Chapter 5

11.8K 572 2
                                    

Hari ini, tepat sebulan setelah keluarnya Mia dari rumah sakit. Yah, sebenarnya aku merasa sedikit legah. Tapi, hanya sedikit. Karena.. bertambahnya hari memasuki bulan baru ini seolah-olah mengingatkan ku bahwa waktu ku bersamanya semakin menipis. Umurnya tinggal 7 bulan, dan itu bukan waktu yang lama.

Bulan ini, Aku sudah resmi bebas dari rokok. Dan juga aku sudah tidak ke club mungkin hampir 2 bulan, dan kau tahu yang lebih baiknya lagi? Peringkatku naik 5 tingkat karena les privatku dengan Zack. Aku sendiri tidak dapat mempercayainya. Ini merupakan kemajuan yang besar, Bukan?. 

Setiap hari badan Mia terlihat semakin kurus, Wajahnya semakin pucat, dan.. yang lebih buruk, Mia sudah tidak sanggup berjalan. Dia lumpuh. Meskipun ia mengetahui bahwa umurnya sudah tidak panjang lagi, dia tetap tegar dan selalu tersenyum. Surga terasa sudah dekat.

Hubungan ku dengan Zack.. Membaik. Tapi, Audy dan Zack semakin dekat. Dan kurasa.. Zack sudah mulai menyukai Audy. Sifat Audy dengan ku memang jauh berbeda. Dan tidak dapat diungkiri bahwa Audy tetaplah aku. Tapi, tetap saja.. Ia mencintai Audy, Bukan Vanessa.

Aku sedang terduduk disebuah bangku kayu ditaman belakang sekolahku. Aku sedang mendengarkan musik dengan headset bluetooth yang terpasang ditelingaku, sambil mengetuk-ngetukkan sepatu high converse ombre putih-toscaku diatas tanah mengikuti irama musik. 

"Hei!"

Suara itu tidak sama sekali mengagetkan ku, Aku berpura-pura tidak mendengarkannya dan bahkan tidak menoleh sedikit pun. Aku tahu itu Zack. Dia memang seperti setan, selalu muncul dan hilang secara tiba-tiba. Menyebalkan, bukan?.

"Hei.. jangan pura-pura tuli bisa tidak?"

"Kurang perhatian, Hah? Jangan cari disini"

Kataku sambil terus mendengarkan musik yang sudah ku kecilkan volumenya dan tidak menoleh.

"Kau GR sekali, Eh aku punya cerita. Mau dengar?"

Laki-laki itu duduk disebelahku dan bertingkah seperti aku sedang mendengarkannya. Padahal, tidak.

"Mau tidak?"

Aku melepaskan headsetku dengan kesalnya dan akhirnya menoleh kearahnya.

"Biarpun ku katakan tidak, kau pasti akan tetap menceritakannya. kan? Jadi, kau tidak perlu bertanya"

"Baiklah, ku anggap itu berarti iya. Jadi, aku punya teman, dia itu seorang pemuda tampan yang sangat baik hati. Pemuda ini jomblo, tapi ia memiliki sahabat yang super duper judes, tapi baik dan cantik. Di sisi lain, Pemuda ini juga memiliki sahabat dekat yang ramah dan baik didunia maya bahkan yang tidak pernah ia temui. Awalnya semua berjalan dengan baik. Tapi, tiba suatu saat dimana pemuda ini sudah mulai memiliki perasaan dengan kedua sahabatnya ini. Nah, aku mau tanya. Kalau saja kau adalah pemuda ini, Apa kau akan memilih sahabatmu yang nyata, atau yang didunia maya?"

"Hmm.. tidak tahu"

"Kenapa tidak tahu? pemuda itu adalah temanku, dia butuh saran. Nes"

"Tapi aku tidak tahu harus memilih siapa. Katakan padanya, pilih yang benar-benar cocok dengan hatinya. Bagaimana pun juga, cinta tidak membutuhkan teori, cinta itu soal hati."

"Kenapa kau jadi romantis seperti ini? Apa kau membaca novel-novel drama romantis?"

"Tidak kubaca, Hanya ku nonton beberapa"

"Baiklah... Kuanggap itu sebagai ya"

"terserahlah"

"Kudengar peringkatmu naik 5 tingkat. Selamat ya"

I Am Your Sad EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang