8. KEJADIAN SEBENARNYA

60 22 0
                                    


8. KEJADIAN SEBENARNYA

Benar apa yang ditakutkan Ana. Sepulang sekolah, James langsung menghukum Ana karena membolos di jam pelajaran. Pria berumur 40 tahunan itu tak segan-segan menyuruh anak gadisnya untuk membersihkan kolam renang di belakang rumah.

"Kamu juga, Arlan. Ngapain kamu bolos? Kalian udah kelas 11. Gak pantes bolos-bolosan kaya anak SMP. Sana bantuin Ana bersihin kolam. Nanti kalo udah beres, siram tanaman di halaman depan!"

Arlan mengumpat dalam hati. Ia kesal karena bu Legista melaporkannya kepada orangtua Ana. Terlebih, James sudah diberikan wewenang terhadap dirinya dari orangtuanya sendiri.

"Pa! Kata mama-"

"Jangan bawa-bawa mama kamu! Mama kamu lagi ngurus nenek di rumah sakit. Kalo mau ngadu, percuma. Kalian udah salah, gak perlu cari pembelaan," jelas James, membuat nyali Ana menciut seketika.

Arlan terkekeh mendengar James memarahi Ana dengan ekspresi yang terlihat menggelikan. Tidak biasanya pria itu berbicara panjang lebar seperti ini. Sudah seperti ibu-ibu saja. Pikir Arlan.

"Jangan ketawa, Arlan! Cepet bersihin!" dan setelah mengatakan hal itu, James berlalu meninggalkan Ana yang kini menatap tajam Arlan.

"Apaan?" tanya Arlan.

"Ini semua gara-gara lo!" Ana menghentakkan kakinya dan berlalu menuju belakang rumah disertai dengan umpatan-umpatan kasarnya untuk Arlan.

Ana menyeka keringat yang membasahi keningnya. Cewek itu memeletkan lidahnya. Mencoba untuk meledek Arlan yang saat ini sudah seperti mandi keringatnya sendiri.

Arlan mendengus. Cowok itu menyimpan asal bambu panjang yang ia gunakan sebagai pengait daun-daun yang bertebaran di kolam.

"Gue cape. Bikinin gue minum dulu, Na," Arlan merebahkan tubuhnya di samping kolam dengan badan terlentang.

Ana mendelik, "Terus aja terus jadiin gue babu lo."

"Gue haus. Gue juga gak sempet makan tadi istirahat," adu Arlan dengan suara yang sedikit parau.

"Suruh siapa lo ngebucin terus di sekolah sampe-sampe lupa makan," sindir Ana. Cewek itu tidak menghiraukan permintaan Arlan padanya.

"Ambilin gue minum sama makan dong, Na," pinta Arlan. Cowok itu menatap langit sore dengan pandangan menerawang.

"Nyusahin!" gerutu Ana seraya melangkahkan kakinya memasuki rumah.

Arlan menoleh sekilas. "Gue udah gak bisa kaya gini lagi," gumamnya.

.
.
.

30 menit berlalu, namun Arlan tak mendapati Ana kembali ke sana. Cowok itu mendengus lalu berdiri dan melangkahkan kakinya ke bilik mandi yang ada di sana.

"Den, ini minuman sama makanannya."

Arlan menoleh dan mendapati asisten rumah tangga keluarga Ana sedang menata makanan di meja kecil yang terletak tak jauh darinya.

"Ana kemana, Bi?" tanya Arlan.

"Non Ana lagi mandi, Den."

Arlan mengangguk. "Makasih makanannya, Bi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang