Beberapa jam telah berlalu, warna jingga di langit mulai mendominasi. Perpaduan itu sangat serasi dengan warna daun-daun yang mulai berguguran satu demi satu dari pohon ek, tempat Claire memeluk kakinya menunggu seseorang yang dia percayai akan datang menemuinya sebentar lagi.
PUK satu helai daun Ek jatuh di atas kepala Claire bersamaan dengan satu bulir bening mengalir dari sudut matanya yang secerah lautan. Benar, Harvey akan datang sebentar lagi dan akan segera menghapus air mata kekecewaan palsu ini, batinnya menghibur diri yang hampir tiada arti.
Dan aliran air mata itu justru semakin deras, saat dirinya menatap ponsel yang masih tidak ada tanda-tanda telepon masuk bahkan sebuah pesan yang mengirimkan kata-kata permohonan maaf untuk ketidaksanggupan menemuinya pada hari ini, atau bahkan sekedar meminta maaf untuk keterlambatan. Claire menenggelamkan wajah di lengan dalam yang ia lipat di atas lutut.
"Apa hanya aku yang memiliki perasaan ini? Atau karena aku terlalu naif begitu meyakini jika dia benar-benar menyukai perempuan sepertiku?" Gumam Claire lirih, kini dirinya benar-benar rapuh, sedih, kecewa dan semua rasa pesakitan itu muncul dalam hatinya.
"Claire?" Panggil seseorang.
Suara yang amat tidak asing baginya. Orang yang dipanggil mendongak, mata serta hidungnya tidak lepas dari cetakan merah pudar alami.
"Apa aku benar?" Tanya orang itu lagi memastikan.
"Mengapa kau datang ke sini, Luke?" Tanya Claire sesegukan.
"Bukankah aku yang harus menanyakan hal itu padamu? Mengapa kau ada di sini? Dengan.. pakaian itu? Kau nampak berbeda, dan.. ya lebih manis."
Claire menatap pria itu malas, "Itu bukan urusanmu." Ucapnya kembali lesu mengingat siapa yang membuatnya seperti ini. Dia menempelkan keningnya lagi ke lengan yang terlipat. "Pergilah, aku sedang menunggu seseorang, nanti dia berpikir yang bukan-bukan ketika melihatmu di sini bersamaku." Lanjutnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Ini bukanlah dirimu. Yang aku tahu seorang Claire itu adalah wanita yang kuat, liar, tidak cengeng seperti ini. Katakan padaku siapa yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi padamu?"
"Aku bilang itu bukan urusanmu." Tekan Claire jengah pada setiap kata yang dia ucapkan. Dia sangat tidak suka melihat kedatangan pria itu di sana, jika hanya membuatnya bad mood sebab teringat kata-kata Harvey yang akan menemuinya, namun kenyataannya? Argh.. rasanya aku ingin menangis karena percaya pada ucapan pria sok baik itu. 'bergantung' bullshit seharusnya aku sudah tahu, saat ini si charming Harvey pasti sedang tertawa terpingkal-pingkal di suatu tempat, melihat rencananya telah berhasil padaku. Batin Claire kesal. "Bastrad fucking Harvey!" Gumam Claire geram menggengam ponsel di tangannya seolah ingin meremasnya sampai hancur.
"Kau juga?" Tutur pria itu tak percaya. "Aku kira kau seorang yang pintar karena satu-satunya yang tidak percaya dengan wajah sok polosnya itu?" Tutur Luke sarkastik.
"Ini yang terakhir. Akan kubalas perbuatannya yang terus mempermainkan perasaanku,"
"Bagus, inilah Claire yang aku kenal. Pria sepertinya tidak pantas mendapatkan kepercayaan lebih darimu." Tangan Luke meraih dagu Claire lembut.
"Hentikan." Tutur Claire dingin saat Luke ingin mengecup bibirnya. "Berapa uang yang kau punya untuk melakukan itu?" Tutur Claire angkuh seperti biasa saat pria lain ingin menggunakan jasanya satu malam.
"Ini dia gadis yang telah beberapa hari hilang. Berapapun yang kau minta," tutur Luke percaya diri.
Claire menarik satu alisnya, "400 dolar."
"Wow.. Deal!" Pria itu langsung melumat bibir wanita di depannya rakus dan Claire membalasnya tak kalah liar. Dia sudah tidak peduli, jika Harvey ada di sana dan melihatnya. Yang dia inginkan kini menjadi dirinya seutuhnya, dibenci, dicaci, dihina. Ya.. itulah dirinya. Dia tidak butuh orang lain, bahkan Harvey sekalipun untuk menuntun jalan hidupnya ke arah yang benar. Karena dia tidak membutuhkan itu, yang dia butuhkan adalah uang untuk terus bertahan hidup agar terus bisa mendengar dirinya yang direndahkan, dihinakan, dijadikan bahan ejekan. Itulah takdirnya, dunia sudah membuangnya jauh sebelum hal ini menimpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're (Not) Alone END√
Mystère / ThrillerWARNING 17+ New York, Amerika. Claire McGraw, 16 tahun, seorang siswi yang bersekolah di sekolah swasta Malville. Diusianya yang masih terbilang sangat muda, gadis itu telah kehilangan jati diri karena banyaknya masalah yang dia lalui. Pertengkaran...