Diacuhkan!

254 11 0
                                    

Bahagiamu bahagiaku
Jika dengan mengacuhkanku
Kamu bisa bahagia
Aku persilahkan

🌙

Seorang gadis tengah menenggelamkan kepalanya diatas lipatan kedua tangannya, ia datang lebih pagi ke sekolah dengan tujuan agar kedua orang tua dan kakaknya tidak menanyakan ini dan itu perihal matanya yang sembab akibat terlalu lama menangis.

Setelah beberapa waktu,satu persatu siswa memasuki kelas berlatar biru itu, nia dan raya yang datang memasuki kelas sambil beroceh ria tiba-tiba saling melempar tatapan aneh seakan menanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya itu, setahu mereka sahabatnya ini selalu ceria bahkan jarang sekali sosoknya itu menampakkan ekspresi sedihnya, namun kenapa ia menjadi seperti ini apa yang terjadi?.

"Lan lo kenapa?"tanya nia heboh dan menggoyang goyangkan lengan sang gadis.

Raya yang geram melihat nia yang terus mengoceh namun tak mendapat respon itu pun menjadi kesal sendiri. Ia memukul meja dengan sangat kuat hingga membuat sang objek menjadi bangun dengan wajah yang masih dalam keadaan ngantuk"BANGUN WOY!"

Bulan hanya menatap mereka secara bergantian, lalu menopang dagunya dengan kedua tangannya.

Nia berlari kecil untuk bisa duduk dibangkunya yang berada persis disamping bulan itu, dan raya duduk didepan kursi yang berada didepan bulan yang mana sang kursi itu belum didatangi sang pemilik.

"Lo kenapa?"tanya nia dengan wajah yang serius.

"Jangan galau deh?gue aja yang jomblo nggak gitu banget! Lo kenapa sih lan? Kurbel?"oceh raya panjang lebar lalu mendapat tatapan tajam dari nia.

Kedua sejoli itu terus mengoceh agar mendapat respon dari bulan, namun gadis itu hanya tetap melamun menatap fokus kearah depan.

Bulan terus memutarkan memori ingatannya mengenai perihal kemarin, sungguh hati bulan begitu sakit mengingat kejadian itu, kemarin saat bulan mengikuti revan yang terlihat terburu-buru itu disuguhkan dengan pemandangan yang menyakitkan.

Lelaki itu rela mengabaikan dirinya hanya demi bertemu dengan seorang gadis!. Mirisnya lagi gadis itu sudah dikenal bulan, tak apa hanya jika bertemu tapi posisi mereka itu yang membuat dada bulan sesak karnanya
Mereka berpelukan begitu erat, bahkan seingat bulan pacarnya itu tak pernah memeluknya sampai seerat itu.

Mau tau yang lebih menyakitkan lagi?, Bahkan revan sudah melirik bulan yang tengah melihat kejadian itu, tapi bukannya menghampiri dan menjelaskan bahkan revan tak menganggap kehadirannya, revan masih bertahan dalam posisinya itu.

Bahkan setelah kejadian itu revan tak menghubunginya sama sekali, bulan berfikir sang pacar mungkin akan menelfonnya untuk menjelaskan semuanya namun semuanya hanya sebatas harapan.

                            🌙🌙🌙
Cowok berpostur tinggi itu tengah berkutat fokus pada file yang dibolak baliknya dengan fokus itu, kedua temannya itu hanya menggeleng -gelengkan kepalanya pasrah, mengapa saat keadaan seperti ini cowok itu hanya terlihat santai saja.

"Van!lo kok santai aja"ucap teddy dengan nada kesal.

"Tau tu curut! Heh dengerin gue, walaupun lo udah tau yang sebenarnya, setidaknya lo harus jelasin semuanya ke cewek lo, kasihan dia!"oceh niko kesal karna kelakuan revan yang hanya masa bodo dengan bulan itu.

Revan menghentikan aktivitasnya, lalu melirik kedua sahabatnya itu secara bergantian"nanti gue jelesin sama dia! Gue lagi nunggu waktu yang tepat!"balas revan dan melanjutkan kembali aktivitasnya yang tertunda.

"Lo tau! Sebrengseknya gue, gue nggak pernah jadiin cewek lain ja--"

"Ini urusan gue"potong revan yang membuat wajah niko memerah memendam amarah.

Teddy datang menghampiri niko lalu menepuk bahu cowok itu yang mana dadanya naik turun menandakan ia sedang menahan emosi,niko memandang teddy sekilas"Lo bukan revan yang gue kenal"ucap niko lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.


                            🌙🌙🌙

Percaya atau tidak percaya setelah bel masuk berbunyi dan suara gaduh dari nia,raya dan agatha serta bunyian riuh dari kelas yang saat itu sedang free, tak membuat bulan buyar dari lamunannya. Ia masih sibuk berkelana memikirkan nasibnya yang begitu malang.

Bintang yang sedari tadi memperhatikan bulan yang tengah melamun itu menjadi jengah sendiri, ia berdiri berniat ingin menghampiri sang objek.

"Bebeb bulan kenapa?maaf ya babang ryan nggak bales chattan bebeb tadi malam, soalnya babang ryan ketiduran, jangan kayak gini, babang ryan jadi merasa sangat bersalah"ucap ryan dramatis.

"Eh!partikel debu, ke GR an lo"celetuk mike dan menjitak kepala ryan dengan kejam.

Ryan meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya yang dijitak oleh mike."beruntung lo mike pelunas utang gue lagi mode sabar kalau nggak gue cabutin kabel lo"balas ryan dengan menggretak-gretakkan gigi putihnya.

"Eh, lo berdua jangan ribut disini!nggak mandang kondisi banget"oceh raya kesal sambil terus mengocehi bulan agar tersadar dari lamunan akutnya itu.

Nia berdiri dari kursinya lalu semua tatapan yang mengkrumuni bulan itu menatap bingung kearahnya.

"Mau kemana lo?"tanya raya heran.

"Gue kesel ya,dari tadi bulan ngelamun kagak jelas kayak gini, ini pasti ada sangkut pautannya sama si revan itu deh,gue mau ngelabrak tu cowok brengsek"oceh nia geram.

Raya mengangguk bertanda setuju, lalu ikut berdiri mensejajarkan dirinya disamping nia, mereka ingin melangkah pergi sampai suara bariton menghentikan langkah kelima mereka.

"Berhenti!"

Semua tatapan mengarah pada sesosok cowok yang bersedekap dada, lalu cowok itu membelah keramain teman temannya yang mengkrumuni bulan itu, dengan sadisnya bintang menjewer telinga bulan dengan tenaga yang lumayan membuat sang empu tersadar dari lamuanannya dan meringis kesakitan.

"Apa apaan sih lo pa--"

Ocehan bulan terhenti karna semua tatapan aneh menuju padanya, sang objek yang menjadi perhatian pada pagi itu pun hanya cengengengesan dan menggaruk tekuknya yang tak gatal.

"Kenapa kalian liatin gue kayak gitu? Gue cantikan ya hari ini? Tau kok?"ucap bulan dengan wajah tak bersalahnya.

"Lo yang kenapa!"tanya agatha dengan sedikit membentak.

"Kenapa ngelamun nggak jelas kayak gitu"tambah nia sambil berjalan mendekat kearah bulan lalu diekori raya.

"Kenapa bebeb bulan"tambah ryan.

"Kenapa lo lan"simak mike.

Saat itu bulan ibarat seorang artis yang ditanyai nyinyir oleh wartawan saja. Bulan yang jenuh akan semua pertanyaan yang terlontar padanya itu pun memutar bola matanya malas dan beranjak pergi meninggalkan kelasnya dan mengabaikan semua tatapan tajam serta panggilan maut dari teman temannya itu, bukan bulan namanya jika ia tak peduli.


Mohon vommentnya🌚

BULAN[end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang