Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
19. KECEWA
Ana mengetukan jemarinya di atas bangku. Sesekali ia melipatkan tangannya di meja bercat putih itu dengan dagu yang didaratkan di atasnya.
Berada di dalam kelas tempat les nya itu membuat Ana merasa bosan. Terlebih, guru les yang mengajarnya belum kembali lagi dari toilet.
"Ana," bisik Sophie dari bangku belakang.
Ana menoleh. "Kenapa?"
"Tipe cewek yang disukai si Arlan gimana sih?"
Ana mengepalkan kedua tangannya tanpa sepengetahuan Sophie. "Gue gak tau. Kenapa lo gak tanyain aja langsung sama orangnya," jawab Ana.
"Lo bener. Gue harus ngedeketin orangnya." Sophie mengeluarkan benda pipih dari dalam tas nya.
Ana membulatkan kedua matanya. "Eh maksud gue bukan harus ngedeketin gitu," ujarnya saat menyadari bahwa Sophie menyalah artikan maksud ucapannya.
"Iya gue tau, maksud lo gue harus PDKT'an dulu, kan? Eh ini bener idline nya si Arlan bukan sih? Dulu kita sempet tukeran idline." Sophie menunjukkan layar handphone nya ke arah Ana.
"Ka—"
"Maaf saya tadi sakit perut. Sekarang buka halaman 65."
Ana menghembuskan napas pelan saat guru fisika itu sudah menyelamatkannya dari pertanyaan Sophie. Ia tidak akan mau memberi akses cewek itu untuk mendekati Arlan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ana berjalan ke arah Arlan yang bersandar di samping mobilnya. Cowok itu terlihat sangat tampan walaupun hanya memakai kaos hitam yang dipadukan dengan celana cargo pendeknya.
"Sorry, udah nyusahin," ucap Ana sedikit ketus.
Arlan mengernyit ketika Ana tiba-tiba berujar demikian. "Ada apa?" tanya Arlan.
"Gapapa. Makasih udah mau ngasih tumpangan terus."
Arlan terkekeh geli dalam hati saat menyadari bahwa Ana tersinggung dengan ucapannya tadi sore. "Bukannya kamu minta backstreet? Berarti yang aku ucapin tadi sore ke si Sophie bener kan," ucap Arlan.
