Kini aku masih menganga di atas kasur ku. Bagaimana tidak? Si Rey yang tampan itu membuat ku blushing berulang kali. Aku tak habis fikir. Apa yang membuatnya banyak memujiku kemarin malam.
" Asa, gue temenan sama lo dari zigot kok gue baru nyadar kalo lo imut "
" Sa, type cowo lo kayak gue gak sih? "
" Sa, kata Ardo kita mirip. Dan gue pernah baca kalo ada cowo sama cewe mirip berarti jodoh. Ehm gimana nih sa? "
Pertanyaan-pertanyaan Rey masih terngiang-ngiang di kepalaku. Berkali-kali aku mencoba untuk tidur dengan berbagai posisi ternyaman tetapi tak kutemukan dan tak bisa membuat aku terlelap. Saraf saraf otakku dipenuhi oleh satu nama -
Reyhan Zahid Pratama. Aku dan Rey adalah sahabatku sejak kecil. Oh bukan hanya aku, ada kak Aya juga. Rey lebih tua dariku. Dia seumuran dengan kak Aya, tapi karena dia pintar dia menjadi siswa yang ikut akselerasim. Beberapa dari kalian mungkin berfikir kalau aku tidak sopan karna memanggil Rey tanpa embel-embel abang atau kakak. Tapi sungguh, Rey yang mengatakan kalau aku panggil dia Rey saja. Lebih tampan katanya . Dari kecil, Rey selalu memperlakukan aku dan kak Aya dengan sangat baik. Meskipun Rey sedang marah, Rey sebisa mungkin tetap bahagia dan tersenyum saat aku didekatnya. Hingga saat aku SMA, Rey masih memperlakukan aku dangan sangat baik. Bahkan terkesan romantis. Aku berasa punya pacar saat SMA karna Rey sering mengantar jemput aku kesekolah. Sehabis pulang sekolah juga kami selalu jalan jalan. Pokoknya benar-benar romantis.
Perlakuan manis darinya benar-benar membuat aku melayang. Katakan saja aku masih labil saat itu, tapi perempuan mana yang tak suka diperlakukan dengan manis?. Aku tak munafik. Langsung saja. Aku suka Rey. Tapi rasa itu berubah seiring waktu menjadi cinta. Aku tau yang kurasakan ini salah. Hanya karna perlakuan manis Rey yang padahal dia beri ke orang lain juga, bahkan setiap dia menggombali aku dia tertawa saja, aku bisa terlalu terbawa perasaan. Tapi bagaimana lagi? Aku tau aku salah. Mencintai sahabat ku tidak masuk dalam list pencapaian ku. Tapi cintaku ke Rey, datang tiba tiba. Aku tak pernah tau sejak kapan perasaan laknat ini hadir. Yang jelas, tidak ada satu pun orang yang bisa merubah Itu selain takdir.
Ternyata dengan memikirkan saat-saat romantis ku dengan Rey, membuat aku mengantuk. Dan untuk tidur malam ini, aku harap Rey hadir dimimpiku.
---
" Pagi kak Ayaaa!!! Ciee, cieee, sudah bisa pulang malam ini kann? Asik.. aku bisa tidur bareng kak Aya lagi!!! "Kak Aya langsung memelukku.
" Ah iya, kak Aya sudah kangen berattt sama Asa. " aku tersenyum ramah.
Sambil mengemasi pakaian kak Aya, aku sebenarnya ragu untuk bertanya perihal boleh atau tidaknya aku bekerja. Tapi ini memang harus kupertanyakan." Kak aya? "
" hm? " kak aya menoleh kearah ku" Nanti malam Asa mulai bekerja di kafe doeloe punyanya temen Asa, kakak izinin asa ya ? " kulihat kak aya mengerutkan keningnya
" Bekerja? Untuk apa? Kakak sudah sembuh Sa. Biar kakak yang bekerja. "
Aku maju kearah kak Aya yang mulai naik tensinya." Dengerin asa kak. Kakak kan baru sembuh, masa iya kakak langsung kerja. Asa udah besar kak, Asa bukan anak kecil lagi. Asa juga pengen bantuin kakak, selama ini kakak yang udah ngebiayain kehidupan asa. Asa ga bisa buat kakak terus terusan capek. Ya kak? " kak asa memelukku erat sambil mengucapkan kata maaf berulang kali.
" Oke, kakak bolehin. Tapi kalau kamu sampai sakit karena kelelahan. Kamu harus keluar dari pekerjaan kamu "
Aku mengangguk senang. Kak aya memang kakak terbaik.----
Malam ini aku sangat bersedia untuk bekerja. Ini hari pertama ku bekerja. Dan aku tidak mau ada yang salah. Selesai sholat maghrib dan makan malam, aku pergi menghampiri kak Aya yang sedang menyusun piring." Kak, Asa pergi dulu ya? "
" Oke, hati-hati Saa "
Aku mengamit tangan kak asa dan menciumnya.-
" Malam bang Rengga " bang Rengga menoleh dan tersenyum hangat
" Ehh Asa, semangat sekali kelihatannya " bang Rengga tertawa kecil. Aww itu sangat imut.
" Hehe iya nih bang. Jadi Asa mulai dari mana nih? "
" Jadi nanti, kamu catat pesanan pelanggan, lalu kamu antar ke abang. Nanti kamu ngantar juga, tapi nanti kalau ramai, abang bantuin. " aku mengangguk, kedengarannya itu pekerjaan yang seru.
Setelah menunggu 10 menit, dan benar saja kafe mulai dimasuki beberapa orang. Aku langsung menjalankan tugasku. Ternyata semakin malam, kafe semakin ramai. Terlihat bang Rengga ikut membantu aku juga. Ternyata menjadi seorang barista tidak semudah yang kufikirkan. Aku harus berusaha memahami karakter masing-masing pelanggan. Dan aku harus berusaha se ramah mungkin. Hingga saat pukul 9 kulihat beberapa rombongan lelaki datang. Segera aku datang ke meja mereka dan begitu terkejutnya aku ternyata ada Rey. Mampus aku! Rey bisa marah kalau melihat aku bekerja seperti ini. Tapi ini demi membayar utangku ke dia juga kan?
" Selamat malam, ingin pesan apa? "
Kulirik Reyhan yang ternyata telah menukikkan kedua alisnya. Dia bukan terlihat seram tapi sangat menggemaskan. Eh-" Kopi susu nya 3, cappucino hangat 3."
" Okay. Tunggu sebentar ya? "
Pria yang bername tag ihksan itu mengangguk.Setelah aku memberikan pesanan mereka. Aku pergi ke kamar mandi karena perut ku sakit sekali. Biasa, panggilan alam. Tapi saat aku keluar, ada tangan yang menarikku.
" Tolo hmmmmpppp " aku membulatkan mataku ternyata itu Rey.
" Rey? Lo ngagetin gue " aku berusaha menormalkan detak jantungku karena berada terlalu dekat dengannya. Rey hanya diam. Aku tau dia pasti marah. Segera aku beranjak dari tempat itu namun langkahku terhenti saat rey bersuara
" Gue mau kita bicara setelah lo selesai. Gue tunggu dimobil. "
Aduh!! Aku hanya bisa pasrah sepertinya
-----
Holla!!!
How are u readersss???!!
Pada kangen gak nehh? Pasti dong yekann:" uhuy.
Maafin keterlambatan update. Aku bener2 sibuq ngerjain tugas kupret. Maap yee??!!
Maap juga kalau kurangg syadapp. Ini aku lagi usaha.
Jangan cuma see doang dung,Pencet tanda bintang juga. Kalau mau si di komen joga. Huhu:'(( . Pan gratis??:v
Ukay see you in the next chapter:*
•
•
•
Best RegardSilna
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Teen FictionAsa. Perempuan yang akan merelakan, melepaskan, meninggalkan apapun yang dicintai kakaknya meskipun ia juga menginginkannya.