What Happen to You Claire!

620 40 0
                                    

Claire terbangun dari tidurnya yang singkat itu, keringat dingin mulai memenuhi wajahnya yang pucat pasi. Ingatan akan mimpi aneh tadi memenuhi setiap kisi-kisi otaknya yang mulai berfungsi akan kondisi sekitar. Hingga, samar frekuensi longitudinal suara ketukan mulai menyapa gendang telinga Claire. Pelan, bahkan sangat pelan hampir tidak terdengar, sebab didukung dengan suara gemericik air hujan yang masih setia berjatuhan. Claire pikir, itu pasti bukan berasal dari pintunya.

Mata Claire melirik jam weker di atas meja belajar dekat jendela bagian Utara. Jam 01.02 am. Siapa orang gila yang bertamu malam-malam begini? Claire kembali merebahkan diri, mencoba menyelami alam mimpi lagi. Namun, suara ketukan kembali terdengar. Claire menajamkan indranya, bertanya-tanya ketukan itu berasal dari mana? Dari pintu di depan pintu asramanya kah, Vie? Pasalnya gadis itu sering menerima tamu, tapi Claire tidak pernah tahu jika Vie akan menerima tamu ketika dini hari. Atau dari dua pintu di samping kiri kamarnya, Gwen? Gadis itu sama sepertinya sering menerima tamu, yang tamu-tamunya tidak mengenal waktu. Atau mungkin ketukan itu berasal dari pintu kamarnya? Claire menunggu ketukan berikutnya ingin memastikan. Ketukan kembali terdengar, dan Claire tidak bisa memastikan apapun dari mana ketukan terkutuk itu berasal.

Hatinya gundah lagi gelisah memikirkan bunyi-bunyi itu. Claire bangkit menuju pintu kamar, sekali lagi ia akan memastikan jika ketukan itu bukan berasal dari pintunya. Tangan Claire meraih ganggang pintu, bersiap membuka. Jika tidak seperti ini, dapat ia pastikan dirinya tidak akan bisa tidur hingga besok pagi.

KLEK kunci pintu kamarnya terbuka. Saat hendak membuka dan melebarkan celah, sesuatu yang berat lagi bertenaga dari balik pintu mencoba memberi Claire bantuan agar tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga untuk membuka benda itu, karena seseorang tengah bersandar padanya dengan keadaan yang lemah dan basah? "Harvey?" Seketika pintu terbuka lebar. Dan beruntung sebelum kepala Harvey mencium lantai Claire lebih dulu menangkup kepala itu lalu menopang di atas pangkuannya. Sepertinya pria itu setengah sadar. "Berapa lama kau di depan sini?" Claire melihat kanan kiri sepi. Kemudian menarik tubuh itu masuk ke dalam dan meletakkan tubuh Harvey di lantai dengan hati-hati.

Kaki Claire dengan cepat melompat ke arah pintu "Apa kau sudah gila menerobos hujan malam-malam begini!" Seru Claire sedikit kesal saat mengunci kamarnya kembali. Tidak ada jawaban. Claire menghampiri pria yang tengah terpejam itu, ia baru menyadari jika bibir pria di dapannya nampak begitu pucat. Sontak saja ia memeriksa kening Harvey.

Panas!

Tentu saja dengan naluri kemanusiaannya, Claire langsung mengambil tindakan.

Bagi Claire mengurus seseorang yang demam tidak terlalu menyulitkan, karena saat dirinya sendiri mengalami penyakit itu tidak ada seorang pun yang merawatnya. Teragis memang, tapi Claire pun tidak pernah mengharapkan seseorang akan menolongnya, bahkan sekedar menjenguk.

Claire memerhatikan pria yang memejamkan mata di atas tempat tidurnya, dengan menggunakan pakaian kaos berlengan miliknya. Dan dahi tertempel handuk basah. Terlihat ia tidak nyaman akan keberadaan benda itu di sana.

Claire menarik selimut hingga ke dada pria itu, sebelum menghampar alas tipis di atas permadani kecil di dekat tempat tidur yang digunakan pria itu. Dia sadar Harvey tidak akan menyukai jika dirinya bergabung di atas tempat tidur bersamanya. Yah, walaupun pria itu sudah mengijinkan, dia tidak yakin dengan kata-kata itu. Lagi pula dia tidak ingin tertular penyakit yang diderita Harvey.

Claire langsung mengambil posisi berbaring, lalu memiringkan badan menghadap pria itu dengan menggunakan lengan dalam sebagai alas kepala. Lihatlah wajah menderitanya itu, padahal belum sembuh dari lebam-lebam, tapi penyakit lain justru datang. Claire mengembuskan napas panjang bertanda prihatin. Tapi dia tidak dapat mengelak, bahwa sesuatu dalam dirinya terlampir perasaan senang malam ini bisa melihat wajah tampan itu, dan dia berharap bisa melihatnya lagi, lagi dan lagi. Kalau bisa setiap saat setiap waktu. Astaga Claire sebenarnya apa yang terjadi pada dirimu?!

You're (Not) Alone END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang