L I M A B E L A S

8 0 0
                                    

Hingga ponsel ku berbunyi. Menandakan satu panggilan masuk. Itu dari Arizano.

Aku mulai menghela nafas, memperbaiki suasana hatiku yang sedang kacau ini. Menetralkan suaraku dengan berdeham. Kugerakkan tanganku untuk menggapai benda yang tengah berbunyi itu, namun rasanya enggan. Entahlah, untuk berbicara kepada bundaku saja rasanya sangat enggan. Apalagi ini kepada Arizano yang bisa dikatakan sumber dari kesedihanku.

Kupencet tombol reject. Kupikir setelah menolak panggilan dari Arizano, lelaki itu akan berhenti menelponnya. Ternyata ia tak menyerah begitu saja. Ia terus menelponku, karena kesal kuubah nada dering telponku menjadi silent lalu kumatikan handphoneku hingga layarnya berubah hitam.

Tak lama layar handphoneku menyala. Menandakan pesan masuk.

Janoo😈

Shif?
Halo?
Kok ga di jawab?
Tidur ya?
Masa sih tidur?
Shif.
Bales dulu
Shif
Shifa
Udah sampe rumah kann??
Yaudah deh, nanti kalo pegang hp lagi bales pc aku ya. Aku kangen hahahaha
TAPI BOONG!🤪

Pesannya hanya ku baca. Tak ada niatan sedikitpun untuk kubalas. Tak peduli apakah dia akan kesal atau malah tak peduli. Bukannya aku sudah tidak sayang lagi pada Arizano. Bagaimana pun aku masih kecewa dan ragu dengan perasaan lelaki itu sebenarnya. Apa niat Arizano belakangan ini mendekatiku? Apa hanya untuk memacari Rinjani? Kalau begitu mengapa harus lewat aku? Mengapa? Tak sadarkah dia sudah membuat ku jatuh cinta padanya?

Pikiran buruk terus menghantui kepalaku. Entahlah, terlalu penat hari ini. Lebih baik aku tidur.

☀️

"SHIFAAAA, BANGUN NAK."

Aku terbangun, kubuka mataku perlahan. Sudah pagi ternyata. Saking lelahnya kemarin aku sampai tertidur hingga keesokan harinya tanpa mandi, tidak apa-apa aku selalu wangi terus kok.

Kulihat jam yang menggantung didindingku, seketika aku terperanjat kaget. Bagaimana tidak, ini sudah jam 6 lewat 20 menit. Sedangkan gerbang sekolahku ditutup jam 7 lewat 12 menit. Itu berarti aku hanya punya waktu kurang dari sejam untuk mandi, membereskan tempat tidur, makan, dan berangkat. Oh tidak! Bisa habis aku.

Akupun berniat langsung ke kamar mandi, namun handukku tidak ada ditempatnya. Astaga! Aku lupa kalau handukku biasanya dijemur di halaman belakang. Tak ada waktu, akupun bergegas ke halaman belakang lewat ruang tamu.

Sekali lagi, aku terkejut. Benar-benar terkejut hingga rasanya jantungku mau copot. Okey, itu sedikit berlebihan.

Didepanku sudah ada seorang pria dengan badan tinggi dan tegap, kulitnya sawo matang. Pasti kalian sudah bisa menebaknya kan?

Yap, itu Arizano. Kenapa dia bisa tiba-tiba ada disini? Apakah dia berniat menjemputku? Ingin rasanya senang, namun teringat bahwa sebenarnya bukan aku yang diinginkan Arizano tapi sahabatku, si gunung itu! Oke, sekarang aku mulai teringat kalau aku baru bangun tidur, masih menggunakan piyama dengan rambut yang seperti singa. Tanpa pikir panjang akupun langsung bergegas ke halaman belakang dan mandi.

Pikiranku tidak tenang, jengkel, malu dan sedikit senang. Ingat, hanya sedikit.

"Kenapa bunda gak bilang sih!" Kataku pada diri sendiri sambil memandang pada cermin. Ya, sekarang aku tengah berdandan. Bukan, bukan berdandan yang menor. Aku hanya menambahkan bedak dan sedikit polesan lipgloss.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIRST, LOVE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang