tempat Mia dirawat. Ia melangkahkan kakinya berhenti didepan kami tepat sesaat aku mengangkat wajahku yang sedang tertunduk dan sekarang menatap matanya yang berwarna abu-abu.
"Bagaimana keadaannya, Dok?"
"Anda tidak perlu khawatir. Mia baik-baik saja. Tidak ada yang patah. Hanya beberapa benturan kecil. Tapi kami masih akan melakukan tes untuk kankernya"
Hatiku terasa sangat legah saat dokter mengatakan itu. Sekarang aku sudah bisa menarik nafas dengan tenang.
"Syukurlah, boleh kami masuk?"
"Ya, tentu saja."
Dengan cepat, kami semua masuk ke kamar pasien Mia. Ia sedang terbaring lemah diatas kasur yang beralaskan sprei Hijau. Ia tersenyum ke arahku. Dan langkahku terhenti dihadapannya.
"Kau kenapa lagi? Aku sudah bilang, kau tidak perlu latihan berjalan. Kau lupa?"
Mia tersenyum kepadaku.
"Aku tidak sedang berlatih kemarin. Aku hanya ingin mengambil air minum dilantai bawah. Dan aku tidak bisa turun menggunakan kursi roda, makanya aku memutuskan untuk turun sendiri"
"Kau gila, tolong jangan lakukan itu lagi"
"Haha.. baiklah"
Ny. Dash dan Zack hanya tersenyum ke arah kami. Aku melihat pandangan Mia mulai beralih ke seorang laki-laki asing yang sedang berdiri disebelahku.
"Kak, Ini siapa? Pacar kakak?"
"Bukan, Hanya sahabat"
"Oh."
Mia tersenyum sedikit menyindir dan memberi sedikit kode kepadaku untuk mendekatkan telingaku ke arahnya.
"Dia sangat tampan"
Bisikan itu terdengar jelas di telingaku dan membuatku tersenyum secara otomatis. Aku hanya tertawa.
"Hmm.. By the way, Maafkan kakak. Kakak harus pulang sekarang. Jika saja Ayah ku tahu aku belum pulang, Ia akan membunuhku. Aku akan datang besok, aku janji"
Lagi-lagi gadis itu tersenyum manis ke arahku. Kuharap senyuman itu tidak akan pernah terenggut darinya. Ada sebuah surga dibalik senyumannya.
"Ya, tidak apa-apa. Kakak memang harus pulang, ini sudah malam"
"Baiklah, Aku pulang dulu, Ny. Dash. Dah, Mia"
"Ya nak, terima kasih sudah datang ya nak"
"haha iya Ny. Dash"
Akupun pulang bersama Zack. Ia mengantarku pulang. Kami sedang dimobil dalam perjalanan.
"Kenapa tidak pernah memberi tahuku kalau kau sering ke panti asuhan?"
"Sejak kapan kita pacaran? kenapa kau harus tahu kemana aku pergi?"
"Setidaknya aku ini sahabatmu. Kau yang mengatakannya tadi, Kau ingat?"
"Michelle saja tidak pernah tahu kalau aku sering ke pantai asuhan"
"Apa kau malu?"
"Tidak, Malu atas dasar apa? Aku pernah mengajak Joe kesana tapi ia tidak mau dan pulang."
"Dia sombong"
"Ya, dan aku benci itu"
"Tidak kusangkah kalau kau punya hati yang baik dibalik fisik yang kasar dan mengerikan."
"Aku kasar karena mereka yang memintaku menjadi kasar. Kalau saja mereka tidak mengatahiku terus menerus, aku juga tidak akan mengasari mereka. Buat apa? apa untungnya buatku? Meminta uang saku mereka? Aku tidak semiskin itu sehingga harus meminta"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Your Sad Ending
RomanceDi balik dinding ini aku terjebak, Dan bayanganku telah pergi. Aku sudah keluar dari pikiranku, Duduk dan menunggumu datang. Aku mencoba untuk berteriak di dalam, Tapi tak seorangpun mendengarkan. Kau tahu apa yang kurasakan di dalam? Kau tidak tahu...