--9--

25 5 2
                                    

Pagi pagi aku sudah sangat semangat untuk kuliah. Sebelum berangkat, aku memutuskan untuk membantu kak Aya memasak di dapur. Kak Aya sering sekali menyerngit bingung melihat aku yang over power di pagi ini. Bagaimana tidak? Aku kerap tersenyum sambil mengingat ingat tadi malam.

" Asa, stop senyum senyum. Jijik banget aku liatnya. " sepertinya kak Aya kesal. Haha itu pasti, jomblo kayak kak Aya mana tau rasanya.

" Ah. Iya iyaa kak " aku tersenyum geli

" kenapa kamu senyum senyum? " aku hanya menggeleng dan tidak lupa dengan senyuman.

" ihh, sumpah aku jijik sa. Udah cepat makan terus pergi kuliah. "

" kakak gak kuliah? "

" kuliah dong. Kakak udah bosan dirumah. Kakak juga kangen sama temen temen" aku hanya ber oh ria.

Kami melanjutkan aktivitas makan setelah memasak didapur.

" Gimana ngedate kemarin malam? " kak Asa membuka suara. Nadanya tidak tinggi tidak juga rendah. Benar benar datar.

" Hm.. Gimana ya kak ? Yaa gitu dehh. Hehe " aku menunduk karena malu. Aku ingin bilang kalau aku sudah resmi menjadi pacarnya Rey, karena aku tidak mungkin bisa menyimpan rahasia terlalu lama dengan kak Aya.

" Kak,, sebenernya Asa --

" Kakak harap kamu gak lupa Sa." kak Aya memotong ucapanku dengan cepat.

" Lupa ? Lupa apa ? " kak aya memandangku tajam. Lupa apa? Aku gak tau sama sekali. Ini bukan ulang tahun Kak Aya. Lalu apa?

" ehm, enggak ada. Maksud kakak, kamu jangan lupa, malam ini kerja kan? " kak Aya bicara dengan gugup.

"Oh, iya. Nanti malam Asa kerja." aku bingung. Tumben ngingatin aku kerja. Biasanya kalau aku kerja, kak aya selalu menghela nafas. Tapi kali ini? Aku yakin. Kak Aya have a secret.

-------
" Hai arin. Good morning!! " Seruku memanggil arin

" Eh. Tumben semangat. Ada gerangan apa nih? ". Arin tersenyum kepadaku.

" Hehe. Iyanih semangat banget gue. Lo mau tau sesuatu gak? " tanyaku bersemangat.

" Enggak " what the fuck.

" Langsung gue kasih tau aja deh. Gue jadian sama Rey " arin tersedak minumannya dan membulatkan matanya sambil menoleh kepadaku.

" Huahahaha. Muka lo bangsat. Pasti lo kaget kan. Haha iya dong. Huaa. Gue gak jomblo lagi anjir. " Aku menopang daguku sambil tertawa kecil.

" Kok lo bisa jadian sama Rey? Kayaknya Rey gak pernah suka sama lo deh. Sikap dia ke lo kayak Abang ke adik nya doang. " kini Arin mengoceh takjub. Cih. Tadi katanya dia enggak mau dengar.

" Iya Rin. Gue juga gak nyangka. Ternyata cinta gue gak bertepuk sebelah tangan. " Arin menaikkan alisnya sebelah

" Lo gak takut dia punya maksud dibalik ini semua? " Aku langsung menggeleng.

" Gue percaya sama Rey. " Arin mengangguk. Aku yakin Arin mendukung hubungan ku dengan Rey. Karena cuma Arin tempat keluh kesahku. Dia tau betul aku suka Rey sejak lama. Bahkan sebelum aku beritahu. Arin memang cenayang.

" Hmm, bagus. Gue dukung lo. Tapi gue ingatin. Jangan terlalu bucin. Gue gak mau lo bodoh cuma karena cinta " . Kan sudah kutebak. Dia pasti setuju.

" Oke cenayang ku. " aku menunduk hormat pada Arin.

" Tapi lo tau sesuatu gak --
Aku mengangkat kepalaku.

" Apa? ". Arin menggeleng.

" Gak ada ". Dia bohong. Aku tau Arin bohong. Dia menggores - goreskan kuku di jari telunjuk nya ke kuku jempol. Itu kebiasaan Arin kalau dia bohong. Aku bukan sok tau. Tapi pernah saat aku meminta Arin menemani ku ke mall dia bilang dia ada acara keluarga. Tapi ternyata dia jalan dengan pacarnya si Fadly. Saat bicara Arin tidak gugup. Tapi aku melihat dia melakukan aktivitas itu. Saat itu aku tau , itu kebiasaan Arin kalau sedang berbohong.

" Lo bohong. Cepetan ada apa? " aku mendesaknya.

" Hmm. Fadly baru balik dari Jogja." . Wah dia semakin berbohong.

" Jangan bohong lah Rin ". Arin langsung beranjak.

" Iya, gue gak bohong. " Kini aku semakin yakin kalau Dia bohong. Huft. Aku yakin dia juga merahasiakan sesuatu.

---
I hope u like.

Sycsa

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang