Ifan Si Jutek

36.8K 753 8
                                    



(Setahun Kemudian)


Kini hanya Zaki dan Ifan yang masih tinggal bersama nenekku, sedangkan Anto setelah lulus dari pasantren ia melanjutkan bekerja di Yogyakarta.

Seiring berjalannya waktu, aku melihat Ifan mulai tumbuh menjadi cowo dewasa. Saat itu Ifan baru kelas 2 SMA, yang membuatku tertarik padanya, sekarang Ifan memiliki badan yang atletis, tingginya mencapai 175cm dan ia juga memiliki banyak bulu yang tumbuh di kakinya. (Salah satu hal kesukaanku)

Saat itu Ifan memotong rambutnya sangat pendek, mungkin bisa dibilang seperti botak. Kalo diliat-liat Ifan sangat mirip sama artis Samuel Rizal.

Dari dulu aku memang paling ga deket sama Ifan, karena sikapnya yang galak dan jutek. Tapi karena penasaran padanya, aku mulai mencari cara untuk bisa menjadi akrab dengannya.

Memang sih katanya kalo orang pendiem, jutek, galak, tertutup, pasti bakalan bikin orang lain lebih penasaran sama dia.

Karena Ifan anak yang pinter dalam bidang akademik, aku gunakan kesempatan itu untuk menjalin komunikasi dengannya.



•••



Siang itu untuk pertama kalinya aku memberanikan diri untuk menghampiri Ifan ke kamarnya.

"Tok toook tooook"

"Iya masuk" jawab Ifan dari dalam kamarnya.

"Fan sorry, aku boleh minta tolong ajarin IPA ga? aku banyak yang ga ngerti nih" ucapku sambil melangkah masuk ke dalam kamarnya.


Karena umurku dan Ifan hanya berbeda beberapa tahun, jadi aku memanggil namanya secara langsung "Ifan" bukan "Om Ifan".


"Mana yang ga ngerti?" jawabnya singkat.

"Yang bab 3 sama 4 fan, kamu ngerti ga fan?" tanyaku sambil memperlihatkan buku yang aku bawa.

"Gimana sih kamu, masa gini aja ga ngerti"

"Maaf fan aku ga merhatiin pas gurunya lagi nerangin kemaren"

"Makannya kalo di kelas tuh perhatiin gurunya, jangan ngobrol terus" kata Ifan dengan galak.

"Iya fan aku salah"

"Udah buruan sini perhatiin yah....!"

Walaupun terlihat galak, tapi Ifan mau mengajariku bejalar sampe aku mengerti dan paham. Ini merupakan pertama kalinya aku bisa sedekat ini sama Ifan. Aku juga masih bingung kenapa aku bisa penasaran sama pamanku yang galak ini.

"Duh Ifan galak banget lagi, tapi bodo amat deh yang penting bisa modus deket-deket sama dia" pikirku dalem hati.

Selama belajar mataku mulai curi-curi pandang ke arah lengannya yang berotot, apalagi ketika melihat ke bulu kakinya yang lebat. Membuatku ingin mengelus semuanya.

Tapi setelah sejam Ifan mengajariku, sikapnya berubah menjadi lumayan baik. Walaupun memang bicaranya masih sangat singkat dan ga seramah pamanku yang lainnya.

"Udah ngerti kan?" tanya Ifan.

"Iya udah fan, makasih banget ya fan"

"Sama-sama, nanti kalo ada yang ga ngerti lagi tanya aja ya biar ga bego di kelas"

"Siap fan, makasih banyak ya fan" jawabku sambil melangkah keluar kamarnya.

Sejak saat itu aku menjadi semakin penasaran sama Ifan. Walaupun sikapnya masih galak dan jutek, tapi hal itu tidak membuat rasa penasaranku hilang.

Malahan diem-diem aku mulai mengaguminya, entah kenapa semakin lama Ifan terlihat semakin menarik. Sifatnya yang jutek, membuatnya menjadi semakin cool.


•••
(Hari Sabtu)



Sore harinya aku sengaja mencari kesempatan lagi untuk bisa bersama Ifan. Pastinya aku menjalankan lagi modusku meminta diajarin belajar.

Aku beranikan lagi untuk pergi ke kamarnya.

"Fan aku ada tugas nih tapi komputer di rumah lagi rusak, aku ngerjain disini gapapa ya?" ucapku di depan pintu kamarnya.

"Iya sok aja"

Lalu aku masuk ke kamarnya dan duduk di kursi komputernya.

"Fan kamu ngerti yang ini ga? aku ga ngerti nih" modusku dimulai.

"Yang mana?" Ifan berjalan ke sampingku.

"Ini fan aku bingung banget"

"Ya elah gini doang masa gabisa, sana kamu ambil kursi lagi biar aku ajarin caranya"

"Iya bentar fan"

Aku langsung mengambil kursi dan duduk di sampingnya. Selama mendengarkan Ifan nerangin, aku sengaja menggeser kakiku menempel ke kakinya yang berbulu itu. Tapi anehnya Ifan membiarkan kelakuanku dan tetap fokus mengajarkan pelajaran padaku.

Sampai ga kerasa hari mulai sore.

"Udah beres belum tugasnya?" tanya Ifan

"Belum nih fan, bentar lagi kayanya"

"Ya udah kamu kerjain aja yah, aku mau pergi"

"Iya makasih ya fan"

Ifan langsung memakai celana jeansnya dan keluar dari kamar. Setelah tugasku selesai, aku mematikan komputer dan membereskan barang-barangku. Saat aku melangkah keluar kamar, langkahku terhenti karena melihat keranjang baju kotor yang berada di kamar Ifan.

Aku yang penasaran segera membuka keranjang itu dan menemukan sempak yang tadi Ifan pakai. Aku ambil sempaknya dan mengamatinya, terdapat bercak putih di sempak Ifan.

"Wah pasti abis coli nih Ifan semalem" pikirku.

Tanpa ragu aku langsung mengendus sempaknya. Tercium wangi kejantanannya yang sangat khas di hidungku, lalu aku bawa sempaknya dan kembali ke kamarku.

Di kamar aku langsung onani sambil mengendus sempak Ifan dan membayangkan kontolnya. Sampai aku menyemburkan pejuhku dengan sangat banyak. Sejak hari itu aku sering mengambil sempak Ifan dan menggunakannya untuk bahan coliku.



•••



Karena sering meminta diajarin belajar, lama kelamaan aku menjadi dekat sama Ifan dan kita menjadi sering mengobrol.

Hingga singkat cerita waktu berjalan cepat dan sekarang Ifan udah kelas 3 SMA. Selama 1 tahun ini aku terus mengagumi Ifan dan selalu penasaran padanya.

Kini hanya Ifan yang masih tinggal di rumah nenekku, karena Zaki setelah lulus SMA melanjutkan kuliahnya di Bandung.

Dan karena aku sering ngepoin barang-barang di kamar Ifan, aku menjadi tau pergaulan Ifan sama temen-temennya. Di dalam lemarinya, aku menemukan rokok dan botol minuman keras. Ifan juga mulai sering pulang larut malam saat kelas 3 SMA ini.

Tapi sikap Ifan mulai berubah menjadi lebih ramah dan baik padaku. Ga seperti Ifan galak yang dulu aku kenal.



-To be continue -

MY UNCLE'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang