The Note

451 37 0
                                    

Hari ini lagi-lagi Claire terlambat masuk kelas. Walaupun begitu dirinya langsung menyelonong tanpa dosa melewati guru yang tengah menjelaskan di depan. Sampai di tempat duduk yang kosong dia membuka handphone pintar miliknya sebentar lalu mematikannya kembali. Hanya sekedar mengecek.

Kemudian matanya menyapu ke seluruh ruangan. Dan lagi-lagi seperti kemarin, Claire tidak ada melihat keberadaan Harvey di sana. Setahunya, lelaki itu mengambil kelas bahasa France. 'Tapi, apa peduliku?' Claire tak terlalu memikirkan mengapa pria itu tidak masuk kelas, karena dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan ikut campur dengan kehidupan lelaki itu lagi.

Claire memerhatikan guru yang menjelaskan secara seksama. Entah mengapa, dia menyukai pelajaran itu. Bahkan dari dulu, hampir semua pelajaran sejenis Claire menyukainya macam bahasa France, Spain, Jepang, dan English. Tentu saja, dari sekian banyak pelajaran, pasti ada yang di sukai. Walaupun orang itu tampak ogah-ogahan jika mengikuti pelajaran.

Sangking betahnya Claire memerhatikan. Tak terasa waktu terus berjalan signifikan, hingga tidak lama kemudian bel berbunyi. Menandakan pelajaran itu telah usai. Claire mengemasi barang-barang yang dia bawa dan menenteng buku catatannya menuju kelas berikutnya. Tapi saat di perjalanan, dekat kelas internasional seseorang memanggilnya sambil sedikit berlari. Claire memutar kedua bola matanya jengah saat mengetahui siapa yang memanggil. Jane. 'kita lihat, urusan macam apa yang membuat ratu drama repot-repot ingin berurusan dengan orang sepertiku? Ingin membuat hot news lagi?' Claire melipat kedua tangannya di depan dada seraya menunggu Jane sampai. "What?" Ketus Claire.

"Sudah dua hari ini aku tidak melihat Harvey. Apa kau tahu sesuatu?" Tanya gadis itu khawatir.

Sebelum menjawab, Claire memerhatikan Jane dari atas hingga bawah. Semuanya yang dikenakan gadis itu serba mahal. T-shirt dan short skirt Prada yang dia kenakan, tas channel dan sepatu Hermes. Di dalam benak Claire bertanya-tanya seberapa kaya orang tua Jane "Tidak."

"Tidak mungkin. Aku tahu, sekarang kaulah yang paling dekat dengan Harvey." Ujar Jane lebih seperti menuntut. "Aku tahu, karena aku pernah melihatmu bersamanya."

Claire menyipitkan matanya intimidasi. "Apa kau menuduhku? Sudah aku bilang aku TIDAK TAHU!" Claire menekan dua suku kata terakhir untuk mempertegas ucapnya lalu berlalu begitu saja.

"Aku mohon," Jane mencegat Claire dengan lebih dulu berdiri di depannya. "Aku tidak bermaksud seperti itu. Harvey tidak pernah tidak masuk dua hari berturut-turut tanpa keterangan seperti ini."

"Kau pikir aku peduli?" Tutur Claire sarkas, dan kembali berjalan sambil menabrak bahu Jane kasar.

"Handphone pria itu tidak bisa dihubungi sejak dua hari lalu, dan ketika aku bertanya pada pengurus asrama pria. Dia bilang Harvey belum pulang sekitar dua hari yang lalu pula. Terakhir kulihat dia masih ada saat di kelas aljabar tiga hari lalu. Aku khawatir jika terjadi yang tidak beres dengannya. Terlebih saat mengetahui akhir-akhir ini tubuhnya selalu dipenuhi lebam. Yang aku tahu dia jarang sekali, bahkan tidak pernah terlibat kasus ataupun perkelahian." Ucap Jane sedikit berteriak.

Claire tetap berjalan, namun kata-kata Jane sukses membuat otaknya berpikir keras. Hingga dia sampai di kelas berikutnya. Claire mengambil kursi paling belakang, dan meletakkan buku serta alat tulis di atas meja. Tidak mungkin dia tidak membawa alat tulis setiap hari bukan?

Perkataan Jane masih terngiang. Benar juga, Harvey tidak pernah terlibat perkelahian, lantas mengapa di tubuh pria itu banyak terdapat lebam? Dan beberapa waktu ketika Claire bersama Harvey, lelaki itu tampak ingin membicarakan sesuatu padanya. Tapi, pada saat Harvey ingin memberitahukannya, pria itu selalu mengurungkan niat. Dan Claire merasa bodoh karena bersifat terlalu acuh dan menganggap semuanya masih normal.

You're (Not) Alone END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang