Chapter 11

8.4K 453 5
                                    

Terkadang, aku merasa hidupku ini kosong. Aku merasa tidak ada jiwa yang menggerakkan otot-ototku didalam tubuhku. Seakan-akan otot-otot itu bekerja sendiri dan bukan atas perintah otak. Aku berpikir, Mungkin saja jiwa ku hilang atau mungkin saja ia pergi karena tidak kuat menjalani hidup ini.

Ku rasa Zack tidak pernah memberiku petunjuk apapun sebelum kepergiannya. Tidak ada petunjuk, tidak ada arah, dan tidak ada jalan. Jalan pikiranku mungkin saja macet. Seperti ada dua syaraf yang bertabrakan hebat dari lawan arah dan membuat salah satunya mati. Maka dari itu, Jalan pikiranku macet.

Apa semua ini hanya sebuah permainan? Aku sering berpikir seperti itu. Ini semua seperti permainan kartu yang saling menyerang satu sama lain dan membuat salah satu dari mereka yang berduel mati. Kartu-kartu itu adalah orang-orang yang kita sayangi. Aku mungkin tidak pandai dalam hal ini. Maka dari itu, aku berpikir aku lah yang menyebabkan kepergian orang-orang yang ku sayangi.

Tidak ada waktu untuk menyesali, tidak ada waktu untuk menangis. Aku sendiri yang membuat permainannya, tapi sampai sekarang, aku tidak tahu bagaimana mengembalikan kartu-kartu yang sudah mati itu. Mungkin aku tidak bisa mengembalikannya, aku hanya bisa membeli yang baru. Yang baru, pasti selalu ada.

3 jam terakhir dikampus aku habiskan di perpustakaan. Karena dosennya tidak datang. Aku memang tidak pernah suka membaca. Tapi, membaca sedikitpun tidak ada salahnya. Aku membulak-balikkan buku 'Journey Of Life' Karya Michael Newton. Aku menemukan buku ini tergeletak dan tidak sengaja ku tendang saat mencari-cari buku tadi.

Judulnya menarik dan juga covernya. Jadi ku rasa aku bisa membacanya sedikit. Tiba-tiba seseorang memegang bahuku. Dan duduk disebelahku. Aku menoleh dengan santai karena aku tahu dia siapa. Kau juga pasti tahu.

"Hei, Nes. Sedang apa kau disini?"

Michelle tersenyum ke arahku. Dia memang suka membaca. Hampir semua freeclass dihabiskannya diperpustakaan.

"Membaca, menyendiri, sibuk dengan pikiranku..."

Aku mengangkat bahu dan masih fokus sama buku yang entah sudah dihalaman berapa ku baca. Ku rasa aku sudah membaca lama, tapi aku masih dihalaman 5. 

"Oh, Journey Of Life, ya? Judul yang menarik. Jadi, apa yang kau pikirkan?"

"Sebuah permainan kartu yang berduel satu sama lain dan saling mematikan. Kartu-kartu itu adalah orang-orang yang kita sayangi. Dan kalau kita tidak pandai, semua yang kita sayangi.. pergi"

Aku menutup buku yang ku baca itu dan menarunya jauh di meja. 

"Oh.. permainan kartu. Itu bisa jadi film yang bagus menurutku"

Ia tertawa kecil.

"Dasar otak Sutradara"

Michelle itu berambisi menjadi seorang sutradara film. Ia mengambil jurusan seni drama. Ia sering mengatakan aku ini dramatis, jadi aku cocok main di filmnya. Tapi ku rasa aku tidak akan bisa berekting.

"Hmm.. Jadi, Apa ada kabar dari Zack?"

Aku hanya menunduk dan menggeleng. Nama itu masih terdengar indah ditelingaku. Sejak hampir 4 bulan ia pergi.

"Terus, Apa  rencanamu?"

Aku tidak memikirkan satupun rencana. Tidak ada rencana di otakku. Tapi, Aku berpikir, Jika ia tidak kunjung mengunjungiku, Apa perlu aku yang mengunjunginya? Kalau saja ada sesuatu yang terjadi padanya bagaimana?

"Hmm.. Pergi ke chicago?"

"Kau tidak tahu alamatnya, Nes. Bagaimana kau menemukannya?"

Kali ini aku tidak berpikir. Aku menatap mata cokelatnya dan tersenyum.

I Am Your Sad EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang