Ayo!

2.1K 49 0
                                    

Dia yang terus berjuang akan kalah dengan dia yang terus minta diperjuangkan

-Bulan-

Dentingan sendok dan garpu mengiringi sarapan pagi dikekediaman keluarga sanjaya. Semuanya hanya menyantap makanannya tanpa berniat membuka suara. Bukan karna mereka ada masalah keluarga, hanya saja sang kepala keluarga mewajibkan setiap anggotanya bahwa tidak boleh mengeluarkan suara dikala mereka sedang menyantap makanan.

"Bulan selesai!!"gadis berambut panjang itu mengangkat tangannya mengiringi teriakannya barusan.

"Heh kebo! kebiasaan banget teriak teriak pas habis sarapan"Reyhan yang berstatus sebagai kakak kandung dari gadis itu memutar bola matanya jengah, pasalnya gadis itu selalu bersikap sedemikian seperti anak kecil.

"Namanya kebiasaan bang,susah menghentikan kebiasaan yang sudah terbiasa,namanya juga biasa,kan harus dibiasakan dulu agar sesuatu yang terbiasa bisa dihilangkan dengan perlahan,namanya juga kebiasaan kan bang?"kekeh bulan disusul tawa papa dan mamanya membuat reyhan menusuk-nusukan sebuah potongan roti dengan keras. Kesal, adiknya itu selalu menjawab apa yang ia cemoohkan.

"Ikh!absurd sumpah"Reyhan meneguk minumannya membuat bulan terkekeh pelan atas kekesalan kakaknya itu.

"Maapkeun bang rey, aing khilaf"ucap bulan dengan tampang sok imutnya.

"Plastik mana plastik"jawab reyhan sembari membekap mulutnya sendiri, sungguh raut wajah gadis didepannya ini sangat menjengkelkan.

"Buat apa bang?"tanya tante lili mama dari kedua anak itu, heran melihat respon dari anak cowoknya itu.

"Ini mah, mau muntah, sumpah tu tampang bikin mules dadakan" ejek reyhan yang membuat semua penghuni dirumah itu tertawa keras. Tak terkecuali buk sumi yang ada didapur juga ikut terkekeh pelan, memang dua saudara itu selalu melakukan adegan yang mengocok perut saja.

"Ya udah, sanah berangkat jangan sampe telat"titah om jaya seorang pria paruh baya berpangkat sebagai papa dari kedua anak itu, disele-sela tawanya.

Bulan hanya mengerucutkan bibirnya kesal entah mengapa keluarganya ini senang sekali menjadikannya objek tawa. Tapi tentunya ini menjadi moment yang tak dapat dilupakan, ia rela dijadikan objek tawa, rela dijadikan bahan cemoohan, rela melakukan apa saja. Asalkan, kedua orang tuanya itu selalu berada disisinya dan tak terlalu menggilai urusan pekerjaan.

                       

                           🌙🌙🌙
Bulan membungkukkan tubuhnya agar bisa mengikat tali sepatunya dengan sempurna. Gadis berambut panjang dengan gelombang dibagian bawah rambutnya itu sedari tadi melirik sebuah jam tangan berwarna pink yang melingkari pergelangan tangannya.

Sesekali bulan berdecak kesal, pasalnya sahabat yang selalu mengantar jemputnya itu tak kunjung menampakkan diri. Gadis itu sangat takut terlambat dan alasannya sangat menggelikan yaitu, ia takut imagenya akan tercoreng dihadapan ketua osis SMA Jaya Abadi merupakan sosok yang ingin ia jadikan miliknya atau yang biasa disebut dengan gebetannya.

Suara deru motor membuyarkan semua lamunan bulan perihal ketua osis itu. Gadis itu segera berlari kecil menuju motor berwarna merah pekat yang telah menunggu didepan halaman rumahnya.

Tangan mungil bulan terulur mengambil sebuah helm berwarna biru yang disediakan khusus untuknya itu, tentunya atas permintaan bulan. Sebenarnya, sahabatnya itu Bintang, tak suka hal hal yang merepotkan semacam itu. Namun atas desakan bulan membuat bintang menuruti saja kemauan gadis cerewet itu.

BULAN[end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang