Claire menatap bangku kosong di bagian kiri depan, tempat seorang pria yang kemarin telah menghabiskan waktu bersamanya.
Claire tidak tahu mengapa pria itu tidak masuk kelas hari ini. Apa mungkin dia marah? Tidak mungkin, lagi pula Claire tidak peduli jika pria itu marah padanya.
Hingga, siswa-siswi kelas membicarakan ketidak hadiran anak kesayangan para guru tersebut. Mereka mengatakan jika Harvey tidak masuk kelas karena sakit. Benarkah? Jika benar begitu, mungkin dia akan memastikannya sendiri nanti. Tentu sehabis pulangan.
"Mengapa kau tidak masuk kelas kemarin?" Tanya Jane menghampiri gadis berambut merah itu bersama para teman-temannya. "Dan kebetulan Harvey juga tidak masuk, sangat jarang sekali pria itu tidak masuk kelas." Ucapnya dengan gaya angkuh seperti biasa. Kemarin lusa ia sempat melihat Harvey menawarkan kerja kelompok dengan gadis bermasalah itu. Seketika saja ia menyipitkan mata menatap Claire curiga "Atau, jangan-jangan kalian berdua?"
"What?" Tutur Claire mulai tidak suka.
"Kau memanfaatkan kepolosannya agar menjadi seperti dirimu yang bermasalah dan menyedihkan, ngaku saja."
Claire tersenyum miring, tuduhan macam apa itu? Sama sekali tidak berbobot. "Kau tanggung sekali, mengapa tidak sekalian kau bilang, aku habis bermain bersamanya di atas ranjang?" Sungguh, kemuakan yang melanda dalam dirinya naik satu derajat. Dan mengapa pula Claire harus berurusan dengan ratu drama sekolah ini?
"Slut!" Sahut teman di sampingnya.
Claire memutar bola matanya jengah, mungkin sangat menyenangkan jika mengikuti alur yang mereka mainkan "Ah.. kau tahu, aku tidak pernah menyangka jika idola kalian itu bisa-"
PLAKK Kepala Claire tertoleng ke samping setelah menerima tamparan tak terduga itu. Lantas dia membulatkan mata nyalang. Tanpa diperintah otak Claire langsung menerjang ke arah orang yang menamparnya, Jane. Perkelahian tidak dapat terelakkan. Dengan beringas Claire menjambak, mencakar wajah yang ada di bawah tubuhnya. Dalam posisi ini sangat mudah baginya menyerang dan membalas perbuatan gadis itu.
Tentu saja para teman-teman Jane tidak tinggal diam. Mereka menarik Claire menjauh dan mengamankan kedua tangannya. Namun, sebelum Jane melancarkan pukulan membalas, beberapa guru mulai berdatangan dan melerai mereka.
Claire, Jane, dan ketiga temannya akhirnya di suruh ke ruangan para guru. Detik dalam ruangan dengan kubikel-kubikel membuat Claire suntuk apalagi melihat wajah-wajah yang tidak bersahabat dari orang tua-orang tua yang merupakan guru di sekolahnya.
Kata demi kata terlontar untuk menasehati kelima remaja itu. Dan akhirnya keputusan pun diambil, mereka berlima di skors selama dua hari. Keempat siswi itu terdengar mendumel protes. Lain halnya dengan Claire yang tidak peduli akan hukuman yang ia terima. Who fucking care about skorsing? Claire memutar kedua bola mata cuek. "Duh!"
Setelah itu, Claire keluar dari gedung sekolah menuju asrama para lelaki yang letaknya 20 meter dari sana. Sesuai dengan niat awal, ia memutuskan untuk bertemu Harvey.
Ia berjalan di lorong yang terdapat banyak nomor dan papan nama di samping pintunya, Claire memerhatikan setiap huruf yang tertera di papan nama tersebut. Dan akhirnya, ia sampai di kamar yang menurutnya kamar pria itu karena di papan nama tertulis nama Harvey, Claire mengetuk pelan.
Beberapa detik berikutnya pintu terbuka, menampakkan seorang pria dengan penuh akan lebam di wajah, yang tadinya sangat sempurna namun sekarang tidak. "Ada apa denganmu?"
"Biasalah anak lelaki," Harvey menengok kanan kiri, memastikan tidak ada yang memata-matai mereka. Situasi kini sangat tidak mendukungnya untuk menerima tamu. "Masuklah," tawar Harvey mempersilahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're (Not) Alone END√
Mystery / ThrillerWARNING 17+ New York, Amerika. Claire McGraw, 16 tahun, seorang siswi yang bersekolah di sekolah swasta Malville. Diusianya yang masih terbilang sangat muda, gadis itu telah kehilangan jati diri karena banyaknya masalah yang dia lalui. Pertengkaran...