1. JANGAN GANGGU GUE

185 34 26
                                    

1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1. JANGAN GANGGU GUE!

"Lagi apa, lo?"

Ana segera menutupi catatannya dengan telapak tangan seraya mencatat kembali rumus-rumus fisika tanpa memperdulikan cowok yang baru saja menghampirinya.

"Pelit amat. Gue cuma mau liat kali, gak usah sampe ditutupin juga," cibir cowok itu.

Ana berdecak sebal. "Jangan ganggu gue, Arlan!"

Cowok yang dipanggil Arlan itu mengangkat bahunya acuh. "Sini, gue kerjain!"

Ana menghentikkan pergerakan tangan Arlan yang akan merebut catatannya seraya berkata, "Gue gak butuh bantuan lo, anak kesayangan!" ketusnya.

"Anak kesayangan?" Arlan menaikkan sebelah alisnya.

"Ya. Lo emang anak kesayangan bonyok gue. Sedangkan gue? Serasa jadi anak tiri," delik Ana.

Arlan terkekeh, tangannya mengacak gemas puncak kepala Ana. "Belajar yang bener supaya bisa jadi anak kandung, ya," ledeknya dan sedetik kemudian Arlan berlalu meninggalkan Ana yang kini memasang wajah jengkel di dalam kelas itu.

"Cie... Tiap hari disamperin Arlan, cie," sindir Chika. Cewek itu tiba-tiba mendekati Ana sesaat setelah Arlan menghilang dari pintu kelas itu.

"Berisik! Dia nyamperin gue karna pengen bikin gue dongkol."

"Tapi kayaknya, tatapan Arlan sama lo beda deh. Kayak ada manis-manisnya," celetuk Renata.

Ana menulikan pendengarannya saat kedua sahabatnya itu terus menggodanya. Ia sudah tidak tahan lagi jika Chika dan Renata selalu menjodoh-jodohkannya dengan Arlan, si anak kesayangan orangtua Ana.

Arlan adalah anak dari rekan kerja keluarga Ana. Sejak kecil, Arlan selalu dititipkan kepada orangtua Ana jika orangtua Arlan akan melakukan perjalanan jauh, begitu pun sebaliknya. Maka sejak saat itulah Ana mengenal Arlan. Dan saat itu juga Ana mulai membencinya.

Perlahan-lahan, Ana mulai merasakan kasih sayang kedua orangtuanya berpindah kepada Arlan. Setiap tahun, Arlan selalu mendapatkan peringkat pertama dan menjuarai berbagai lomba sains. Hal itulah yang membuat orangtua Ana selalu memuji Arlan dan melupakan dirinya.

Walaupun begitu, Arlan tetaplah Arlan, si cowok tengil yang selalu menjahilinya. Tak hanya itu, ia pun tak pernah absen melakukan kegiatan menghebohkan di lingkungan sekolah. Jika bukan karena prestasinya, mungkin cowok itu telah dihempas jauh oleh pihak sekolah.

"Apaan tuh di luar, rame amat," gumam Chika saat melihat beberapa siswa yang berbondong-bondong ke arah luar.

"San, di luar ada apaan?" teriak Renata kepada Ihsan yang hendak mengikuti teman-temannya.

Ihsan menoleh tanpa menghentikan langkahnya. "Dara nembak Arlan."

"WHAT?!" pekik Chika dan Renata.

ARLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang