POSITIVE

286 15 1
                                    

FYNIA POV

Hari ini hari dimana tepat pernikahan kakak perempuanku dengan Dokter yang menanganiku jika aku terluka. Perasaanku antara senang dan sedih,senang karena akhirnya kakakku menemukan seseorang yang baik, sedih karena aku belum bisa membahagiakannya. Hanya dia satu satunya yang aku punya didunia ini.

Acara pernikahan kakakku hampir terselesaikan, hanya saja masih banyak tamu yang belum berpulangan, aku sedikit memijit pelipisku, hari ini begitu lancar. Aku sangat bahagia melihat kakakku tertawa diatas sana,tepat ditempat duduk bagaikan raja dan ratu.

Aku berjalan menuju toilet, entah apa yang aku rasakan saat ini, aku merasa perutku begitu sakit,aku menahannya sampai tiba ditoilet, aku langsung mengeluarkan sesuatu dari tas yang aku bawa sedari tadi. Aku sangat benci ketika meminum obat ini, tapi mau bagaimanapun aku harus meminumnya. Penyakit yang aku alami ini tidak cukup serius,hanya saja lambungku sedikit terluka.

***
Pagi ini aku akan menghabiskan waktuku untuk berjalan jalan. Aku pergi kesebuah toko buku,saat dulu aku sudah sangat sering ketempat ini, bahkan aku sudah kenal dengan pemiliknya, namanya Pak Anto. Pak Anto sangat baik,terkadang aku sering dikasih potongan harga karena sudah sangat sering ketokonya.

Sudah 10 menit aku berjalan,Indonesia sangat berbeda dengan Swiss, disana aku bisa merasakan kedamaian yang cukup indah, ngomong tentang Swiss aku jadi teringat dua sahabatku,aku merasakan rindu yang cukup berat bagiku. Aku sangat merindukan Irene dan Kezia. Tidak, besok aku akan pulang ke Swiss.

Aku sudah sampai didepan toko buku Pak Anto, tetapi, ini sangat berbeda. Aku melihat kesekitarku, memastikan bahwa aku tidak tersesat. Tiba tiba suara terdengar dijalan raya,melihat keadaan yang ramai aku langsung menghampiri karena rasa penasaran. Aku langsung menerobos untuk melihat kekeramaian ini, melihat sesuatu yang terjadi disana,bahkan belum sempat melihat. Aku hampir tidak bisa bernafas karena ramainya orang. Aku memutuskan untuk balik lagi.

"Kasihan sekali mereka, aku rasa mereka sangat serasi menjadi pasangan" terdengar bisikan dari seorang mahasiswi didekatku.

Dengan perasaan yang tekad dan kuat, aku kembali menerobos kedepan untuk melihat kejadian itu,aku berhasil melihat jelas dua orang yang sudah berlumuran darah. Mataku membulat melihat dua orang itu, refleks tanganku langsung menutup mulutku yang menganga melihat itu. Terlebih lagii..

"Janshen? Zyan? " refleks aku menyebut nama mereka, air mataku bercucuran melihat mereka yang sudah berbaring dengan lumuran darah.

"apa yang kalian lihat?! Cepat telepon ambulan!" bentakku yang membuat sadar orang orang disekitar.

----

Diperjalanan menuju rumah sakit, aku hanya bisa menangis, dan hari ini semua sahabatku diIndonesia berkumpul, kami harus merelakan Zyan pergi untuk selamanya.

Janshen? Dia tengah menjalankan operasi dadakannya, aku memutuskan untuk menunggunya, meskipun aku masih ada dendam,tapi aku tau aku tak bisa seegois itu. Aku duduk sendiri didepan ruang operasi, pikiranku saat ini campur aduk, Zyan aku sangat tidak percaya dia secepat ini meninggkalkan dunia.

Dalam tatapan kosongku,aku mendengar suara langkah yang terdengar seperti langkah berlari. Aku menoleh kearah sumber suara tersebut. Saat itu aku melihat sosok pria tinggi yang tengah berlari kearahku. Semakin dekat semakin jelas wajah pria itu, aku baru menyadari bahwa dia adalah Aldo. Aku berdiri dari dudukku.

"Aldo? " gumamku yang mungkin terdengar olehnya. Dia pun berhenti didepanku,aku melihat tatapannya yang begitu dalam.

"Fynia, lama tidak jumpa" ucapnya. Dia mengukir senyuman tipisnya.

Aku mengangguk atas ucapannya dan menjawab "Janshen masih menjalankan operasinya, mungkin butuh waktu cukup lama didalam sana.." ucapku lalu berhenti,menarik nafas mencoba melanjutkan ucapanku"...aku tau perasaanmu, aku berharap kau untuk bersabar, semua akan baik baik saja" lanjutku.

"aku bakal berjanji kepada Janshen akan melakukan hal yang bisa buat dia pulih kembali" ucapnya. Aku bisa menebak dengan kata katanya itu, dia pasti sangat tulus mengucapkannya.

Aku mengangguk dan kembali menjawab kata katnya "Baiklah kalau begitu aku rasa aku bisa pergi" ucapku.

Aku meraih tasku dan tersenyum kepadanya,aku melangkahkan kakiku untuk pergi.

"Fynia" panggilnya. Seketika langkahku berhenti dan berbalik kearahnya.

"Terimakasih untuk semuanya" mendengar ucapannya seketika telingaku berdengung kencang. Aku tidak tau penyebabnya.

"Kau tidak apa apa? " tanyanya. Aku bisa melihat dia yang sudah ada didepanku.

"Aku tidak apa apa, hanya saja kepalaku sedikit pusing" ucapku yang seakan sudah sangat tidak nyaman ada didekatnya.

"Mau aku antar pulang? Tidak baik untuk mu dengan keadaan seperti ini untuk pulang sendiri, apalagi ini sudah malam" ucapnya. Yah benar ini sudah malam pikirku.

"Tidak aku bisa pulang sendiri, lagian kau harus menunggu Janshen bukan? Jangan khawatir aku sudah menjadi orang yang kuat"ucapku,lalu meninggalkan Aldo sendiri.

Tidak terpikirkan olehku bagaimana raut wajahnya saat aku mengatakan itu, tapi yang terpenting aku tidak boleh tergoyahkan olehnya lagi.

***
Aku sudah sampai dirumah dengan selamat, lagi lagi air mataku membasahi pipiku. Hari ini kak Clara dan El menghabiskan waktu di hotel. Rencana besok aku akan pulang ke Swiss harus dibatalkan. Tidak mungkin dengan keadaan begini aku meninggalkan semuanya.

Aku menaiki tangga dengan malas untuk menuju kamarku. Setibanya aku dikamar ponselku bergetar. Aku meraihnya dari tas selempangku, mengeluarkan benda itu. Lalu membukanya. Bisa aku melihat itu dari Boy.

Fynia, besok aku akan menjemputmu dibandara, jam 10 kan? Aku akan siap menjemputmu, tunggu lah aku.

Aku membacanya dengan malas, dan akhirnya pun aku menjawab pesan sialan itu.

Maaf, penerbanganku dibatalkan karena aku masih ada urusan disini, kemungkinan aku akan pulang 2 hari lagi.

Balasku. Aku mencampakkan benda itu ke ranjang yang lumayan besar itu. Berbaring telentang melihat langit langit kamarku. Melamun sejenak dengan pikiran pikiran yanga da diotakku. Ponselku berdering membuyarkan lamunanku.

Meraba dimana ponselku berada tanpa memalingkan pandanganku. Tiba tiba aku merasakan ada yang memegang pergelangan tanganku,dengan sigap aku langsung terduduk dan melihat kearah ponselku berada.

"oh tidak, apa yang kamu pikirkan sekarang Fynia" gumamku sambil menggelengkan kepala.

Aku mengambil ponselku, dan melihat kearah layar ponsel. Aku memijit tombol terima dan menerima panggilan itu.

"Aku tidak akan membiarkanmu bermalas malasan seperti itu lagi,mengerti!" ucap seseorang dari seberang telepon.

"Iya aku mengerti! " jawabku lalu mengakhiri panggilan itu.

Dia Fadil teman curhatku. Aku tidak tau dia mendapatkan nomorku dari mana, bahkan bertemupun tidak pernah. Sudah tidak heran jika dia tau semua tentangku,bahkan apa yang aku pikirkan saat ini dia tau. Sudah lima bulan kami melakukan obrolan walau cuma dari telepon.

Sudah ah berpikirnya, aku berniat menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Tapi aku mendengar suara langkah kaki didepan kamarku, padahal cuma aku dan Bi Supinah yang ada dirumah, dan biasanya bi Supinah sudah istirahat jam segini. Aku membuka pintu kamarku untuk melihat keluar. Mataku membulat.

-TobeContinue-

Yayy, akhirnya update lagi, thanks for reads, jangan lupa buat vote cerita ini.
Sekarang Frustasi sudah menuju 500 readerss.
Thanks for support guys.
Komen dong sekali²:D
.
.
Coming soon next bab

FRUSTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang