Pagi setelah bangun tidur, aku sudah bersiap-siap untuk kerumah sakit. Aku sudah sangat rindu dengan kak Aya. Sebelum itu, aku memasak makanan kak Aya dulu. Setelah selesai, aku bergegas pergi ke rumah sakit. Aku memutuskan untuk naik angkutan umum saja, biar biaya nya lebih irit. Setelah sampai, aku masuk ke dalam ruangan kakak dan saat aku membuka pintu aku melihat kakak yang sudah bangun sambil menangis. Aku segera berlari dan memeluk kak Aya.
" Kakak kenapa? Apa ada yang sakit lagi kak? Yang mana kak? Biar Asa panggilin dokter ya?" aku menyodorkan banyak pertanyaan, dan reaksi kak Aya hanya menggeleng lemah sambil mengusap air mata nya yang jatuh.
" Kak, kakak kenapa nangis? Apa kakak lapar? ini Asa bawain makanan kesukaan kakak, kita makan ya, pasti kakak suka " tiba-tiba kakak menangis keras sambil memelukku, aku bingung apa yang terjadi dengan kakak
" Maafin kakak Asa, kakak udah buat Asa jadi susah gini, kakak udah buat Asa jadi sedih. Duit operasi kan mahal Sa, kamu dapat duit dari mana? " Aku menggeleng. Tidak mungkin aku bilang kalau aku belum mendapatkan uang untuk operasi kakak. Saat operasi, Reyhan yang bilang ia akan membantu kami. Dan aku berjanji aku akan mengganti uang itu secepatnya. Dan tidak mungkin juga aku bilang kalau reyhan yang membantu biaya operasi, bisa bisa kakak akan marah .
"Kakak tidak perlu banyak banyak berfikir kak, aya sudah urus semuanya." ujarku sambil mengusap air mata kak Aya.
" Maafin kakak Sa, kakak udah ngerepotin kamu, buat kamu susah gini. Kakak udah sehat, kita bisa pulang hari ini." kakak menepis tanganku dan ingin segera beranjak namun aku langsung menahan kakak, bagaimana bisa baru kemarin isi perutnya dibongkar dan ia minta pulang hari ini.
"Eh kak Aya, kakak belum sehat kak. Kakak gaperlu minta maaf, selama ini kan kakak udah ngerawat Asa. Kakak gaboleh gini dong, kalo kakak gini Asa makin sedih. Kakak istirahat dulu ya, kata dokter seminggu lagi kakak baru boleh pulang"
"Seminggu lagi? Satu hari dirumah sakit itu biayanya sudah bisa buat beli nasi bungkus untuk 3 hari Sa. Kita gak punya duit sebanyak itu, kamu masih kul--
Terdengar bunyi knop pintu terbuka, kami menoleh keasal suara, dan ternyata itu Rey.
"Selamat pagi cantik, eh ada Asa juga. Sudah lama sa?" kulihat kak Aya tersenyum simpul menanggapi pujian dari Rey."Belum , baru 10 menit yang lalu. Sudah makan Rey? Sini gabung bareng kak Aya. Kakak belum makan, masa iya aku baru nyampe udah di omelin."
Aku menggerutu dan Rey hanya tertawa singkat."Yasudah, aku ikut makan juga. Aku juga belum makan nih"
" Yeyy, yasudah suapin kak Aya ya. Aku mau ke depan sebentar ." aku beranjak dari kursi yang kududuki disamping kak Aya.
"Kamu sudah makan Sa? " aku berhenti saat kak aya bertanya padaku. Aku menoleh dan mengangguk sambil tersenyum
"Dadahhh, nikmati waktu berduanyaa yaa" aku mengedipkan sebelah mataku ke kak Aya, dan kak Aya hanya tertawa.
---
Setelah aku keluar , aku duduk di kursi tunggu di depan ruangan kak Aya. Aku mengeluarkan ponsel ku dan banyak sekali pesan yang masuk. Ponselku sampai macet karena begitu banyaknya pesan. Padahal baru kemarin aku tidak membuka handphone.Ku baca satu persatu pesan yang masuk. Kebanyakan dari teman teman kampus ku yang menanyakan kabar kak aya. Bagaimana tidak, kemarin aku benar benar panik. Aku menjerit saat mendengar telfon dari Rey yang mengatakan kalau kak Aya masuk rumah sakit. Jeritanku membuat ricuh satu kelas. Mereka mengira aku kesurupan. Dan kulihat berbagai macam reaksi. Ada yang membaca ayat kursi, menjauh dari ku dan mendekat padaku untuk menenangkan aku. Aku benar-benar tidak berdaya saat itu, hingga aku terus menangis sambil menyebut nama kak Aya. Mereka semua kebingungan melihat aku yang sudah berlari keluar kelas.
Aku membuka pesan daru grup "kapaq" yang beranggotakan Aku, Arin, Ica, Sarah, Ai, Ipil, Dona dan Rani. Mereka semua sahabatku sejak aku SMA. Hanya aku dan Arin yang satu kampus. Nisa dan dona kuliah di universitas andalas di padang. Ai kuliah di Surabaya. Ipil, rani dan sarah kuliah di Semarang. Meskipun kami berada di kota yang berbeda tapi sebisa mungkin kami tetap berkomunikasi.
Ternyata isi pesannya adalah membahas tentang reuni angkatan 12 minggu depan. Aku sangat senang tapi sekaligus sedih. Aku senang bisa bertemu dan melepas rindu dengan mereka semua. Tapi aku bingung, kak Aya belum sembuh total. Bagaimana bisa aku meninggalkan kak Aya sendirian di Jakarta. Sementara aku pergi ke Bandung untuk reuni. Aku juga harus kerja untuk membayar uang operasi kak Aya. Tidak mungkin aku tidak membayarnya ke Rey. Meskipun Rey sahabatku dan kakak sejak masih embrio tapi tetap saja aku masih punya cukup malu untuk itu. Sekarang aku benar - benar bingung.
----
Hollaaa!!!
Maafkan kegajean ini.
Don't forget to Votting And Comment :)Best Regards.
Silna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Teen FictionAsa. Perempuan yang akan merelakan, melepaskan, meninggalkan apapun yang dicintai kakaknya meskipun ia juga menginginkannya.