--12--

17 4 1
                                    

Aku sedang menunggu di taman. Aku dan Rey sudah janjian kemarin pagi. Dia menelfonku dengan nada yang tak lagi datar. Dia sudah seperti Rey ku.

20 menit aku menunggu, tapi dia belum datang. Kesal pasti. Menunggu yang tidak pasti seperti dia. Pokoknya aku harus tanya sama Rey soal kejadian kemarin. Jadi kuputuskan untuk menunggu lebih lama lagi.

25 menit, akh. Lama sekali dia. Kuputuskan untuk mengecek handphone. Ternyata sudah ada 3 panggilan tak terjawab dari Rey. Tidak berdering karena hanphone ku dalam keadaan silent. Shit!

Kuhubungi nomor Rey lagi.

" Hallo sa. Kok gak kamu angkat sih? " omel Rey.

" kok kamu ngegas gitu sih? Aku udah nunggu di sini lama banget. Kemana kamu? "

" maaf sa. Aku gabisa, aku sibuk banget. Pasienku banyak. "

" hmm yaudah. Assalamu'alaikum rey"
Aku mematikan telfon. Ada nyeri yang menjalar di dadaku. Tapi aku gak boleh labil. Rey itu sudah bekerja. Dan aku tidak mungkin bersikap keanak-anakan begini.

Aku kembali kerumahku lagi. Berlama lamaan dikasur lebih baik dari pada menunggu disini. Saat sampai rumah, aku melihat ada mobil yang terparkir di halaman depan. Aku merasa asing dengan mobil ini. Sepertinya teman kak Aya.

" Assalamu'alaikum " aku terlonjak kala mendapati seorang pria tengah menyeruput teh di ruang tengah.

" walaikumsalam. Asa? Dari mana saja? ". Aku tidak menjawab pertanyaan pria itu.

" Untuk apa anda kemari? Dimana kakak saya? " pria itu sudah tegak saat aku ingin berlalu dari hadapannya.

" Tunggu sa, ayah mau bicara penting sama kamu". Aku tertawa sinis.

" Oh ya? Sangat penting sekali ya Ayah? " aku sengaja menekan kata Ayah. Dan ku lihat mata Ayah berkaca-kaca.

" Asa, tolong dengarkan Ayah. Ayah gak punya banyak waktu untuk Kalian. Ayah ingin kalian tinggal dirumah Ayah. Ayah ingin kalian bertemu dengan keluarga ayah. " mataku membulat dan aku terawa renyah.

" Tinggal bersama anda bersama keluarga Anda? Jangan mimpi. Asa sudah nyaman tinggal dengan kak Aya disini. Lagian untuk apa anda menjemput kami lagi? ". Aku memalingkan wajahku yang sudah banjir air mata.

" Ayah mohon sa. Maafin ayah. Ayah gak bisa dihantui rasa bersalah terus. Ayah punya alasan untuk semua ini. Maafin ayah. Ikut sama Ayah ya? ". Aku menggeleng kuat.

" Kamu bukan Ayah saya. Bertahun tahun saya rindu pelukan ayah saya. Tapi anda kemana? Kemana ayah saya. Saat ibu meninggal gak adalagi yang jemput Asa sekolah. Saat teman teman asa nanya dimana Ayahnya. Aku cuma bisa senyum yah. Kalau anda selalu dihantui rasa bersalah mengapa anda tidak sedikitpun mendatangi Kami. Kenapa? ". Kini aku mengamuk seperti orang kesetanan.

" Mohon maaf. Saya gak bisa ". Aku berlalu meninggalkan Ayah yang sedang menangis juga. Sungguh aku tidak tega. Aku ingin berlari lalu bersujud minta maaf kepada Ayah. Tapi lagi lagi egoku lebih berambisi.

----
" Rey. Aku capek". Rey menoleh kearahku.

" Capek? Kamu kenapa? Kamu sakit? ". Aku menggeleng lemah.

" Aku udah bikin Ayah sedih Rey ". Mataku kembali memburam. Membicarakan Ayah membuat dadaku sesak.

" Kamu cuma perlu menepis ego kamu sayang. Jangan terlalu emosi. Bicarain baik baik. Aku yakin Ayah punya alasan. Kamu cuma perlu minta maaf.". Rey membawa ku kedalam dekapannya. Aku menangis kencang disana.

" Gak bisa Rey. Gak bisa. Aku .. Aku takut kecewa lagi ". Sungguh tempat ternyaman selain kasurku adalah pelukan Rey. Benar benar menghangatkan.

" Bisa. Aku yakin kamu bisa. Setauku kamu bukan orang yang punya ego yang besar. Kamu pemaaf sa. Aku yakin kamu bisa ". Aku mendongak.

" Kalau Ayah gak mau maafin aku Rey?  Aku udah banyak salah. A Aku udah bikin Ayah sakit hati. Aku udah jahat. "

" Aku yakin ayah kamu pasti maafin kamu. Minta maaf oke? " . Perlahan aku mengangguk. Jujur aku sangat ragu tapi aku tidak bisa terus terusan benci Ayahku sendiri.

" Udah ah. Cengeng banget. Mukamu jadi merah gitu. Jelek". Rey mengusap pipiku yang sudah banjir Air mata.

Aku tertawa lemah.
" Terimakasih banyak Rey. Aku cinta kamu ". Aku kembali memeluk Rey.

" Jangan pernah tinggalin Aku ya Rey ".  Kurasakan Rey mengangguk.

" Maaf kalau kamu harus ngadepin semua sifat childhisku. "

" Udah ah jangan minta maaf mulu ". Aku tertawa dalam pelukan Rey.

" Sa"

Aku hanya menjawab dengan gumaman tanpa melepas pelukan Rey. Sungguh aku ingin dipeluk terus sama Rey.

" Pelukan sama kamu kok enak ya. "

Mataku membulat. Aku baru teringat kalau laki laki ini si bastard yang mesum. Aku mendorong tubuh Rey menjauh.

" Ish. Mesum". Dia tertawa keras.

" Sini peluk lagi" aku tidak membalas rentangan tangannya.

" Gak ah. ".

" Tadi aja meluknya kenceng banget. Giliran diajak sok nolak. Dasar labil ".

Aku menjulurkan lidahku dan berlalu meninggalkan Rey.

" Asa tunggu kakanda. Peluk kakanda lagi. Adinda ku...". Rey berteriak di jalanan.

Sungguh. Rey benar benar bisa menghiburku dengan caranya. Aku benar benar menyayanginya.

✌✌✌
I hope you like. Dont forget to bring the stars. Love you :*

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang