~Di mulmed si Harvey versi sexy 😝~
Sepanjang hari itu, Claire hanya menemani Harvey membaca buku-buku pelajaran, setelah pria itu mengobati memar dari sudut bibirnya. Sesekali dia mendumel protes karena merasa tidak dipedulikan. Menurutnya jika Harvey sudah bersama buku, serasa dirinya tengah diselingkuhi atau mungkin tersisihkan. Kentara sekali jika benda yang membuatnya kecanduan hingga lupa waktu hanyalah seonggok kertas dengan berbagai tinta di atasnya- buku. Hingga ada terbersit dalam pikirannya, kelak akan melenyapkan saingan-saingan beratnya itu. BUKU!
Claire mengitari kamar itu, kemudian ia sampai di depan jendela yang langsung menghadap lapangan hijau di depan asrama. Hijau yang sejuk. Entahlah ia merasa berdekatan dengan pria itu selalu membuat dirinya lenggang. Ia mengeluarkan rokok dan pematik dari kantong jaketnya, setelah membuka jendela di kamar Harvey berniat membunuh rasa jenuh karena tidak dipedulikan oleh pria itu.
Claire duduk di bingkai jendela yang terbuka dan menghisap rokok di bibirnya. Kepulan asap menari-nari di udara membawa aroma yang langsung membuat Harvey menoleh ke arah sosok wanita di bingkai jendela.
Harvey menutup bukunya, lalu berjalan ke sisi wanita itu. "Boleh aku minta?"
Tatapan semula yang ditujukan ke lapangan hijau, kini beralih ke wajah pria di sampingnya. Cukup lama Claire menatap iris jernih biru laut itu seolah ingin mengatakan Apa kau yakin? Hingga akhirnya ia memberikan kotak rokok dan pematiknya pada Harvey. Namun pria itu tidak langsung mengkonsumsinya melainkan menyimpan benda itu ke dalam kantong celana.
Claire mengernyit, lalu terkaget ketika Harvey mengambil batang rokok dari sudut bibirnya. "Hei!" Pekik Claire tidak suka.
Tanpa memedulikan tatapan marah Claire, Harvey justru menghisap pelan rokok di sela tangannya, lalu mengembuskan asapnya ke udara. Seakan akal sehatnya ikut menguar ketika ia melepaskan gumpalan-gumpalan asap itu, Harvey menarik dagu Claire dengan satu tangannya yang lain. Dan..
Cup Harvey mendaratkan kecupan singkat di bibir merah itu. "Kau kaku sekali." Protes Claire turun dari bingkai jendela lalu mendorong pelan tubuh Harvey ke atas tempat tidur. Kini pria itu sudah terbaring dan menunggu apa yang akan gadis itu lakukan.
Tentu saja Claire tidak akan melewatkan kesempatan emas itu. Dengan cepat dia merangkak naik. Tangan liarnya sudah bergerilya membuka dua kancing atas baju Harvey. Pria itu diam saja ketika lehernya dihujani Claire dengan ciuman. Tak lama ciuman itu beranjak ke bibirnya. Cukup lama Claire bermain di sana, hingga dia menatap iris biru di depannya, lalu menarik tubuhnya berhenti dari kegiatan gila itu saat Harvey tidak merespon sama sekali.
"Ada apa?" Tanya Harvey akhirnya bersuara sekaligus menatap Claire tidak mengerti.
"Tidak,"
Harvey bangkit duduk agar bisa melihat wajah orang yang diajaknya bicara "Kau bisa memanfaatkanku untuk mengubah kecanduanmu terhadap benda-benda itu."
"Maksudmu?" Claire mengernyit bingung.
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan padaku, aku berjanji tidak akan melarangnya lagi."
"Termasuk-"
"Ya," potong Harvey cepat.
"Apa kau meminta syarat?"
"Menurutmu?"
Claire menghela napas berat, tidak mungkin dalam sekejap bagaikan sulap Harvey bisa mengubah prinsip hidup yang menurutnya sangat kolot itu. Secara, pria itu adalah seseorang yang paling bijak dalam kelas. Sampai-sampai dirinya dianggap sebagai murid kepercayaan semua guru. Dan Claire tidak sabar mengetahui bagaimana nasib sekolah menengah ke atas Malville jika sebentar lagi pria itu akan lulus beberapa bulan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're (Not) Alone END√
Mistério / SuspenseWARNING 17+ New York, Amerika. Claire McGraw, 16 tahun, seorang siswi yang bersekolah di sekolah swasta Malville. Diusianya yang masih terbilang sangat muda, gadis itu telah kehilangan jati diri karena banyaknya masalah yang dia lalui. Pertengkaran...