2. ARLAN

130 28 11
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. ARLAN

Ana melangkahkan kakinya dengan cepat seraya memeluk erat buku-buku seni di dadanya. Keringat dingin tiba-tiba membasahi sekujur tubuhnya. Suhu di sekitarnya pun mendadak berubah menjadi sangat panas. Tak sedikit siswa yang menatap geli ke arahnya saat gadis berambut curly itu menyusuri koridor Travidia International High School (TIHS) dengan langkah yang sangat cepat.
Di belakangnya, tampaklah seorang cowok yang memakai topeng badut sedang berusaha menyamai langkah kakinya dengan gadis itu.

"Ana, tungguin gue!" teriak cowok bertopeng itu.

"Jangan ikutin gue, Arlan!" balas Ana tak kalah kencang.

Siswa-siswa itu terkekeh geli menyaksikan kekonyolan Arlan untuk menjahili Ana. Mereka mengetahui jika Ana memanglah takut dengan hal berbau badut, entah itu film ataupun topengnya. Hal itu berawal saat Ana yang menjerit histeris kala menyaksikan penampilan drama yang diadakan di sekolah elite itu. Saat itu, pandangan Ana sedang terfokus pada tontonan di depannya hingga membuatnya tak sadar bahwa salah satu badut pameran berada di sampingnya. Dan pada akhirnya, seluruh penghuni sekolah itu mengetahui kelemahan Ana, si gadis baik hati yang takut dengan hal kecil.

"Na, gak cape apa jalan cepet gitu?! Kelas lo udah kelewat, woi!"

Ana menulikan pendengarannya saat Arlan mencoba membujuknya berhenti. Ia sungguh kesal karena Arlan masih mengikutinya dengan topeng jelek berhidung merah itu. Yang harus ia lakukan sekarang hanyalah menghindari Arlan dengan menuju lift sekolah yang menghubungkan lantai satu dengan lantai-lantai selanjutnya.

Beberapa saat kemudian, Ana tiba di depan lift. gadis itu menoleh sebentar ke belakang dan mendapati Arlan yang masih mengikutinya dengan langkah lebar. Dengan cepat, Ana memasuki ruang persegi panjang itu saat pintu lift nya terbuka. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat karena langkah kaki Arlan semakin mendekat. Tanpa membuang waktu, Ana menekan angka 4 pada tombol yang berada di samping pintu lift nya.

Ana menghembuskan napasnya pelan. Ia menyeka keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya. "Lo Anatasha Geffanda anak kelas XI IPA 3, kan?"

Ana menolehkan kepalanya ke sumber suara, gadis itu mendapati seorang pria yang memiliki tinggi tubuh di atasnya. "Iya," jawab Ana. Ana mengalihkan tatapannya ke arah lain saat cowok yang memiliki tubuh hampir sama dengan Arlan itu menatapnya. Gadis itu baru menyadari bahwa ia berada di dalam lift itu tidak sendiri.

"Gue Riga Danendra, anak kelas Bahasa." cowok bernama Riga itu mengulurkan tangan kanannya ke arah Ana, bermaksud mengajak kenalan gadis yang selama ini dijuluki gadis pendiam. Sebenarnya Ana bukanlah gadis yang pendiam, hanya saja gadis itu sangatlah irit berbicara dengan orang yang baru saja dikenalnya.

Dengan terpaksa, Ana menjabat tangan cowok itu. "Anatasha," ucap Ana.

Riga terkekeh sesaat setelah jabatan tangan mereka terlepas. "Lo lebih cantik daripada definisi yang temen-temen gue omongin."

ARLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang