11. Iqbaal dan jaket Iqbaal

1.1K 168 135
                                    

pake prinsip simbiosis mutualisme yuk, saling menguntungkan. Kalian dengan cara vote, komen dan Aku akan next ceritanya. Terimakasih, enjoy! 💋

🍋🍋🍋
"Dapet Iqbaal Sasha berhenti ngerjain tugas rumah di sekolah!"
-Vanesha Arletha
🍋🍋🍋

Iqbaal hanya menatap datar kedua orang tuanya yang sibuk dengan rutinitas nya masing-masing. Selalu seperti ini, kedua orang tuanya selalu sibuk dengan urusannya tanpa memperdulikan dirinya. Iqbaal mengunyah roti berselai kacang itu dengan rasa hambar meskipun sesungguhnya ada selai yang terolesi di roti tawar tersebut namun Iqbaal merasa sarapan paginya yang tidak ada  istimewanya sama sekali. Tidak ada obrolan hangat bersama keluarganya di pagi hari, tidak ada bercandaan yang keluar dari mulut kedua orang tuanya dan tak ada sapaan pagi ketika Iqbaal memulai aktivitas seperti biasanya. Yang ada hanya suara saling saut menyaut dengan nada tak santai dan pergi terburu-buru, untuk bekerja.

"Mah, ayo cepat. Ada meeting pagi ini dengan perusahaan besar!" Teriak Haris dari bawah

"Iya iya sabar pah, sebentar lagi!" Teriak Helena dari atas seperti melakukan sesuatu terburu-buru karena hentakan yang menimbulkan suara gerasak gerusuk

Haris berdecak, mengecek beberapa dokumen yang nantinya akan ia bawa sebagai topik pagi ini bersama client besar yang akan dilakukan meeting pada pagi harinya.

Bi minah, selaku pembantu rumah tangga Iqbaal hanya menatap sendu melihat anak dari majikannya menatap sangat datar namun tersirat kesedihan di dalamnya. Bi minah sudah lama bekerja di rumah ini, bahkan bi minah lah yang mengurus Iqbaal sedari kecil hingga saat ini. Kedua orang tuanya hanya sibuk bekerja tanpa memperdulikan anaknya sama sekali. Bahkan pernah sewaktu kecil, Iqbaal kecil bertanya 'Bi minah, apa mamah sama papah begitu sibuk bekerja? Iqbaal iri dengan teman Iqbaal yang lainnya. Mereka selalu di antar-jemput oleh mamah dan papahnya. Apa mamah dan papah tidak sayang Iqbaal?' Tersenyum kecut, bi minah menggeleng berusaha untuk menutupi kesedihan melihat anak majikannya begitu teramat sedih.

"Ayo pah, kita berangkat!" Ujar Helena sambil menuruni anak tangga dengan sedikit terburu-buru

Haris mengangguk, namun gerakan diamnya membuat Helena mengerutkan halisnya.

"Kenapa pah? Ada yang ketinggalan?" Tanya Helena sambil menatap suaminya dengan heran

"Papah lupa, berkas penting tertinggal di atas" Jawan Haris menggaruk kepalanya tak gatal

"Yaampun pah, itu kan berkas penting yang harus di tanda tangani client!" jawab Helena menghela sambil bersedekap dada sebal

"Ya mamah sendiri yang gak ngingetin"

"Papah nyalahin mamah?!"

"Mamah yang harus nyiapin semuanya, itu tugas mamah!"

"Ya tapi kan mamah juga sibuk, mamah udah nyiapin semua kebutuhan papah, papah juga harus mandiri dong!"

"Mamah..."

"Iqbaal berangkat" Iqbaal memotong ucapan Haris dengan wajah datar dan dinginya dan menggendong tasnya yang terletak di kursi. Iqbaal sebenarnya muak mendengar perdebatan kedua orang tuanya. Apalagi setelah Iqbaal tau bahwa orang tuanya berdebat Hanya karena pekerjaan. Itu semakin membuat Iqbaal ingin segera pergi dari rumah dengan segera.

Lemonade Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang