16. SYARAT DARI ANA

42 18 4
                                    

16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16. SYARAT DARI ANA

Arlan menekuk wajahnya. Cowok itu menggerutu pelan saat Ana memilih duduk berdampingan dengan Sean. Sedangkan dirinya malah disuruh duduk di samping Riga.

"Kalian mau makan apa?" tanya Ana.

Sean mendengus. "Mikir, Na. Lo nanya kayak gitu seolah-olah lo yang mau bayar makanannya."

"Lo gak mau nraktir? Bukannya lo punya bisnis cafe sama tempat gym itu? Lo lagi bangkrut atau gimana, sih?" desis Ana.

Riga terkekeh. Cowok itu menggulum senyumnya. "Gue aja yang bayar," timpal Riga.

"Nah gitu dong. Lo yang bayar," ujar Sean, penuh kemenangan.

Ana menggeleng. "No no no! Harus Sean!" tegasnya.

Sean memudarkan senyumnya. "Na, gue gak lagi ulang tahun. Lo dendam atau gimana sih sama gue?"

"Gue cuma pengen ngerasaain traktiran lo," ucap Ana. "Oh iya, gue udah nyuruh Arnold ke kantin. Bentar lagi dia ke sini."

"Lan, lo gak mau belain gue?" tanya Sean dengan wajah yang sudah terlihat kesal.

Arlan menggeleng. "Gue dukung Ana. Lo pelit banget jadi orang."

Sean menatap tak percaya dengan apa yang diucapkan temannya itu. "Gila, Lan. Lo bilang gue pelit? Lo gak nyadar kalo tiap hari lo makan mulu di apartemen gue?"

"Gue lupa kapan terakhir kali gue makan di apartemen lo."

"KEMARIN, LAN, KEMARIN!" tekan Sean.

Ana dan Riga seketika tertawa bersamaan. Membuat beberapa pasang mata melihat ke arahnya. Sedangkan Sean, cowok itu sudah terlihat kesal karena selalu dijadikan korban oleh mereka.

 Sedangkan Sean, cowok itu sudah terlihat kesal karena selalu dijadikan korban oleh mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana terlihat lebih ceria hari ini. Gadis itu tak henti-hentinya tersenyum. Membuat Arlan yang sedang mengemudi menoleh ke arahnya.

"Lo kenapa?"

"Gue seneng aja. Bisa makan bareng sama lo, Riga, Sean, Arnold."

Arlan tersenyum tipis. "Lain kali gak usah maksa lagi."

ARLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang