08. Temen Semeja

101 15 0
                                    

Waktu menunjukan pukul 06.20. Rei berangkat ke sekolah lebih pagi. Ada satu alasan yang membuat dia jadi rajin begini, padahal biasanya dia berangkat 30 detik sebelum bel masuk berbunyi.

Rei berjalan ke kelas dengan kaki kanan masih terbungkus perban. Dengan alat bantu kruk dia berjalan terantuk-antuk. Dokter bilang, dia harus menunggu dua hari lagi untuk sembuh total. Tapi bukan Rei jika dia menurut begitu saja, dia tetap nekat masuk sekolah hari ini meskipun neneknya sudah melarang.

Keadaan kelas masih sepi, bisa dibilang ini masih terlalu pagi. Hanya ada anak-anak cowok yang sudah asik tertawa, entah apa yang mereka tertawakan.

XA2 memang aneh, para cewek kelasnya terkadang berangkat lebih siang daripada anak cowok, kecuali Rei sih, karena dia paling anti bangun pagi. Tapi entah apa yang merasuki Rei, hari ini dia bisa berangkat pagi sekali. Ini merupakan rekor baru dalam hidupnya.

"Morning class," ucap Rei dengan skill bahasa Inggris-nya yang belepotan setelah sampai di depan kelas.

Semua orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing menoleh kaget. Bara yang pagi itu sedang adu panco dengan Rocky pun jadi kalah, kemudian memarahi Rocky karena menganggapnya bermain curang.

Choki menghambur memeluk Rei erat membuat cowok itu tersenggal kehabisan nafas.
"Hee goblok, gue belum mau mati," katanya memukul punggung Choki keras.

Choki meringis lalu menepuk bahu Rei akrab.
"Gue kangen lo tau. Waktu di rumah sakit gue nyasar, jadi nggak sempet jenguk lo," katanya sedih.

"Ck. Nggak papa kali, gue juga udah sembuh," balas Rei santai.

Geo, Galih, Rocky dan Bara ikut mendekat, sementara Angga dan Bima hanya menonton acara temu kangen mereka dari tempat duduk. Mereka berdua memang tidak terlalu dekat dengan Rei. Mereka hanya sering mengobrol tapi tidak sampai nongkrong bareng seperti mereka.

"Woy Fuad, kog udah sehat?" Geo menepuk kepala Rei pelan. Rei tersenyum lebar melihat partner kebut-kebutannya di jalan itu.

"Lo seneng ya Rei sakit," Rocky yang membalas ucapan Geo. Rei hanya terkekeh geli. Sibuk mencari seseorang yang menjadi alasannya nekat masuk sekolah hari ini.

Geo merangkul Rei membuat cowok itu tersentak namun akhirnya balas merangkul.
"Seneng dong. Musuh gue di jalan jadi berkurang," balas Geo santai. Rei tidak merasa tersinggung sama sekali, dia sudah terbiasa dengan gaya bicara Geo yang asal nyeplos itu.

"Gws ya, udah masuk aja lo," Galih berjalan ke depan kelas kemudian menjabat tangan Rei dan kembali duduk ke kursinya.

Galih ini emang nggak jelas banget, deh.

Rei menatap cowok berkulit pucat itu bingung. Rocky, Choki dan Geo yang berdiri disampingnya pun melongo. Sepertinya hanya Bara yang paham dengan sikap Galih, terlihat dari raut wajahnya yang tetap tenang. Memang, Bara dan Galih itu terkadang satu kepribadian.

"Get well soon brooo," kata Bara mengcopy apa yang Galih lakukan tadi.

"Bangke, giliran udah sembuh baru ngucapin," Choki mencibir. Rocky jadi ikut-ikutan menyahut.
"Didikan lo tuh,"

Choki sudah ingin menoyor Rocky jika pertanyaan Rei tidak membuat mereka terdiam.
"Hesya... dimana ya?"

Hesya duduk di kantin sendirian. Pagi-pagi seperti ini memang suasana kantin tidak terlalu ramai. Dia mampir sebentar untuk makan karena tadi pagi belum sarapan.

Hesya menyendokkan satu bulatan bakso ke mulutnya. Tangannya sibuk menggeser beranda Instagramnya. Sampai tidak menyadari kursi kosong di depannya sudah diduduki seseorang.
"Kalo makan jangan main hp Sya," suara Windy membuat gadis itu mendongakkan kepala.

ZER0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang