CONVENIENCE

219 9 0
                                    

Hari ini Fynia, Aldo, dan juga Zyan pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan Janshen. Fynia masuk keruangan yang didalamnya terdapat Janshen yang berbaring dengan banyak alat alat pembantu untuk bernafas dan lain lain. Sedih sangat sedih pastinya, melihat orang yang dulu ia sayang seperti ini keadaannya. Tetapi, tidak lagi sekarang ia benar benar tidak akan pernah mencintai maupun menyayangi seorang Janshen.

Lamunan Fynia terbuyar saat Aldo menyentuh pundaknya.

"Dia pasti akan baik baik saja" ucap Aldo. Fynia hanya mengangguk saat Aldo mengucapkan kalimat itu dari mulutnya.

Zyan masuk setelah Aldo, terlihat seperti Zyan merasa bersalah atas kecelakaan yang dialami mereka. Sudah berkali kali Aldo mengatakan bahwa bukan dia penyebabnya,yang namanya kecelakaan bisa aja terjadi kapanpun,dimanapun kita berada.

"kalian tidak lapar?" tanya Aldo memecahkan keheningan didalam ruangan itu.

"sedikit" jawab Zyan.

Fynia hanya mengangguk sembari memegang perutnya yang kosong karena belum diisi makanan apapun.

Mereka menuju kantin di rumah sakit untuk mengisi perut mereka masing masing. Awalnya Aldo yang ingin mentraktir mereka makan,tetapi, karena ia baru saja keluar dari pekerjaannya pasti uang yang berada dengannya tidak seperti dulu lagi. Maka, Fynia menolaknya dan meminta agar dia yang bayar semuanya.

Mereka makan dengan suasana hening, mungkin efek dari kelaparan yang dialami mereka. Setelah selesai makan mereka mengobrol dengan tawa, karena merasakan sesuatu Fynia permisi untuk menuju ketoilet.

Setelah siap dari toilet dia melihat pemandangan dari luar yang dibawahnya terdapat taman, karena penasaran ia pun turun tangga yang berada didepannya menuju taman yang terdapat beberapa anak yang bermain,dan beberapa pasien dirumah sakit ini yang ingin melihat taman.

Tidak sadar akan melihat ini semua akan menjadi terlihat terharu,mengingat orang tuanya yang dulu menyayanginya, menjaganya, memanjakannya seperti anak yang kini ia lihat. Mengingat itu semua Fynia hanya tersenyum dan mengeluarkan air mata.

Ia tersadar saat anak yang disampingnya tidak sengaja melemparkan bola padanya. Hal itu membuat ia makin bahagia, karena melihat anak yang melempar bola kepadanya terlihat merasa bersalah.

"tidak apa apa,nih main lagi sana" ucap Fynia sembari memberi bola yang terlempar kearahnya lagi. Anak itu berlari bermain kembali.

Dia tersenyum lagi saat melihat seorang anak yang mendorong kursi roda yang diduduki ibunya, dia jadi teringat sosok ibunya.

Lalu dia berjalan jalan mengelilingi taman, melihat lihat taman yang indah itu. Ponselnya bergetar.

Dia tertawa melihat layar ponselnya dan langsung berjalan menuju kantin lagi, seketika jalannya terhenti karna seseorang.

"beraninya kau tertawa seperti ini, sedangkan anakku terbunuh oleh tangan kotormu itu!" bentak seorang laki laki berumur sekitar 60 -an.

"kau! Bagaimana bisa orang sepertimu hidup didunia ini?!" bentaknya lagi membuat Fynia takut.

Keadaan sekitar ini sepi,tak ada orang satupun kecuali didekat taman bermain.

Lelaki itu alias ayah Tiara mencekik Fynia sambil mengumpat kepadanya.

"teganya kau membunuh anakku! Orang sepertimu tidak cocok hidup didunia!" umpatnya sambil menekan leher Fynia.

Fynia yang sulit bernapas mencoba untuk melepaskannya, tapi dia tidak bisa melakukannya.

"a-aku..tidak me-melakukannya..." ucap Fynia patah patah karna menahan sakit.

"kau tidak melakukannya?! Dasar pembohong tak bermoral!!" bentaknya sambil menekan keras leher Fynia.

Cukup keras dia menekannya, hampir saja Fynia tidak bisa bernapas, melihat Fynia yang menahan rasa sakitpun ayah Tiara melepaskannya.

Fynia yang terengah engah langsung terduduk ditanah.

"jika kau tidak melakukannya, tunjukkan pelaku sebenarnya kepadaku!" setelah mengatakan itu ayah Tiara pergi meninggalkan Fynia yang menangis dibawah.

Setelah merasa lebih baik Fynia menuju toilet untuk membasuh wajahnya.

Dia melihat dirinya didepan kaca yang besar, melihat memar merah yang berada dilehernya.

Dia menunduk menangis kembali melihat memar itu.

"it's okay, Fynia" ucapnya kepada dirinya sendiri.

Seketika dia teringat oleh sapu tangan yang dia bawa disaku celananya. Dia mengikat sapu tangan itu dilehernya agar menutupi memar merah dilehernya.

Dia mengirim pesan kepada Aldo untuk pulang  diluan.

***

Setelah kejadian tadi dia sedikit trauma,untungnya dia akan segera kembali ke Swiss.

Fynia sampai didepan pintu rumah Aldo, dengan menghembuskan nafas kasar dia menekan bel rumah Aldo.

Setelah membukakan pintu untuk Fynia, Aldo mulai curiga dengan wajah pucat Fynia yang mencoba menutupinya.

Fynia sampai dikamarnya,dia tengah mengaca melihat memar dilehernya. Setelah itu dia menyusun beberapa pakaian yang harus di masukkan kekoper.

Dia terkejut atas kedatangan Aldo yang tiba tiba masuk kekamarnya tanpa mengetuk pintu.

Fynia yang terlanjur membuka sapu tangan yang tadi ia ikatkan pun mengganti tangannya yang mencoba menutupi memarnya itu.

Aldo mendekatinya yang mencoba menutupi memarnya itu dengan tangannya, Aldo mencoba menyingkirkan tangan Fynia dengan pelan.

Dan berhasil melihat memar merah yang ada dileher Fynia. Aldo sedikit kaget dengan memar merah itu, dia menatap Fynia lembut.

"kau tidak apa apa?" tanyanya pelan.

Fynia mengangguk atas pertanyaan Aldo itu.

"yakin?" tanya Aldo yang memastikan lagi.

Fynia mengangguk lagi.

Aldo mengangguk juga,sebenernya dia khawatir atas memar merah dileher Fynia, tapi disisi lain dia juga tidak mau memaksa Fynia untuk menjelaskan apa yang terjadi, pasti akan merusak keadaan jika seperti itu.

***

Fynia dianter kebandara oleh Aldo dan Zyan. Dia awalnya ingin bertemu sahabat sahabatnya yag lain, tapi waktu tidak mendukung jadi dia pamit dengan mengirimkan pesan.

Dia memeluk Zyan yang sedih melihat Fynia yang akan pulang keSwiss.

Begitu juga Aldo, mereka berpelukan sedikit lama ditengah keramaian bandara itu.

Entah apa yang dirasakan Fynia, dia meneteskan air mata saat sedang berpelukan dengan Aldo. Dia merasakan kenyamanan disana.

Karena mengejar waktu dia harus melepaskan pelukan itu, Aldo yang melihat kejanggalan di mata Fynia pun sadar bahwa Fynia menangis.

"kenapa kau menangis?" tanya Aldo lembut.

"aku hanya rindu denganmu" jawab Fynia yang direspon senyuman oleh Aldo.

"hati hati yah, Fyn. Jangan lupa balik lagi kesini yah Fyn" ucap Zyan sedih.

Fynia mengangguk sambil tersenyum.

"kalau begitu masuklah" ucap Aldo yang menyuruhnya masuk kedalam bandara.

Sekali lagi dia memeluk seorang Aldo. Dan masuk kedalam bandara.

Melihat sebentar sekitaran iis bandara,dan menghembuskan nafas lalu berjalan masuk kedalam bandara.

-ToBeContinue-

Sikit yah kali ini.
Btw, mohon maaf jika ada typo yang membuat kalian kebingungan dan alur cerita yang agak miring.
Oya,aku juga buat cerita baru judulnya "KETOS is My Husband"
Chek yah,jangan lupa divote.
Thank u--
.
.
Coming soon.





FRUSTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang