10. TENTANG RASA

55 16 8
                                    

10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


10. TENTANG RASA

"Ana, dicariin buLe tuh di depan kelas," ucap Aji, pelan, yang kini berdiri tak jauh dari bangku gadis itu.

Ana tersenyum seraya mengangguk, "Thanks, Ji."

Dengan cepat, Ana melangkahkan kakinya, meninggalkan bisik-bisik penasaran dari teman sekelasnya.

Di depan pintu kelas, Ana berhenti. Gadis itu tersenyum seraya menganggukan kepalanya sekali saat melihat bu Legista berdiri dengan tangan yang membawa beberapa berkas.

"Ada apa, Bu?" tanya Ana, ramah.

buLe tersenyum tipis. "Sekarang pelajaran siapa?"

"Mrs. Rere, Bu."

"Beliau tidak akan masuk, ia sakit. Sebagai gantinya, kamu ikut saya ke ruang musik." buLe melangkahkan kakinya meninggalkan Ana yang kini memasang raut sebal.

"Untung guru," gumam Ana seraya menipiskan bibirnya.

Tuk!

"Aw. Sakit!" Ana menolehkan kepalanya saat seseorang berhasil mendaratkan sebuah pulpen kosong ke kepalanya.

"ARLAN!" geram Ana.

Arlan terkekeh. "Putri Ana lagi ngapain? Ngumpatin guru, ya?" ledek Arlan yang ternyata mendengar pembicaraan buLe dan Ana.

Ana melotot tajam. "Mulut lo perlu gue cuci!"

"Nih cuci. Cucinya mau pake apaan?" goda Arlan.

Ana menatap jengkel ke arah cowok itu. "Serah lo!" ucapnya seraya pergi meninggalkan Arlan.

Arlan tergelak, "Heh. Lo gak mau bilang makasih? Gue udah bikin bokap lo ngasih ijin buat ikutan ekskul musik," ujarnya yang kini berjalan beriringan dengan Ana.

Ana mendelik, "Makasihnya gue pending. Eh... Mau ke mana lo? Jangan ikutin gue!" Ana berhenti dan menyuruh Arlan pergi dari hadapannya.

"Gue mau nonton lo yang katanya bakalan bikin konser perdana di ruang musik."

"Lebay banget sih bahasa lo. Sana pergi!"

"Gak! Gue pengen liat adik kesayangan gue ini dipuji-puji guru," ucap Arlan yang seketika membuat Ana terdiam.

"Adik kesayangan?" lirih Ana.

Arlan tersenyum. "Yaa."

"NGA-CA!" desis Ana seraya mendorong tubuh Arlan dengan keras.

"NGA-CA!" desis Ana seraya mendorong tubuh Arlan dengan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang