Flashback
"Hahaha" Mia tertawa saat aku memberikan lelucon kepadanya.
"Aku sangat senang kakak datang lagi" Senyuman Mia terlihat sangat iklas saat ia menoleh ke arahku yang berada dibelakangnya.
"Dia tampan" Bisik Mia saat pertama kali bertemu dengan Zack di rumah sakit.
Bayangan-bayangan itu berganti-gantian muncul di benakku.
"Aku bisa menebak, Ibu kakak pasti memiliki hati yang baik, putih, dan tulus. Seperti salju.." senyuman itu terlihat jelas dari bibirnya. "...sama dengan Kakak"
"...Kenapa kakak masih saja menganggap semuanya baik-baik saja seperti aku tidak akan pernah pergi?" Mata Mia yang berkaca-kaca serasa mencekik leherku dan membuatku sulit bernafas.
Back
Tiba-tiba bayangan keterakhir itu musnah.. Hilang seperti Angin.
Aku membuka mata ku yang terasa begitu berat. Aku melihat cahaya putih yang sangat terang menyilaukan mataku. Ku harap aku sudah mati, ku harap aku sudah mati.
Aku menyipitkan mataku sedikit dan mengamati cahaya itu dengan seksama. Itu hanyalah sebuah lampu. Kepalaku masih saja terasa pusing. Leherku kering sehingga membuatku sulit menelan. Aku pasti sudah tidak minum dalam jangkah waktu yang lama.
Aku menggerakkan tanganku dan meraih penyambung gas oksigen yang ada dihidungku. Kenapa aku menggunakan benda ini? Apa yang terjadi padaku? dimana aku?
Aku berniat untuk duduk tapi badanku terasa begitu sakit jika harus bergerak. Maka, kuputuskan untuk tidak bergerak untuk beberapa menit lagi. Aku menatap lampu-lampu yang ada diatap ruangan ini. Tampaknya ini ruang rawat.
"Nes? Kau sudah sadar?"
Aku menoleh ke kanan. Asal suara itu berasal. Zack sedang terduduk disebelah kasur tempat ku berbaring.
"Zack? Aku dimana?"
"Kau di ruang rawat rumah sakit, Nes. Kau pingsan dua hari yang lalu setelah dari ruang dokter."
Dua hari? Kenapa bisa selama itu?.
Aku menarik nafas agar terlihat lebih santai. Lalu menatap mata Zack.
"Bagaimana keadaanya?"
Zack tertunduk. Lalu memalingkan wajahnya ke arah lain seolah-olah ia sedang tidak ingin menjawab pertanyaan itu. Aku menggerakkan tanganku tanganku dan memegang wajahnya dengan jariku, lalu memaksanya menatap wajahku.
"Ku mohon.. Jawablah"
"Mia.. "
Ia menarik nafas dan matanya terlihat merah dan berkaca-kaca. Ia pasti tidak tidur sementara menemaniku dua hari ini.
"..Mia belum sadarkan diri sampai sekarang."
Jantungku terasa berhenti berdetak. Leherku terasa seperti sedang tercekik dan membuatku sulit bernafas. Apa mungkin ia masih bisa bertahan sampai ulang tahunku dua bulan kedepan? Aku selalu merayakannya bersama Mia.
"Sejauh ini, Kabar yang kuterima hanyalah.. hmm.. hanyalah semakin hari syaraf-syarafnya mulai mati satu persatu. Umurnya diperkirakan hanya bisa sampai kurang dari sebulan. Dan itu pun kalau dalam kurang sebulan ini ia masih sempat sadar, untuk sekali pun, Dokter memprediksikan ia hanya bisa melihat dan tidak dapat melakukan hal lain seperti berbicara ataupun bergerak"
Aku menunduk. Menunduk seolah-olah aku sudah tidak sanggup hidup lagi, tidak sanggup berkata apapun, dan tidak sanggup menerima semua kenyataan pahit ini. Tetes demi tetes air mata membasahi wajahku. Yang bisa aku rasakan sekarang hanya pelukan Zack yang tiba-tiba datang menyelimutiku. Tubuhku terasa yang sangat kecil dan rapuh tenggelam dalam pelukan Zack.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Your Sad Ending
RomanceDi balik dinding ini aku terjebak, Dan bayanganku telah pergi. Aku sudah keluar dari pikiranku, Duduk dan menunggumu datang. Aku mencoba untuk berteriak di dalam, Tapi tak seorangpun mendengarkan. Kau tahu apa yang kurasakan di dalam? Kau tidak tahu...