12

37 4 6
                                    

Kita harus saling menjaga, karena yang sanggup melukai adalah dia yang kau simpan dalam hati

________________________________________

Sekarang, butuh pemahaman untuk menerima suatu permasalahan. Mungkin ini yang orang orang sering bilang bahwa dengan ombak pun karang bisa tetap tegar.

Seperti halnya Wilda, gadis itu meyakini bahwa masalah datang dari berbagai cara, begitu juga dengan solusinya.

Gadis itu berdiri membelakangi pintu kamar, menahan air matanya agar tidak menderas, memasang dengan baik telinganya agar medengar sesuatu yang di perdebatkan orang tuanya. Seolah petir menyambar dasar hatinya. Percuma saja ia menahan air mata agar tak jatuh. Namun satu saja kalimat yang ia dengar mampu membuat dunianya seakan runtuh.

"Ingat, dia itu bukan anak kita!" itu suara bunda, Wilda sangat mengenali itu.

"Tapi kita sudah berjanji bakalan ngerawat dia sampai besar"

Wilda masih menangis. Batinya tak cukup untuk menahan, tapi hatinya juga tak mau meninggalkan untuk mendengarkan.

"Dia sudah besar, mas. Iya memang, dulu kita janji buat ngerawat Wilda sampai besar. Itu juga karena aku nggak bisa punya anak, makanya kita ambil dia waktu-" ucapan Bunda terhenti

"Tapi dulu kita hidup berkecukupan, Punya rumah besar, harta banyak. Tapi sekarang hilang cuma gara gara si brengsek itu!"

Cukup, dipaksa mendengar pun, Wilda sudah tidak kuat. Ia berlari ke sisi ranjang, duduk di lantai dengan kepala tenggelam di tangan yang di taruh di kasur. Ia terisak bukan main, setelah mengetahui bahwa keluarganya sudah tidak menginginkanya lagi.

Dia harus berbuat apa?

Gadis itu memilih menjatuhkan seluruh air matanya, membuat tangan dan kasurnya basah. Menjatuhkan harapanya untuk menjadi anak kebanggaan.

**********

Terkadang, kita membutuhkan lupa untuk menghapus semua luka. Dan ini yang Wilda butuhkan sekarang. Perdebatan tadi malam masih sangat membekas bagi Wilda, ia kepikiran. Bagaimana tidak, sebenarnya ia telah lama mengetahui bahwa dia bukan anak kandung orang tuanya. Itupun dia melihat dari hasil tes darah waktu cek kesehatan. Tidak ada golongan darah yang sama dengan dirinya. Namun mengetahui bahwa orangtuanya sudah tidak ingin membesarkanya membuatnya sedih. Tentang sakit atau tidaknya, wilda merasa batinya sangat sesak sekarang.

Demi menghilangkan seuatu hal yang mengganggunya, ia beralih membaca buku, berharap ini membantu melupakan masalah semalam walaupun sedikit. Saat ia membagi fokusnya untuk membaca buku, ponsel yang ia taruh di laci meja bergatar. Ia membaca nama yang tertera di layar. Sudahlah, ia tidak ingin membalasnya sekarang.

Tak berselang lama, ponselnya kembali bergetar berberapa kali, bersamaan dengan kedatangan kedua sahabatnya, Nada dan Kesya.

Nada mengambil alih kursi di samping Wilda, sedangkan Kesya berdiri di samping Nada.

"Sekarang, kita-kita minta penjelasan" ucap Nada. Wilda menautkan alis, seolah membaca pikiran keduanya namun tak bisa.

"Penjelasan apa?"

"Soal hubungan lo sama Alden" begitulah kira kira yang di dengar Wilda. Gadis itu seolah risih mendengarnya. Ia pun memalingkan wajahnya dan beralih membaca buku setelah menjawab.

KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang