Suck Think, Really!

452 36 0
                                    

Malam ini kondisi tubuh Harvey sudah sangat lemah. Bagaimana dia bisa bertahan hidup jika sudah 5 hari perutnya tidak ada menyentuh makanan serta minuman? Rupanya saja sudah seperti mayat hidup sekarang. Mengenaskan.

Dirinya hanya menunggu agar hewan-hewan di sana mulai menggerogoti tubuhnya sedikit demi sedikit. Pasrah dan menyerah, merupakan kata-kata yang mulai terangkai di dalam otaknya. Tetapi menyerah dalam kamus hidup Harvey tidak pernah ada terkecuali jika ia telah mati maka kata itu bisa ia gunakan. Namun, kini dia tangah sekarat!

Lama berdiam diri seperti ini, membuatnya kian menyadari, bahwa dia sendiri. Orang-orang yang datang padanya adalah buah dari kerja kerasnya selama ini untuk mendapatkan pengakuan. Bahkan dari orang yang awalnya tidak pernah ia tahu.

Bibirnya menyunggingkan senyuman miris. Tersadar jika dunia ini bukanlah untuknya. 'Betapa menyedihkan, bahkan orang tua kandungku saja tidak menginginkanku,' Harvey mulai mengejek dirinya sendiri, karena tidak menyangka akan berakhir seperti ini.

*

Keesokan harinya. Matahari belum menampakkan wujud dan sinarnya sedikit pun, namun Claire sudah pamit pulang pada Luke.

Namun, sebenarnya dia tidak langsung pulang melainkan singgah ke sekolah, ke ruang digital art yang mana di sana terdapat komputer-komputer berjejer rapih menanti untuk di fungsikan segera.

Kondisi sekolahnya sekarang begitu sepi. Koridor dan lorong-lorongnya hanya diterangi cahaya temaram dari bohlam berwarna putih tidak menyilaukan. Walau begitu sedikit cukup membantu Claire dalam menemukan arah ke kelas digital art-nya.

Beberapa menit berlalu dan dia telah sampai ke ruangan yang ingin dituju. Ruangan itu nampak horor kalau saja lampunya tidak segera Claire nyalakan. Seketika kelas itu terang benderang saat Claire menekan saklar lampu.

Tanpa ingin membuang banyak waktu, Claire menyalakan komputer di bagian paling depan dekat pintu masuk dan menancapkan flashdisk ke USB segera. Seketika Claire membuka satu folder di dalam flashdisk itu. Yah, karena memang hanya ada satu saja.

"Video?" Gumam perempuan itu pelan. Dia mengeklik icon video tersebut, sejenak muncul loading. Claire bertanya-tanya video apa itu sebenarnya?

Detik berikutnya, awal putaran video memunculkan visual kamar Luke kemudian di sana ada dirinya yang memakai gaun kuning dan Luke yang masuk dari pintu. Ah, dia mengingatkan kejadian itu. Claire mempercepat video itu dan melihat kegiatan yang ia dan Luke lakukan di sana. Seketika membuatnya mendengus kesal. 'mengapa si gila itu menyimpannya.' Claire mematikan video itu muak. Tapi ketika ia ingin menghapus video tersebut, penjaga sekolah muncul di depan pintu bagai hantu, membuatnya sungguh demi apapun ingin pingsan seketika karena kaget.

"Apa yang kau lakukan dini hari ke sekolahan?" Dia melirik arloji di tangan kanannya. "Kelas paling cepat dimulai jam 9."

"Aku tahu." Sargah Claire cepat. "Aku hanya melihat-"

"Apa yang kau lihat?" Potong penjaga berkumis itu cepat dan menghampiri Claire yang tengah gelagapan ingin menghapus Video, namun terlambat.

"Apa gadis yang ada di video adalah kau?" Tuturnya telak.

Claire memutar kedua bola matanya cuek, "menurutmu?"

"Aku akan memberikan ini kepada gurumu besok." Pria itu menyabut flashdisk dan mengantonginya dalam jaket tebal yang ia kenakan. "Sekarang kau kembali ke asramamu."

Claire mengatupkan gerahamnya marah. Rahangnya mengeras menahan emosi. Ayolah penjaga ini akan mengacaukan segalanya. "Fuck!" Maki Claire menunjukan jari tengahnya sambil berlalu.

*

Dan di sinilah Claire, di ruangan para guru bersama Luke di sampingnya. Luke menatap Claire intimidasi, namun yang ditatap tidak tahu-tahu. Hanya melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap guru yang tengah menasehatinya dengan tatapan malas. Sesekali dia memutar kedua bola matanya bosan dan berdoa agar gurunya itu segera mengakhiri omelan yang sama sekali tidak akan berbekas di otak bahkan di telinganya.

You're (Not) Alone END√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang