T I G A

40 6 0
                                    

Bel istirahat berbunyi. Aku pun membereskan buku-buku lalu diam duduk dimeja membuka bekal makananku, Jani sedang ada olimpiade. Jadi dia dispen pelajaran hari ini.

"SIPPPPP."

Aku menoleh mendapati Dion sedang melihat kearahku dengan jempol tangan yang diacungkan seolah membentuk aba-aba 'sip'. Kukira dia memanggilku karena memang ada urusan yang penting. Malas menanggapi gurauan si sipit itu aku pun melengos.

"Yaelah sif gitu aja marah. Noh, dicariin abang nono."

"Hah? Nono? Gua gaada urusan sama bang jono, bego." Mengingat bahwa Bang Jono merupakan salah satu penjual eskrim dan kue ringan dikantin.

"NONO BEGO, ARIZANO NOH ARIZANO. GEBETAN LU KAN SEKARANG?"

Dion berbicara seperti itu dengan berteriak keras. Lantas aku pun menoleh kan wajahku ke pintu. Benar saja sudah ada Arizano disana. Mataku membulat, pipiku bersemu. Dion kurang ajar. Dia sangat jelas berteriak bahwa Arizano adalah gebetanku sekarang. Tau darimana dia? Eh memangnya iya Dion adalah gebetanku? Entahlah, sejak dia menimpukku dengan botol waktu itu ditambah dengan mengantarkanku pulang, hatiku perlahan melunak. Dasar aku, jiwa jiwa yang ambyar.

"Eh, lu cari gua?" Tanyaku setelah sampai didepan pintu.

"Bukan." Jawabnya,kulihat pandangannya menyisir ruang kelasku.

"Ha? Terus kok kata Dion-?"

"Eh eh iya, gua cari lu. Lu Shifa kan? Nih gua kasi roti sama susu, siapa tau belum makan."

Belum selesai aku menjawab, ia sudah terlebih dahulu memotong. Ada yang aneh dari dia. Entahlah, mungkin dia gugup bertemu diriku. Ya ampun, aku ini percaya diri sekali.

"Ini banyak banget woi. Gua ga abis, lagian gua abis makan." Dia memberiku 2 kotak susu dan 3 bungkus roti. Dia pikir aku ini babon apa. Menyebalkan sekali.

"Ya bagi-bagi aja sama orang. Temen sebangku lu kan ada."

"Ah iya dah, makasih ya." Ucapku tulus.

"Yoo sama-sama. Ah udah ya, gua balik ke kelas dulu, see u."

Tak kutanggapi, aku pun kembali pada tempat dudukku. Baru saja duduk, tiba-tiba Jani sudah duduk disampingku.

"Udah makan Jan?"

"Belum,"

Ck, kebiasaan Jani. Selalu lupa makan. Teringat bahwa waktu istirahat sebentar lagi, terpaksa akupun menawarkan roti dan susu yang diberikan Arizano kepada Jani. Bukannya pelit, namun setahuku Jani tidak terlalu suka susu.

"Mau ga?"

Jani pun menatap kearah roti dan susu lama. Dahinya berkerut, seperti menimang atau mengingat mungkin. Akhirnya ia ambil sati roti dan satu susu coklat.

"Woah, tumben amat. Biasanya gamau. Kelaperan ya lo, Jan?"

Jani hanya mengangguk dan menikmati makanannya.

Tak lama guru pun masuk, bagian pelajaran Bahasa Inggris yang merupakan pelajaran kesukaanku. Pelajaran ini diajarkan oleh Pak Saepudin yang merupakan wali kelasku.

Semua anggota kelasku pun yang tadinya berpencar, duduk ke bangkunya masing-masing.

"Hari ini hari apa? Harisenin."

Aku mendelik, lagi-lagi Dion meledek nama ayahku tercinta sambil mendekat kearah tempat dudukknya yang dibelakangku. Dia ini fans ayahku atau gimana sih?

"Kurang pendidikan apa ya, mas?"

"yeeeee." katanya sambil menoyor kepalaku.

"Jan noh jan, liat temen lu!" Aduku pada Jani.

FIRST, LOVE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang