Senin, 18 maret
Pagi - pagi sekali aku sudah bangun. Kulirik jam yang menggantung di dinding kamarku, ternyata pukul 04.45 . Aku segera bangkit untuk menunaikan sholat subuh. Segera aku menunaikan sholat shubuh. Entah kenapa pagi ini aku sangat bersemangat. Mungkin karena hari ini aku sudah bisa berkuliah lagi. Ya, semalam aku memang berdebat dengan kak aya mengenai ini. Dia bilang, aku sudah terlalu lama libur, dan ya kalau bertengkar dengan kak aya aku pasti selalu kalah. Ini hari senin, dan aku masuk pukul 8 pagi. Sebenarnya aku tak terlalu suka hari senin, karena aku masuk lebih pagi daripada hari biasanya. Itu sangat mengganggu aktivitas sleeping beauty ku dipagi hari.
---
Sebelum aku berangkat kuliah, aku menyempatkan diri untuk kerumah sakit. Saat kubuka, ternyata sudah ada Rey. Aku menyapa mereka berdua dan sepertinya mereka sedang dimabuk asmara karena dari tadi kuperhatikan mereka saling melempar senyum. Terlihat seperti apa ya?
Ahh. Menjiikkan.Setelah berbicara sepatah dua kata, aku bangkit dan permisi untuk berangkat kuliah. Kulihat jam dipergelangan tanganku ternyata masih pukul 7. Aku masih punya banyak waktu untuk berjalan santai.
Saat aku hendak mengeluarkan kaki ku dari perbatasan rumah sakit menuju teras rumah sakit, aku mendengar ada yang memanggilku. Refleks aku menoleh dan berhenti tentunya. Oh ternyata itu Rey.
" Ada apa ? " . Aku sedikit terkejut karena dia menggenggam tanganku dan membawa ku keluar. Dan sekarang aku seperti anak yang dijemput Ayahnya dirumah sakit.
" Wait wait. Jalanmu terlalu kencang pak dokter. Ada apa woi? " . Rey berhenti.
" kenapa tidak angkat telfonku tadi malam Sq? Kamu juga gak balas pesanku. " rey bertanya. Dan aku tertawa.
" Aku? kamu? Sejak kapan nih lo jadi formal gini Rey? Hp gue itu dicharger dan mati dari kemarin. Males buka hp juga si, makanya gak gue idupin. "Jelasku panjang lebar.
" Ohh gitu. Kirain hp lo ilang. Udah yuk gue anter ke kampus". Mataku berbinar. Tumben.
" Wahh? Ayok ayok. Tumben pagi-pagi baik banget. Asikk dapat tumpangan gratis gue ". Rey menggeleng sambil tersenyum. Aku berjalan menuju parkiran mobil .
" Silahkan masuk adinda " Rey tertawa sendiri. Itu benar-benar tidak lucu. Untuk menghormati nya aku tertawa juga.
" Baiklah kakanda ". Dia tertawa lagi. Ini cukup keras dari tawanya yang tadi.
Setelah cukup lama diperjalanan. Akhirnya kami sampai di kampusku. Saat aku ingin keluar dan mengucapkan terimakasih sampai jumpa, Rey menarik tanganku.
" Asa, nanti malam gue mau ngomong ke lo. Dikafe biasa. Nanti gue jemput "
Suara Rey terdengar sangat rendah dan mambuat jantungku memompa cepat. Suara nya kedengaran hangat dan sensual. Ah apa - apaan aku ini." Untuk apa? Thats important? " Rey mengangguk. Aku juga mengangguk. Dan mengambil tangannya untuk Kucium. Kan dia seperti abangku.
" Eh, lo kira gue bokap lo. " Rey menarik tangannya. Dan aku teringat Ayahku, entah dimana dia saat ini. Menyadari ekspresiku yang berubah masam, ia refleks memegang pipiku.
" eh, gue gak bermaksud sa. Maaf ya? Lo gak perlu ngamit tangan gue gitu. Diantara kita, lebih cocok begini-
Cup.
Darahku berdesir hebat. Rey mencium keningku. Ciumannya terasa dalam dan hangat. Ciuman itu sangat berefek besar pada jantung dan ekspresiku. Aku tak sadar jika aku menganga dan kulihat Rey tertawa keras.
" Anjir. Muka lo Sa. Mingkem Sa, mingkem. Jomblo ya gini nih. Gapernah dicium doi kan lo? . Kayaknya gue yang pertama Nih" Rey berseru semangat. Aku refleks mengatupkan mulutku dan aku sangat malu. Bukan karena hinaan status ku tapi karena mengingat ciumannya tadi. Aku benar benar gugup. Sepertinya mukaku sudah sangat merah seperti tomat. Terbukti, Rey tertawa lagi. Sepertinya memang wajahku memerah. Rey kurang ajar. Aku segera turun dari mobilnya dan sedikit berlari.
---
Saat aku masuk kelas, ternyata sudah ramai. Aku melihat semua yang ada dikelas. Dan mereka terkejut. Terutama Arin. Ia bahkan berlari sambil merentangkan tangannya kearahku ." Wahh. Asa gue udah datang. Sini sini kita berpelukan.". Aku tersenyum dan membalas pelukanku.
" Gue kangen banget sama lo. Lo lupa caranya ngetik atau lupa cara buka pesan. Gue ngechat, tapi lo ga bales " ucapnya menggerutu.
" Males gue balesnya. Kebanyakan nanya lo nanti. " Aku berjalan kearah mejaku dan mendaratkan pantatku diatas kursi kesayangan ku ini .
" Jahat lo. Gue kan khawatir. Oh iya gimana kak aya? Udah sehat? " aku mengangguk.
" Udah mendingan kok "
" Nanti malem gue jengukin kak Aya deh".
Aku refleks menggeleng." Gimana kalau besok aja. Soalnya gue nanti malam ada janji, jadi gue gak di rumah sakit. " kulihat arin menyerngit bingung.
" Gue kan mau jenguk kakak lo. Bukan lo. Idihh. " Arin mengangkat sebelah alisnya.
" hmm yaudah deh. Semerdeka lo aja. "
Obrolan kamipun behenti karena dosen pengajar sudah masuk kelas. Dan kuliah hari ini sepertinya cukup menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Teen FictionAsa. Perempuan yang akan merelakan, melepaskan, meninggalkan apapun yang dicintai kakaknya meskipun ia juga menginginkannya.