Part 12 : A Secret

35 9 40
                                    

"Heyyo~ don't be sider and nyeppy reading everybadiih"


Author POV

"Sepertinya aku datang terlalu pagi,"Dian duduk di bangku halte bus dan melihat layar handphonenya,"Sekarang bahkan baru pukul 06.30"

Dian bersandar pada dinding halte, memejamkan matanya sejenak saja karena semalaman dia sama sekali tidak bisa tidur. Pengakuan yang tidak diduganya dari seorang Kim Seok Jin mampu membuatnya terjaga semalaman.

"Tinggal dan hiduplah bersamaku. Aku jatuh cinta padamu."

Ya, kata-kata itu terus-menerus terngiang di kepalanya. Membuat kepalanya berdenyut tiap kali mengingatnya.

"Bahkan kami baru saling berkenalan pada pagi harinya dan malam harinya dia sudah menyatakan perasaannya. Cih, aku pasti dipermainkan olehnya,"umpat Dian pelan.

Tiba-tiba wajah seseorang terlintas di pikirannya. Wajah seorang pria tampan dihiasi senyumnya yang memikat dengan lesung pipinya. Dian membuka matanya dan mengerjap beberapa kali.

"Kenapa tiba-tiba wajah dia yang terbayang?"pikirnya.

Kedua tangannya menutup wajah manisnya yang terlihat sedikit lelah. Menghela nafasnya kasar dan menunduk. Perasaannya sekarang ini bercampur aduk. Ada sesuatu yang tidak beres tetapi Dian tidak yakin itu apa. Dian mengangkat wajahnya dan menatap jalan di depannya.

"Sekarang lebih baik aku menunggu di mana? Aku terlalu malas untuk menunggu di dalam ruangan walau Jin oppa sudah meminjamkan id cardnya. Aku juga takut yang datang setelah aku itu pria bergigi kelinci itu. Aku tidak bisa membayangkannya,"badannya bergidik ngeri mencoba membayangkan apa yang akan terjadi.

Tiba-tiba Dian teringat sesuatu. Dia bangkit berdiri dan berjalan cepat menuju gedung GF Ent. Ada sesuatu yang ingin dia cari akibat perkataan Jin semalam ketika mengantarnya pulang.

Dian flashback on

Sepanjang perjalanan mengantar Dian, Jin selalu melemparkan dad jokes nya pada wanita disamping kirinya. Terkadang gelak tawa yang didengarnya dan tidak jarang juga lawan bicaranya itu membalas lelucon yang dibuatnya.

"Hmm..oppa, boleh aku bertanya sesuatu padamu? karena sebenarnya aku penasaran,"Dian melihat ke arah Jin yang sedang fokus mengemudi.

"Tentu saja. Kamu mau bertanya tentang apa, Chagi?"

Refleks, tangan Dian mencubit pelan lengan Jin,"Sudah kukatakan jangan memanggilku seperti itu. Kita belum ada hubungan sejauh itu, Kim Seok Jin-ssi."

"Arra, arra. Hanya bercanda, eoh. Walau aku berharap itu jadi kenyataan,"Jin menengokan kepalanya sekilas,"Apa yang mau kamu tanyakan? Tentang data pribadiku, eoh? Okay, aku lahir di—"

"Oppaaaaa...."Dian memutar bola matanya malas,"Aku serius. Tolong dengarkan, eoh."

Jin menghentikan laju mobilnya karena lampu merah yang menyala dan mencubit pipi Dian gemas,"Okay, Princess. Ada apa?"

"Aww, appo,"tangan Dian mengelus pelan pipinya,"Soal perkataan oppa yang tadi sore ketika kita keluar dari studio."

"Yang mana?"

"Hmm, sebenarnya aku tidak begitu yakin tetapi aku merasa ada sesuatu dibaliknya, Oppa."

"Yyee?"

"Soal tangga darurat yang ada di dalam gedung."

Alis Jin saling bertautan. Selang beberapa detik kemudian mulutnya ber-oh-ria tetapi wajahnya masih penuh dengan kebingungan.

JnD "miracle in destiny" [M]_HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang