17. Masalah Hati

39 5 0
                                    

Sorakan murid-murid SMA Candrakanta riuh ramai memenuhi lapangan basket. Di kursi tribun nampak Intan CS sudah siap dengan pompom di kedua tangannya. Tak mau kalah, Bara dan Choki dengan semangat memukul drum yang mereka pinjam dari ruang musik.

Meskipun mereka habis kena razia, ternyata hal itu tidak menyurutkan semangat keduanya. Malah mereka makin heboh saat Ayana, Hesya, Teressa, Bianca, dan Athayya memasuki lapangan sebagai perwakilan XA2 di pertandingan basket siang ini.

"Widih, Bianca makin cantik aja kalo pake kaos basket," ucap Bima memperhatikan Bianca yang sedang melakukan pemanasan.
"Iya juga ya, pantes banyak cowok yang kecantol sama dia. Beruntung deh lo pernah pacaran sama Bianca," ikut Galih yang duduk disampingnya. Mereka bukan panitia pertandingan basket, jadi mereka bisa ikut supporter.

"Dih apaan sih kalian. Gantengan juga kak Elang," celetuk Intan tiba-tiba memperhatikan Elang yang sedang berdiri di pinggir lapangan sambil memberi pengarahan pada anak-anak osis yang bertugas.

Sharavana yang duduk disampingnya ikut mengangguk.
"Udah ganteng. Panutan lagi,"

"Sirik aja lo pada," sewot Bima tak terima yang dibalas Intan dan Vana dengan kedikan tak peduli.

"Eh Tan, lo ngapain dah tadi bawa-bawa lipstick apalah itu. Mana bar-bar banget sama Elang, anak osis juga," tanya Galih mengingatkan kejadian razia tadi pagi.

"Gue ada misi," balas Intan singkat dengan tatapan masih tertuju pada Elang yang kini duduk di kursi supporter paling depan.

"Goblok. Dikira lo FBI apa," ledek Bima.

"Jadi gini loh gais, Intan ini pengen pdkt sama kak El—Mmphhh," belum selesai Vana berucap, Intan sudah membungkam mulut Vana dengan tangannya.

"Ember bocor banget sih lo," kesal Intan.

"Ck. Lepasin! Tangan lo bau tikus got," Vana menarik tangan Intan dari mulutnya.

"Owalah, jadi lo suka sama kak Elang?" Heboh Bima membuat Intan memelototkan matanya.

"Ssttt. Awas aja kalo ada yang denger, gue tampol muka lo pake setrika," ancam Intan.

"Upss. Yang ketauan lagi pdkt," Galih malah ikut meledek, membuat Intan semakin geram ingin memukul kepala keduanya dengan stik drum.

"Terus... lo berpikiran dengan lo kena razia lo bisa deket sama dia? Nggak semudah itu sis. Elang itu spesies beruang kutub. Udah galak, dingin pula," Ucapan Bima membuat Intan menolehkan kepalanya.

"Dan denger-denger, yang bisa ngeluluhin dinginnya dia itu cuma Luna," tambah Vana menambah rasa penasaran Intan.

"Luna? Waketos kita?" Tanya Intan memastikan.

Vana mengangguk.
"Mereka sempet dikabarin deket, sering pulang bareng juga."

"Cocok sih, biar kaya di wattpad-wattpad. Cinta antara pak Ketos dan bu Waketos," Perkataan Galih membuat Intan memberengutkan bibir.

"Stop. Jangan bikin gue potek deh," Intan meremas pompomnya dengan gemas.

Bima mendecak.
"Kita kan cuma—"

"DIEM NJIR. GUE MAU NONTON CIWI-CIWI GUE," Dengan kesal Intan menggeser posisi duduknya menjauhi Vana, Bima dan Galih.
Memilih duduk disamping Salama dan Fiona sambil sok-sokan fokus menonton pertandingan. Padahal yang ada di otaknya cuma Elang, Elang dan Elang.

Ketiga temannya hanya bisa menggelengkan kepala tak mengerti, kemudian memilih menonton pertandingan kelas mereka yang sebentar lagi akan dimulai.

Pertandingan pertama dimulai dengan pertandingan antara kelas XA2 melawan XS1.

ZER0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang