1. Iqbaal Allaska

2K 168 16
                                    

🍋🍋🍋

Tap

Tap

Tap

Derap langkah kaki seseorang kini menggema di lorong sekolah. Iqbaal Allaska, pria bertubuh tinggi tegap, dengan wajah orientalnya. Bibir merahnya yang tipis. Mata onyx tajamnya. Hidungnya yang mancung. Kulitnya yang terlalu putih untuk ukuran laki-laki dan rambut hitamnya yang lembut.

Menggambarkan tentang seorang Iqbaal Allaska, mungkin hampir menyerupai kata perfect. Memang, banyak kaum hawa yang tergila-gila akan pesona seorang Iqbaal Allaska bahkan mungkin hampir setiap harinya ia mendapatkan sebuah kado atau coklat di dalam lokernya ataupun dibawah meja, namun siapa sangka Iqbaal memiliki 1 sifat yang enggan hilang dari dirinya. Yaitu, ia memiliki sifat yang dingin seperti es batu, bahkan mungkin lebih. Maka dari itu wanita kini hanya bisa mengangguminya dari jauh. Toh, terang-teranganpun percuma. Tidak akan dilirik sedikitpun olehnya.

Iqbaal memutar pergelangan tangan kirinya, dilihatnya jam menunjukan pukul 06.20. Masih pagi, pantas saja jalanan lenggang. Ia membuka knop pintu kelasnya, XI - IPA 2. Kosong, hanya ada meja dan bangku yang kini masih berjejer rapih di tempatnya tanpa terjamah sedikitpun.

Iqbaal memang selalu datang pagi, itu semua ia lakukan karena ia tidak mau menjadi tontonan wanita-wanita yang menatapnya seperti tatapan memuja dan Iqbaal, tidak menyukai itu. Ia berfikir bahwa wanita-wanita tersebut tidak ada kerajaan hanya memandangi dirinya lalu sedetik kemudian berteriak histeris, huh dasar gila, fikir Iqbaal.

Apakah orang tua mereka tidak salah menyekolahkan mereka?

Menurunkan bangku, Iqbaal terduduk dan tak lupa ia mengeluarkan headseat kesayangannya yang ia selalu bawa kemanapun untuk sekedar menghindari teriakan-teriakan wanita-wanita tersebut sekaligus pekikkan yang diterimanya.
Iqbaal menutup matanya sembari menghayati bait demi bait dari lagu yang ia dengarkan, Lemonade - Jeremy Passion.

"Woi baal!" menggebrak meja yang kini di duduki oleh Iqbaal, sang empu terlonjak kaget dan hampir saja melempar headseat ke arahnya. Namun untungnya ia sudah biasa dengan sahabatnya yang satu ini---Aldo Gunawan. Sahabat sekaligus teman yang menghabiskan coklat dan makanan sejenisnya dari para wanita yang memberikannya.

Iqbaal menatap tajam Aldo yang sekarang tercengir polos dan menaikan 2 jarinya. Iqbaal menghembuskan nafasnya perlahan dan memijit pelipisnya.

"Lo kenapa baal? Sakit?" Tanyanya sambil mengamati gerak-gerik Iqbaal

Iqbaal menghentikan aksinya, lalu ditatapnya tajam lagi membuat Aldo kini menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Salah lagi," Ujarnya pelan.

Setelah itu yang Iqbaal lakukan adalah menggunakan headsetnya kembali tanpa memperdulikan Aldo yang kini sedang mencari-cari coklat atau makanan sejenisnya yang berada di bawah meja.

"Baal, stock makanan lo abis ya? kok sekarang kagak ada?" Tanyanya kecewa sambil meraba-raba bawah meja berharap ada 1 coklat SilverQueen yang berada di bawah meja.

Iqbaal memang memakai headset tapi dengan volume yang terbilang sangat rendah yang memungkinkan dirinya masih bisa mendengar perkataan sang lawan bicara dengan jelas.

iqbaal, melirik Aldo dengan datar. Lalu ia membuka 1 pasang headsetnya dan melirik Aldo yang sedang menggerutu.

"Lo gak coba cari di loker?" Tanyanya dengan nada khasnya, dingin.

Aldo yang tadinya menggerutu seketika tersenyum lebar menatap Iqbaal yang kini kembali memasangkan headsetnya kembali.

"Lo emang sahabat terbaik! Gue keluar dulu baal!" riangnya

🍋🍋🍋

"Vanesha Arletha, lo bisa diem gak sih?!" Cibir Bella mendengus sebal melihat Vanesha yang kini berjalan dengan menggoyang-goyangkan lengannya sambil memekik senang melihat sekolah barunya.

Vanesha Arletha, gadis berambut pendek. Gadis riang, yang mengukir senyum setiap harinya. Vanesha, memang baru mendaftarkan diri dan baru bisa bersekolah sekarang karena pekerjaan orang tuanya yang tak bisa di ganggu gugat. Namun, itu tidak masalah baginya. Karena ia juga bisa melihat sahabat sejak kecilnya kembali, Bella Frisca Saputri. Namun entah kenapa Vanesha atau biasa dipanggil dengan sebutan Sasha ini lebih suka memanggil Bella dengan sebutan Saput, mungkin karena nama panjangnya Saputri.

"Aduh saputt, gue seneng banget tau gak?! Sekolah ini keren banget gila!!" pekiknya excited

Memutar bola matanya malas. "Tapi bisa kan gausah megang tangan gue juga?"

Shasa segera melepaskan genggaman tangannya dan berjalan lebih cepat mendahului Bella. Ia tidak henti-hentinya memekik kagum pada gedung sekolah ini. Memang, umumnya sekolah ini biasanya hanya di huni oleh orang-orang mampu. Ia berjalan sesekali memutar badannya dan tersenyum bahagia. bodo amat dengan tatapan murid-murid yang berada di sekitarnya, yang penting ia bahagia! Dengar, yang penting ia bahagia! Sekali lagi, Bahagia!

"SHAA AWAS DI DEPAN LO!!"

"BAAL AWAS BAAL MINGGIR!!!"

BRUK...

"ARGHH!!"

"GILA PANTAT GUE!!!"

"Ekhem. Hai, kenalin gue Vanesha Arletha, lo bisa panggil gue dengan sebutan Sasha atau bisa juga dipanggil Shasayang. Gue anak baru disini, btw lo ganteng!"

Jangan lupa kasih bintangnya ya! Komen jugaaa. Hargai yaa, 1 bintang sangat berharga. Siapa nih team Iqbaal-Vanesha? Wkwkw.

Lemonade Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang