Malam hari di kamar hotel no 47.
Suasana riuh terdengar begitu Angga masuk membuka pintu.
"Let's kill this love! Tet teret tet teret rapampampampampampam,"
Angga mendengus kesal melihat pemandangan menggelikan di depannya.
Dia tidak habis pikir dengan kedua makhluk berurat malu putus itu. Siapa lagi kalo bukan Bara dan Choki. Manusia super hiperaktif yang kerjaannya nyampah dan ngereceh.
Angga memejamkan mata tak acuh melihat kerusuhan yang mereka buat.
Bara dan Choki menghentikan tariannya begitu Angga masuk ke kamar hotel dengan wajah dingin seperti biasa. Ihsan dan Ananda anak XA1 —teman sekamar Bara dan Choki— yang tengah asik main game ikut menoleh.
"Cie es batu kangen ya sama gue," ucap Bara, mematikan lagu dari laptopnya.
Angga melirik sinis kemudian menjawab dengan singkat.
"Nggak,""Dih lagian ngapain kangen sama lo, mendingan kangen sama gue, ya nggak Ngga?" Choki meringis lebar menunjukkan deretan giginya.
"Bodo. Gue mau numpang pup. Toilet gue dipake Galih," Angga berjalan cepat menuju pintu toilet, mengabaikan wajah-wajah kesal kedua makhluk hiperaktif itu.
"Dasar, kalo ada butuh aja kesini. Sedih aku tu," Dramatis Bara yang diangguki Choki dengan wajah memelas.
Ihsan dan Ananda hanya mengedikkan bahu acuh kemudian kembali pada dunianya.
"Kita disini berasa ghaib nggak sih Bar, kaya nggak dianggep gitu," sindir Choki kesal yang langsung mendapat lirikan tajam Ihsan.
"Udah deh lo berdua lanjutin aja joget-jogetnya, yang penting jangan ganggu kita. Lagi push rank nih," ucap Ananda tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
Choki mendecak kesal.
"Yaudah deh, kita lanjut aja Bar,"Bara mengangguk kemudian memutar video di laptopnya.
"BLACKPINK IN YOUR AREA!" teriaknya nyaring diikuti ayunan lightstick di tangan kanan Choki. Keduanya mulai heboh begitu member-member grub KPOP itu mulai menari.
"Asek Lisa cantik parah, Jisoo apalag—"
Duak!
Sebuah gayung melayang tepat di kepala Bara. Bara meringis sebelum akhirnya mengumpat kasar.
"Woy siapa yang ngelempar?!" Teriaknya melihat Ihsan dan Ananda yang memasang wajah polos. Tentu aja bukan mereka.
Dia beralih menatap pintu toilet yang agak terbuka, sebuah kepala menyembul dari balik pintu. Memperlihatkan adegan mengerikan seperti di film-film horror.
Angga dengan tatapan membunuh tengah berdiri disana. Menatap Bara dan Choki dengan wajah seperti vampir haus darah.
"Jangan brisik! Gue nggak bisa pup goblok."
Keduanya meneguk ludah kemudian memutuskan untuk mematikan laptop dan pergi tidur. Dengan langkah ragu-ragu mereka pergi ke ranjang. Ihsan dan Ananda yang merasakan aura mencekam itu ikut mematikan HP dan segera tarik selimut.
Angga menutup pintu dengan keras kemudian melanjutkan aktivitasnya.
—
"Na, lo tau nggak sih?" Tanya Ayana sambil menyedot caramel latte-nya.
"Nggak tau lah, kan lo belum ngasih tau," jawab Fiona memakan banana split yang tinggal setengah suapan.
Ayana melirik sekitar, suasana kafe tempat nongkrong mereka malam ini cukup ramai. Ada Rei, Flora, dan Teressa yang duduk di pojokan.
Fiona dan Ayana sengaja memisah sebentar dari mereka karena ada hal penting yang harus dibicarakan.
"Gue kasih tau deh, tapi lo diem ya. Jangan sampai anak-anak tau," Fiona hanya mengangguki.
"Masa Angga beda sih Na," bisik Ayana pelan.
Fiona mengernyitkan alisnya.
"Beda gimana?"tanya Fiona bingung.
Ayana mendesah pelan.
"Dia jadi perhatian gitu sama gue,""Ya bagus dong," Fiona kembali menikmati makanannya.
"Kog bagus, harusnya aneh dong. Dia kan cuek pake banget, masa tiba-tiba jadi perhatian nanyain gue udah makan apa belom," kesalnya.
"Ngeri juga sih. Apalagi Angga kan terkenal anti cewek," Fiona membayangkannya sambil mengunyah banana split di mulutnya.
Ayana mengaduk pelan caramel latte-nya. Menatap kosong saus karamel yang menempel di sedotan. Matanya terpaku, tapi pikirannya melayang entah kemana.
"Woy, berduaan aja lo!" Rei datang-datang membuat lamunan Ayana buyar. Matanya mengerjap karena kaget.
"Ngapain sih ni kutu celana kemari," Fiona mendecak kesal.
"Gue kangen bebeb Hesya Pi," Rei memelas kemudian duduk di kursi kosong sebelah Ayana.
Fiona memutar bola mata malas.
"Kalo kangen susulin gih ke Bali,""Rei mana ada duit sih Na. Servis motor aja masih minta ayah bunda,"cibir Ayana yang langsung mendapat pelototan tajam dari Rei.
"Biarin dong. Yang penting nggak minta sama tetangga," balas Rei santai.
"Serah lo dah. Gue mau pulang duluan," Ayana beranjak dari kursinya.
"Eh eh, ntar dulu dong," tahan Fiona.
"Kita kan lagi nongkrong bareng temen-temen. Nggak asik kalo lo pulang duluan," lanjutnya."Gue capek Na, sue dah. Pegel semua nih badan gue gegara bantuin bokap bangun kandang macan," balas Ayana memasang raut wajah lelah.
"Hah, ciusan? Mau liat dong macannya," Celetuk Rei semangat.
Sontak hal itu membuat Fiona tidak tahan untuk menjitak kepalanya.
"Mana ada bambang. Percaya banget sih lo," sewot Fiona kesal. Ayana hanya terkikik menahan tawa.
Rei meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.
"Jahat banget, dasar nenek sihir!"Fiona memeletkan lidahnya santai, membakar api amarah Rei semakin menggebu-gebu. Asek.
"Pokoknya lo nggak boleh balik duluan," rengek Fiona sambil menarik-narik tangan Ayana. Persis kaya adegan anak yang nggak mau pisah sama ibunya.
"Gue capek beneran Na. Kangen peluk guling di rumah," Ayana meyakinkan.
"Kalo kangen guling kan bisa meluk gue. Nggak kalah enak sama guling-guling yang lain," ucap Rei dengan wajah sok polosnya yang minta banget digampar.
"Lo pikir gue mau gitu meluk buaya. Ogah kali, masih pengen hidup gue," omel Ayana.
"Ck. Yaudah deh kalo mau pulang. Ati-ati di jalan, kalo dah nyampe langsung kabarin," ketus Fiona.
"Uhh udah kaya pacar aja lo mah," Ayana mencubit pipi Fiona, membuat gadis itu meronta kesakitan.
"Apaan sih, cepetan pulang sana!" Fiona memegangi pipinya yang memerah.
Ayana hanya tertawa tanpa dosa.
"Gue balik dulu yahh, bye bye!""Hm," Fiona hanya bergumam pelan tanpa ada niat untuk melihat kepergian Ayana.
Ayana segera beranjak keluar kafe setelah berpamitan dengan Teressa, dan Flora. Tepat saat ojek online yang dia pesan sudah menunggu di depan kafe.
Namun, belum sempat dia naik keatas jok motor, sebuah tangan menarik lengannya. Memaksa Ayana membalikkan tubuh.
Dengan kesal dia mendongakkan kepala, hendak mengumpati orang yang dengan lancang menariknya. Namun, Ayana hanya bisa ternganga saat bertatap muka dengan orang asing itu, yang ternyata tidak asing sama sekali.
"Lo..."
—
Ada yang kepo? Tap tombol vote dan komen untuk melanjutkan^^
KAMU SEDANG MEMBACA
ZER0
RandomXA2. Kelas yang orang bilang kelas kaku, tegang, dan nggak banyak omong. Isinya orang pinter yang belagu, arogan, dan selalu menunjukkan keunggulannya. Mereka nggak serusuh kelas IPS dan nggak seasik kelas IPA lainnya. Tapi itu menurut pandangan ora...