Pieces of Memories

1.2K 50 2
                                    

~Yang di mulmed itu adalah Taylor Swift gaess aku pake chastnya soalnya kaya cocok aja gitu. penggemar Taylor Swift unjuk jari 👆~

Keduanya selesai mengerjakan tugas tepat ketika jarum pendek mengarah pada angka 8 pm. Claire tergeletak di atas tempat tidur, sedang Harvey sedang membereskan barang-barang bawaannya. Kemudian ikut duduk di samping Claire yang berbaring. "Apa ada yang menggangu pikiranmu?"

Claire mengernyit.

"Kau boleh menceritakan hal apapun padaku dan aku berjanji tidak akan memberitahukan pada yang lain."

Claire duduk menatap manik biru di depannya, "You're not my friend," dia bangkit menyetel musik rock dengan volume cukup kencang. Lalu mengambil kotak rokok dan pematik api dari dalam laci nakas.

Pria itu memerhatikan gadis di depannya sedang menyematkan satu batang rokok ke sudut bibirnya dan menghisapnya frustasi. "Kau bisa pergi sekarang," ucap Claire.

"Boleh aku minta satu?"

Lagi-lagi Claire mengernyit tidak percaya. "Apa kau tidak salah?"

Pria itu tidak hanya pintar dalam pelajaran namun, cerdas dalam mengatur strategi jika ingin menarik hati seseorang. Jika ingin dekat dengan orang lain maka ikutilah setiap kebiasaan mereka. Sudah dapat di pastikan mereka akan suka padamu saat mengetahui kau menghargai setiap tindakan mereka. Dan.. ya jangan menghakimi jika belum tahu orang itu seperti apa? Apa yang dilaluinya? Yang di rasakannya?

"Jika ketahuan kau bisa dapat masalah." Ucap Claire memperingati.

"Not just me, but we." Tutur Harvey tersenyum mengejek.

Claire menarik salah satu sudut bibirnya lalu melempar rokok dan pematiknya pada pria itu.

Sebelumnya, Harvey tidak pernah mengonsumsi benda-benda seperti itu. Sangat kelihatan sekali saat dirinya terbatuk-batuk saat isapan pertama.

Claire terkekeh remeh,

"Masih percobaan," Tutur Harvey sambil melihat-lihat foto di dinding kamar itu. "Apa itu kau?" Tanyanya. Claire tidak menjawab, karena dia tahu pria itu tahu persis siapa yang ada di foto itu. "Terlihat sangat berbeda," komentarnya.

"Saat kau mengalami masa sulit dalam hidupmu, maka dirimu yang dulu dan sekarang tidak akan pernah sama," Claire menghisap rokoknya lalu mengembuskannya ke udara. Kepulan asap menari-nari, membentuk sesuatu yang abstrak tak terkenali. Gadis itu seakan melepaskan beban yang begitu berat. Namun, sampai sekarang beban itu tidak pernah lepas dari dirinya. Dia hanya merasa beban itu hilang sementara saat dia pikir menjalani hidup bebas dapat menghilangkan semua stress itu.

"Jika boleh tahu apa yang terjadi saat itu?"

Claire terkekeh pelan, "pertengkaran? Kehancuran? Perceraian? Apa kau pernah mengalami semua hal itu dalam hidupmu?"

Pria itu tidak menjawab, lantaran dia tidak tahu harus menjawab apa? Sungguh, dia tidak pernah merasakannya, bahkan wajah orang tuanya saja dia tidak pernah tahu. "Apa dia temanmu?" Tunjuk Harvey pada salah satu foto Claire bersama seorang gadis di sampingnya. Mereka terlihat sangat akrab.

"Bukan sekedar teman, tapi kami sudah bagaikan saudara kandung. Dulu kami hidup bersama di rumah pohon belakang rumahku. Kami sering merayakan festival bersama, paskah, Thanksgiving, Helloween. Ah.. Tidak pernah kami lupakan." Claire tersenyum membayangkan masa lalu. Ingin rasanya dia kembali ke masa itu, masa di mana semuanya terasa sangat ringan dan tanpa beban. Hingga, detik berikutnya senyuman itu sirna tak tersisa. "Tapi aku kehilangan dia tepat saat malam musim dingin."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You're (Not) Alone END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang