Claire duduk di atas roof top sekolah. Merenung dan mencoba berpikir ke mana Harvey pergi. Sudah 4 hari pria itu tidak ada kabar. Sangat tidak mungkin jika Harvey pergi dan menelantarkan sekolahnya begitu saja. Setidaknya itulah yang ada di kepala Claire saat ini.
'Atau mungkin Harvey ke panti? Mengunjungi teman-temannya di sana? Mengapa aku tidak berpikir sampai ke situ? How stupid of me!' Claire memukul kepalanya sendiri pelan. Bergegas ingin mencari panti terdekat dari sekolah. Luke pernah memberitahunya jika Harvey berasal dari sebuah panti dekat sini.
Claire membuka smartphone miliknya dan men-search google maps. 'aha.. gotcha!' dia menemukan lokasi di mana panti terdekat dari sekolahnya. Hanya berjarak 200 meter dari tempatnya sekarang.
Beberapa saat kemudian, Claire telah sampai di depan sebuah panti asuhan yang tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. Pemandangan saat ia melangkahkan kaki begitu asri. Tepat di sisi kanannya nampak satu pohon oak besar yang mungkin usianya lebih dari 10 tahun tengah berdiri kokoh dengan daun berwarna kekuningan, oren serta kemerahan.
Di sekitarnya terdapat kursi panjang berdampingan meja panjang untuk anak-anak panti bermain ataupun sekedar menghabiskan waktu.
Ah.. begitu tenang rasanya. Claire memejamkan mata perlahan lalu menghirup udara dalam-dalam. 'Apa berkumpul bersama anak-anak panti selalu setenang ini?'
Belum sempat Claire mengembuskan napas secara sempurna seorang gadis kecil menarik tangannya, membuat Claire mau tak mau membuka mata dan menarik tangannya agar terlepas dari rangkulan gadis kecil itu.
Claire berkernyit namun tidak membuka suara.
"Hai Ana, siapa yang kau bawa?" Tanya seorang perempuan menghampiri. Yang Claire perkiraan berusia 30 tahunan.
"Hai Glace, aku melihatnya hanya beldili di depan pagal jadi aku menaliknya kemali." Tutur Cadel gadis kecil itu. Oh.. betapa manisnya gadis itu dengan pipi chubby yang kemerahan-merahan.
"Oh.. benarkah? Apakah dia teman barumu?" Perempuan tadi memegang lututnya seraya mensejajarkan tinggi badannya agar sama persis dengan tinggi gadis kecil itu.
"Sebental lagi kami akan menjadi teman baik," tutur Ana memamerkan gigi-gigi putih kecilnya.
"Baiklah, sekarang kau bisa menemui teman-temanmu lagi sayang. Terima kasih telah mengantar kakak ini," senyum perempuan tadi lembut.
"Humm!" Angguk Ana kemudian berlari menuju teman-temannya di halaman rerumputan hijau sedang bermain kejar-kejaran.
"Hello, aku Grace salah seorang yang menjaga dan relawan yang bertanggung jawab untuk pendidikan di panti ini." Senyum Grace ramah mengulurkan tangan kanannya.
"A-ahh y-ya ya.. aku Claire," tutur Claire ragu dan meraih uluran tangan itu.
"Apa yang membawamu kemari my dear?" Tanya Grace.
"Aku mencari seseorang yang berasal dari sini. Harvey, apa dia kemari?"
Grace tampak mengingat-ingat. Hingga dia kembali berucap "ah.. satu Minggu belakangan remaja itu belum mengunjungi panti ini, tumben sekali. Apa kau temannya nak?"
"Y-ya, dia sudah 4 hari tidak ada keterangan. Dan kami sangat mengkhawatirkannya."
"Tidak ada keterangan selama 4 hari?" Ulang perempuan dewasa itu. Claire mengangguk.
"Itu sangat tidak mungkin, oh.. mungkin saja dia pergi ke rumah orang tua angkatnya. Sebentar aku akan menuliskan alamat mereka." Wanita itu berjalan memasuki rumah panti cukup tergesa untuk bisa dikatakan normal. Mungkin kini Claire menularkan virus kekhawatiran pada wanita dewasa itu. Claire membuang napas pelan, kemudian menghampiri anak-anak panti yang sedang bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're (Not) Alone END√
Mistério / SuspenseWARNING 17+ New York, Amerika. Claire McGraw, 16 tahun, seorang siswi yang bersekolah di sekolah swasta Malville. Diusianya yang masih terbilang sangat muda, gadis itu telah kehilangan jati diri karena banyaknya masalah yang dia lalui. Pertengkaran...