Sepulang sekolah, Viola hanya duduk didepan meja belajarnya sembari melanjutkan menulis cerita yang sekarang sedang ia buat. Setelah menuliskan beberapa halaman, Viola menutup mac book nya kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Ia harus bersiap-siap, karna tadi Aurora memintanya untuk menemaninya pergi ke gramedia sore ini untuk membeli sebuah buku.
Viola hanya menggunakan baggy pants yang ia padukan dengan kaos berwarna biru muda, serta kaki jenjangnya yang dibalut dengan sneakers berwarna yang senada dengan bajunya.
Viola segera turun kebawah ketika terdengar suara mobil berhenti di halaman rumahnya. Ia merah tas sling bag kesukaannya kemudian menemui Aurora dibawah.
"Huh, lama ya."keluh Aurora sembari berdiri dari sofa yang terdapat di ruang tamu.
"Gausah bacot Ra, lo juga baru datang kan." ucap Viola tak terima karna Aurora mengatainya lama, padahal Aurora juga baru tiba dirumahnya. Eh malah seenaknya saja mengatai Viola lama.
Ketika akan masuk kedalam mobil, suara motor yang berhenti mengalihkan perhatian Viola dan Aurora.
Seseorang itu membuka helm fullface nya kemudian meletakannya diatas tank motor ninja zx-10 berwarna hitam miliknya kemudian berjalan mendekat kearah Viola.
Aurora yang tadinya akan membuka pintu mobil menghentikan aktivitasnya, matanya berbinar ketika menyadari seseorang itu.
"Vi, si Abrar ada gak?" tanya Dirga sambil merapikan rambutnya dengan jari tangan.
"Telat lo, baru beberapa menit yang lalu tu anak pergi." jawab Viola.
Dirga tampak berpikir sejenak,"Lo mau kemana?"tanya Dirga.
"Ke Gramed, nemenin Aurora beli buku."
Dirga menatap Aurora yang berada disebrangnya. Aurora yang ditatap seperti itu merasa gugup.
Dirga menyipitkan matanya, sepertinya dia tidak asing melihat Aurora, beberapa detik kemudian ia baru ingat, Cewek ini adalah orang yang menabraknya tadi disekolah.
"Lo kan...."Aurora memotong ucapan Dirga.
"Iya, gu-gue yang nabrak lo tadi hehe."Aurora menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.
"Gue nebeng ya?" ucap Dirga tiba-tiba. Masih dengan keterkejutannya Aurora hanya diam, ia tidak tau harus menjawab apa."Gue yang nyetir deh."Dirga menatap Aurora kemudian beralih menatap Viola.
Viola mengedikkan bahunya."Ya gue sih terserah Aurora aja ya, soalnya kan dia yang punya kekuasaan."
Dirga menatap Aurora."Boleh gak?"
"Eh? Boleh kok, boleh."Aurora menutup pintu depan dan berpindah ke belakang. Setelah itu mereka langsung keluar dari pekarangan rumah Viola.
🔫🔫🔫
Dirga sudah bergabung dengan teman-temannya di caffe yang berada tidak jauh dari Gramedia sejak 15 menit yang lalu.
Aurora terus saja mengusik Viola yang sedang melihat-lihat novel yang akan ia beli, hingga akhirnya Viola mulai jengah mendengarkan kata-kata memuja yang keluar dari mulut Aurora.
"Niat lo tadi kesini mau beli buku kan?" tanya Viola yang dijawab dengan anggukan oleh Aurora."Nah, jadi buruan cari buku yang lo mau. Gausah ngayalin Dirga lagi oke."Viola kembali menyusuri rak novel-novel terbaru itu.
"Ih Viola, tapi kan tadi si Dirga ganteng banget tau." ucapnya sembari mencebikan bibirnya.
"Idih, tadi aja pas ada orangnya diem kaya patung, giliran orangnya udah pergi baru lo ganjen kaya cacing kepanasan. Lemah lo!"sindir Viola membuat Aurora langsung mengajukan pembelaan.
"Ya, namanya juga jaga image. Kalo gue ganjennya tadi, yang ada dia malah ilfeel sama gue."bela Aurora."Eh Vi, entar gabung nongkrong sama Dirga yuk?"
Seketika Viola menoyor kepala Aurora agak kencang."Lo gila ya, nggak ah ogah gue."tolak Viola mentah-mentah.
"Ih Vio, ayolah kali ini aja plisss."mohon Aurora dengan wajah imut yang dibuat-buat.
"Sekali enggak tetap enggak!" baru saja Aurora ingin kembali memohon, ponsel Viola berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
Viola meraih ponsel dari sling bag nya, Viola bisa melihat nama 'Abrar' tertera disana. Viola menggeser ikon hijau dilayar kemudian sambungan pun terhubung.
"Apaan? Ganggu mulu," sungut Viola.
Aurora yang berada disamping Viola hanya menyimak pembicaraan Viola dan Abrar, ia berfikir bahwa harapannya sebentar lagi akan terwujud. Aurora tersenyum kemenangan saat mendengar pembicaraan terakhir Viola dan Abrar sebelum Viola memutuskan panggilan.
"Ayolah Vio, bantu gue. Lo ntar balik bareng gue aja deh, soalnya kalo ada lo pasti mami percaya kalo gue abis balik les." suara memohon terdengar dari sebrang sana.
"Ogah ah gue, bodoamat lo kena marah tante, ngapain juga gue gabung sama lo, ogah."
"Ayolah Vi, gue beliin light stick bts yang lo mau itu deh. Yang kata lo versi terbaru itu." senyum jahat tercetak jelas dibibir Viola.
"Otw!" ucap Viola tanpa memikirkan apapun lagi, setelah itu ia langsung memutuskan panggilan.
Ketika panggilan sudah terputus Viola memasukan ponselnya kedalam sling bag. Kemudian menatap Aurora yang fokus menguping pembicaraannya, padahal panggilan sudah terputus.
"Heh, nguping lo ya?"tuduh Viola. Seketika Aurora menegakan badannya dan berlagak seolah ia menulikan pendengarannya tadi.
"Fitnah dosa lo!"bela Aurora.
"Yaudah, lo pulang aja duluan sana. Gue bareng si Abrar." mata Aurora berbinar mendengar Viola menyebut nama Abrar. Kalau ada Abrar pasti ada Dirga juga.
"Gue ikut,"
"Dasar bucin!"
⛅⛅⛅
Hallo hai guys.....
Semoga kalian suka ya sama ceritanya.
Kalo ada yang kurang kalian boleh kritik di komen ya.
Jangan lupa Vote juga guys😊
Seeya 😘
Lop
AndelMinggu, 31-Maret-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
MOOD BOOSTER || Wattys2019
Roman pour Adolescents-Finally the last words of our story is Happy Ending-