Kini aku sudah berada dimobil rey. Bukan hanya suhu ac di mobil ini yang dingin. Tapi atmosfer diamnya rey membuat aku kikuk. Aku mencoba buka suara.
" Rey, gu gue bisa jelasin" . Aku bicara tanpa menatap mata rey.
" Apa yang mau lo jelasin? Lo kerja malam malam? Biar bisa keluar malam gini? Biar bisa jadi jalang? Lo liat sekarang udah jam sebelas. Perempuan apa yang pulang jam segini kalo enggak perempuan abal abal? Lo seharusnya mikir sa, kakak lo baru aja sembuh. Jangan egois. Kasian kakak lo, aya yang udah jagain lo. Jangan nambah beban dia lagi. "
Hah? Apa apaan dia? Apa dia tidak menggunakan otak sebelum bicara. Aku merasa mataku memanas. Kalimatnya benar benar membuat aku sakit hati. Aku mengumpat didalam hati. Kenapa bisa dia bilang aku ingin jadi jalang? 1 2 3. Dan aku tidak tahan. Aku menangis sambil menutup wajahku. Persis seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan tapi tidak dibolehkan.
Rey sepertinya menoleh kearahku. Aku rasa dia terkejut. Dia menepikan mobilnya. Dan melepas seatbeltnya.
" sa, gue gak bermaksud bikin lo nangis. Ah shit " dia memukul kaca jendela sampingnya.
" lo keterlaluan rey, lo jahat. Kalo lo pikir gue pengen jadi jalang, gue udah lakuin itu saat temen-temen SMA gue ngajak gue clubbing dulu. Tapi gue masih punya otak buat gak ngelakuin itu. Lo salah besar rey. Gue kerja demi kak aya. Gue gak bisa bikin kak aya capek terus. Gue gak mau bikin kak aya sakit lagi. Gue udah terlalu nyusahin kak aya. Gue pengen mandiri rey. Tapi omongan lo bener-bener bangsat rey. ". Aku bicara sambil sesenggukan. Ternyata bicara sambil menangis itu benar benar menyesakkan. Rey langsung mendekapku erat.
" sa, maafin gue. Gue bukan nyamain lo sama jalang. Gue cuma khawatir sama lo. Lo itu udah kayak adik kandung gue sa. Gue ngerasa punya tanggung jawab atas lo. Lo bisa minta apapun ke gue sa. Tapi tolong, jangan bahayain diri lo sendiri". Aku sontak mendorong tubuhnya dariku.
" enggak rey. Gue gak bisa bergantung terus sama lo. Lo cuma sahabat gue kan? Lo gak perlu ngerasa punya tanggung jawab sama gue. Lo pengen bahagia kan? Gue gabisa ada didekat lo terus. Nanti lo pasti hidup dengan cewek pilihan lo. Lo punya masa depan rey. Bukan cuma mikirin gue. Kebaikan lo udah banyak banget ke gue rey. Gue gak tau bales nya pake apa. Cukup rey. Lo minjamin duit ke gue buat operasi kak aya waktu itu, itu yang terakhir rey. Gue janji gue bakal bayar. Tapi tolong biarin gue hidup dengan mandiri rey" .
Aku bicara panjang lebar. Tapi rey hanya diam. Aku mecoba menetralkan deru nafasku. Dan meminimalisir sesenggukan anak kecil ini. Rey melanjutkan perjalanan. Tapi sepanjang perjalanan kami hanya diam. Hanya terdengar sesekali sesenggukan kecil ku. Aku terus memandang kaca jendela, dan ternyata aku sudah sampai di depan rumah ku. Saat aku hendak keluar rey tiba tiba bicara.
" sa. Tunggu dulu " aku mengehentikan akivitas ingin membuka pintu. Aku sengaja tak menoleh kearah rey. Karna aku malu. Kurasa mataku sudah bengkak seperti bola pimpong. Aku hanya menunduk.
" sa, liat gue. " dengan berat hati aku menoleh kearahnya. Dan wow. Rey sangat tampan. Tatapan nya membuat aku tersihir. Eh-- *plak
" sa, lo bener. Gue pengen bahagia. Gue pengen punya masa depan sama cewek yang udah gue pilih". Kenapa ini menyakitkan. Padahal kan aku tadi yang bilang kedia. Mungkin benar ini saatnya aku mundur untuk mencintai rey. Aku mengangguk membenarkan ucapan rey.
" iya rey, lo harus bahagi--
" gimana kalo gue mau bahagia nya sama lo sa? "
" hah ? "
" gimana kalo gue pengen punya masa depan bareng lo? "
" rey? Lo gak lagi ngerjain gue kan? "
" gimana kalo gue cinta sama lo sa? "
---------
Holla baby!!!!
Lama tidak bersuaaa😷😷
Kangen readersss :"(
Maap ye update nya lamohee.
Abisnya aqu tu mager bgt. Syumpa😶
Penasyaran???
Saksikan terusss-----•
•
•
Salam dari istrinya rey
Sycsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Teen FictionAsa. Perempuan yang akan merelakan, melepaskan, meninggalkan apapun yang dicintai kakaknya meskipun ia juga menginginkannya.