Iri tanda tak mampu!

203 10 0
                                    

Seolah olah kamu perduli
Lalu kamu membuangku
Seakan tak punya arti

-Bulan-

Seiring berputarnya waktu selama itu juga bulan hanya bermenung dilapangan yang luas itu. Bahkan pak dodi selaku guru olahraga mereka hanya sekedar ditatap dengan tatapan kosongnya, sepertinya hari ini hari sial bagi bulan seharusnya kelasnya kelas Xll ipa 3 berolahraga dengan tenang hari ini. Namun karena pak dodi nanti siang ada kesibukan maka ia tak bisa mengajar di kelas bintang kelas Xll ipa 2, oleh karena itu tak ingin kelas Xll ipa 2 terbengkalai pak dodi menggabungkan jam olahraga kelas Xll ipa 3 dengan kelas Xll ipa 2 berarti bulan dan bintang bertatap muka namun bukan bahagia yang didapat bulan namun rasa pedih yang semakin menjadi jadi. Bayangkan saja sedari tadi agatha terus-terusan menempel pada bintang dan cowok itu sama sekali tak merasa risih. Padahal cowok itu mengaku sudah tak memiliki rasa lagi pada agatha namun apa yang dilihat bulan tak sesuai dengan kenyataannya.

Bulan tersentak dari lamunannya saat nia menyenggol bahunya, gadis itu hanya memasang tampang cengonya dan hal itu sontak saja membuat nia menghembuskan nafasnya kasar.

"Lo nggak denger apa kata pak dodi?"tanya nia pelan takut salah bicara memandang mood temannya itu sedang tidak baik saat ini.

"Apa?"tanya bulan sedikit terkejut.

Nia menghembuskan nafasnya kasar, lalu memapah gadis itu untuk berdiri keduanya menepuk-nepuk celana mereka untuk menghilangkan debu yang menempel sehabis duduk dilapangan tadi. Nia menarik nafasnya dalam lalu mencoba perlahan menjelaskannya pada bulan sungguh nia sangat takut salah bicara untuk saat ini.

"Lo, gue, agatha, dira, caca. Kita sekelompok dalam permainan voli"jelas nia hati-hati.

Bulan sedikit terkejut atas pernyataan itu lalu ia cepat-cepat menormalkan ekpresinya membalas ucapan nia dengan senyuman manisnya.

"Hm ayuk"ajak nia dan diangguki kepala oleh bulan.

Bulan dan kelompok volinya sudah bersiap-siap dilapangan untuk segera bermain. Hari ini bulan sebisa mungkin untuk melupakan masalahnya sejenak sungguh bulan ingin merasa tenang hanya untuk hari ini.

Bunyi peluit dari pak dodi memulai permainan, mereka bulan dan kelompok volinya bermain cukup baik sesekali bulan tertawa sumringah saat lawannya terjatuh atau berdebat karena kehilangan point, tanpa bulan sadari seseorang terus menatapnya dengan perasaan bersalah yang terus menghantui perasaan seseorang itu.

Semua penonton pertandingan voli itu rata-rata menyengamati bulan, gadis itu memang selalu mencari perhatian terutama bagi kaum adam apalagi saat ini seragam olahraga yang dipakai gadis itu sedikit membentuk lekuk tubuhnya membuat para lelaki sedari tadi menggoda goda bulan, iri atas semua itu membuat agatha berdecak kesal padahal ia dengan sengaja mengetatkan pakaiannya namun tetap saja semua perhatian itu mengarah pada bulan. Lalu sebuah ide terlintas begitu saja dipemikiran agatha saat bola sedang melambung diudara agatha sempat melirik bulan yang bersiap siap melompat untuk melakukan smash. Tak ingin membuang kesempatan agatha juga melakukan hal yang sama namun dengan sengajanya agatha mendorong tubuh bulan dengan tubuhnya dan spontan saja semua orang yang menyaksikan pertandingan itu memekik histeris atas jatuhnya bulan dari ketinggian itu.

Semua orang mengerubungi bulan yang tengah menahan rasa sakit dibagian kakinya itu, bulan sempat melirik bintang sekilas namun respon yang didapat bulan berbanding terbalik dengan apa yang ia harapkan. Cowok itu hanya memasang wajah datarnya seakan tak khawatir dengan keadaannya saat ini padahal cowok itu pasti khawatir setengah mati atas kejadian yang menimpa atau menyakiti bulan, dulu.

Kemudian bulan dipapah nia menuju ke UKS setelah pak dodi memerintahkan hal itu. Bulan sempat menoleh kearah kanannya, disana ia melihat bintang yang menggenggam agatha menuju kesebuah tempat dan lagi lagi bulan hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar


                             🌙🌙🌙

Bulan sedari tadi hanya termenung selama diobati dengan telaten oleh nia. Mereka hanya berdua hari ini karna raya tak bisa masuk sekolah karena ia pergi ke bandung untuk acara pernikahan keluarganya itu.

Brakk

Nia menggebrak nakas UKS dengan kuat membuat bulan mengusap dadanya karena terkejut.

"Lo apa-apaan sih nia!"tanya bulan dengan nada tajam.

"Lo yang apa-apaan!"bentak nia dengan tidak sabaran.

Bulan mengernyitkan dahinya bingung mengapa nia bisa berkata seperti itu padahal pertanyaan bulan sudah sangat jelas pada gadis itu.

"Lo harus ngomongin masalah ini lan sama bintang!. Jangan diem kayak gini dong, jangan bisanya cuma nangis-nangis trus ngelamun kagak jelas kayak gini!. Gue capek lan liatin lo yang kayak gini terus!"bentak nia dengan emosi yang menggebu-gebu membuat bulan tersenyum miris.

"Gue yang rasain lo yang capek"kekeh bulan mencoba mencairkan suasana.

"Gue serius!"bentak nia membuat bulan hanya menghela nafasnya kasar.

Lalu bulan segera turun dari brankar UKS berjalan menuju pintu berwarna putih itu, merasa diperhatikan bulan membalikkan badannya menghadap nia, bulan menyatukan alisnya bingung saat nia hanya diam ditempatnya.

"Ayuk!. Katanya mau ngelabrak es ulet bulu"ajak bulan memandangi sahabatnya yang cengo atas ucapan bulan itu.

Nia terkekeh pelan atas maksud es ulet bulu yang dikatakan bulan yaitu ditujukan pada bintang dan agatha.

"Ayuk!"balas nia antusias lalu segera berlari menghampiri bulan yang telah menunggunya diambang pintu UKS.

"Gue nggak tau bakalan berakhir bahagia atau diakhiri dengan kata perpisahan"ucap batin bulan miris.



Mohon vote dan
Kommentnya🌚

BULAN[end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang